Mencegah Korupsi Sejak Dini

Korupsi menjadi satu kata yang paling populer di Indonesia. Saat ini indeks persepsi korupsi di Indonesia mendapat peringkat ketiga se-ASEAN. Tentu hal ini membuat para penegak hukum berusaha lebih keras dalam menanggulangi budaya korupsi yang ada di Indonesia.

Banyaknya pejabat daerah dan pejabat negara yang tersangkut kasus korupsi menjadi salah satu indikator ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pemimpin yang jujur dan amanah menjadi idaman masyarakat Indonesia. Tentu dalam pemilihan umum nanti, masyarakat tidak hanya menagih janji-janji para calon wakil rakyat dan pemimpin daerahnya. Yang diinginkan hanyalah aksi nyata, bukan sekedar aksi kampanye.

Meskipun sudah ada lembaga pemerintah bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang bertugas memberantas tindak pidana korupsi, mengadakan penyelidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. Lembaga ini pun bertugas melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Dan kesemua fungsi KPK ini harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya lembaga pemerintah yang terkait dengan hukum, masyarakat sipil pun bertugas dalam memberantas tindak korupsi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendidikan karakter sejak dini.



Mendidik anak tidak hanya tugas dari seorang pendidik di suatu lembaga pendidikan di Indonesia. Mendidik anak utamanya dilakukan di rumah, dimana rumah adalah sebagai sekolah pertama dan ibu sebagai pendidik pertama dalam pendidikan anak. Tentu, dalam mendidik anak bukan hanya diutamakan dalam kognitifnya saja, sehingga intelligence quotient atau yang lebih dikenal dengan IQ. Pengembangan EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) haruslah seimbang.

Karena pintar saja tak cukup, harus juga disertai dengan cerdas emosi dan cerdas spiritual

IQ yang lebih ditonjolkan dari segi kepintaran seseorang membuat banyak orang berpikiran bahwa untuk mencapai kesuksesan harus disertai dengan skor IQ yang tinggi. Orang yang dianggap mempunyai kepintaran, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar.

Mencegah lebih baik daripada menanggulangi korupsi

Selain pengembangan IQ pada anak, sejak usia dini anak pun harus dididik agar memiliki karakter yang baik. Salah satunya dengan pengembangan EQ dan SQ sejak dini.  EQ, yang lebih dikenal dengan kecerdasan emosi tidak hanya berupa kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan emosi diri sendiri tetapi juga kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi orang sekitar dan kelompok. Pengembangan EQ sangat berguna di saat emosi akan memiliki barang yang diinginkan meningkat sedangkan hal untuk mengaksesnya tidak mencukupi.

Sedangkan untuk SQ atau kecerdasan spiritual merupakan kemampuan yang ada hubungannya dengan Sang Pencipta. Dimana seseorang wajib melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Mendidik anak untuk meningkatkan SQ merupakan pendidikan yang tak kenal waktu dan ruang. Karena cakupan pendidikannya sangatlah luas. Mulai dari mengenal Tuhan, hingga menjadi insan individu yang taat dan taqwa akan perintahNya.

Mengkolaborasikan ketiga item di atas merupakan kunci melahirkan generasi yang lebih baik. Menjadikan generasi penerus bangsa ini yang religius, amanah, dan memiliki karakter yang baik. Bukan hanya orang tua saja yang berperan dalam pendidikan anak. Lingkungan tempat anak bersosialisasi merupakan pengaruh terbesar dalam pengembangan karakter anak. Menciptakan lingkungan yang kondusif dan ramah anak, akan melahirkan generasi dengan tingkat kematangan usia dan mental yang sesuai dengan perkembangan anak.

Meski korupsi sudah mendarah daging di kehidupan sehari-hari, tugas kita sebagai orang tua adalah memangkasnya hingga sudah tak ada lagi korupsi yang mengakar pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia

#onedayonepost
#nonfiksi
#tantanganartikel

2 komentar