Mengapa Anak Tidak Bisa Membaca?

Di usia menjelang anak akan menapaki tingkat pendidikan dasar, ada kegelisahan dari para orangtua yang akan memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Apalagi jika sekolah yang akan ditujunya mensyaratkan anak harus bisa calistung (baca, tulis, dan hitung). Kepayahan orangtua karena anak tidak diajarkan calistung saat duduk di TK/PAUD, membuat orangtua harus memberi tambahan pelajaran ataupun mendelegasikan tugas mengajari calistung ke anak melalui sebuah lembaga ataupun les privat.

Memang untuk membuat anak bisa membaca lebih mudah dibanding membuat anak suka membaca

Tapi kenyataannya tidak semua kemampuan anak untuk bisa membaca bisa disamaratakan. Saya mempunyai murid dengan beragam latarbelakang, dan hanya satu yang sama yaitu umur yang berdekatan. Tetapi, kemampuan membaca mereka pun berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, ada yang susah mengenali huruf.

Tapi di balik semua itu, setiap anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri

Lalu, bagaimana jika saat anak saya sudah menjalani pendidikan dasarnya tapi masih kesulitan untuk membaca?

Dalam istilah dikenal dengan nama disleksia, suatu spesifik disability yang berkaitan dengan neurologi. Dimana karakteristik anak yang terkena disleksia adalah kesulitan secara akurat dan atau mengenal kata secara lancar dan buruknya kemampuan pengucapan dan mengurai kode. Kesulitan di sini bermakna sulit dalam kemampuan kognitif dan memahami instruksi kelas. Sehingga ada konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu permasalahan bahasa akan menjadi sangat komprehensif dan orangtua harus mereduksi pengalaman baca yang dapat memperkaya kosakata dan ilmu pengetahuan anak.

Karakteristik secara umum:
1. Kesulitan dalam membaca kata-kata
2. Kesulitan mengkode kata yang tidak familiar
3. Kesulitan membaca lantang
4. Kesulitan dalam pengucapan

Sedangkan kesulitan membaca adalah:
1. Segmentasi, blending, memanipulasi suara dengan kata (fonem)
2. Kesulitan menamakan huruf-huruf dan mengasosiasikannya dalam suara
3. Menyimpan informasi tentang suara dan kata dalam memori (memori fonologi)
4. Menyebutkan berulang kali nama dari obyek, warna, atau huruf dari alfabet yang dikenali

Lihatkan perkembangan anakmu sesuai dengan tahap usianya. Jadikan masalah menjadi tantangan. 

Sumber:
Kuliah Whatsapp "Diskusi Emak Kekinian" dengan Judul "Anak dengan Disleksia" oleh Firnasyifa

3 komentar

  1. Iya mbak, kadang suka gimana gitu, kalau ada Ibu-ibu yang mengeluhkan kemampuan anak, padahal kan masih kecil.
    Ilmu baru lagi, trimakasih mbak.
    Noted. ^_^

    BalasHapus
  2. wah.....jadi pengen punya anak :D

    BalasHapus