Pergaulan Anak dan Seksualitas

Pergaulan anak di masa sekarang ini mungkin dirasa sangat terlalu bebas. Akibatnya jika anak kurang bisa menjaga pergaulannya, timbullah berbagai masalah. Misal, narkotika ataupun kehamilan di luar nikah.



Untuk mengantisipasi adanya ancaman pergaulan anak, orangtua wajib mendidik anak dan memberikan informasi yang tepat kepada anak.

1. Menutup Aurat Anak
Mengajarkan untuk menutup aurat anak harus dilakukan sejak dini. Selaib untuk mengenalkan  perbedaan laki-laki dan perempuan. Menutup aurat anak juga mendidik anak agar kelak anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya. Sehingga anak sudah mengenal identitas seksualnya sejak dini.

Baca juga: Batasan Aurat Anak

2. Memberikan Informasi kepada Anak sebelum Anak Mengalami Haid/Mimpi Basah
Memberikan informasi yang tepat pada anak akan membantu anak saat anak mengalami haid atau mimpi basah. Anak tidak akan merasa ketakutan atau bingung saat fenomena pertama ini terjadi padanya. 

Berikan juga pemahaman kepada anak tentang haid atau mimpi basah dan kaitannya dengan perkembangan organ reproduksi anak. Jangan lupa untuk menginformasikan kepada anak tentang cara mandi wajib yang benar.

3. Mengajarkan Adab Berteman
Bagi anak berteman tidak boleh pilih-pilih. Meskipun begitu, tetapi berikan pemahaman bahwa saat anak sudah baligh, anak harus membatasi pergaulannya dengan lawan jenis.

Mengajarkan untuk selalu menundukkan pandangan mungkin dirasa paling tepat. Terutama saat anak mengalami masa puber dan gejolak cinta sedang menggebu-gebu. Bukan berarti membatasi jumlah teman, tetapi untuk menjaga diri anak.

4. Memupuk Rasa Malu
Malu itu sebagian dari iman (al Hadist).

Sebuah hadist yang menjadi pegangan bagi kita dan anak kita, bahwa kita harus mempunyai rasa malu kepada makhluk Allah dan kepada Allah. Menjaga apa yang diberikan Allah kepada kita dan bertanggungjawab dengan apa yang dimiliki.

Berbagai cara bisa dilakukan, yaitu dengan menutup aurat secara sempurna, meningkatkan keimanan anak, serta menjaga pandangan anak.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam mendidik anak.

Pendidikan Seksual Usia Dini

Banyak kasus tentang kekerasan, eksploitasi anak, dan kejahatan seksual pada anak. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak.

Pendidikan seksualitas pada anak mempunyai harapan agar kelak anak dapat menjaga apa yang menjadi kehormatannya, terlebih bagi anak perempuan.

Orangtua seharusnya tidak apatis dan lebih peduli pada lingkungan dimana anak tinggal. Orangtua harus bersikap aktif dalam memberikan pendidikan seksual pada anak.

Karena kurangnya pengetahuan orangtua menyebabkan orangtua tidak memberikan informasi yang pasti kepada anak, sehingga anak mencari sendiri informasi dan kebanyakan mendapat informasi yang tidak 100% benar.

Pendidikan seksualitas harus didapatkan sejak dini oleh orangtua, sehingga anak tidak mencari sumber informasi yang salah. Peran lembaga pendidikan pun sangat dominan dalam memberikan pendidikan seksual kepada siswanya. Adanya kurikulum yang tersemat dalam mata pelajaran harus diajarkan kepada siswa dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Bencana Pornografi Era Digital



Pornografi mungkin menjadi momok bagi sebagian besar orangtua. Fokus orangtua bukan saja hanya pada paparan pornografi saja, tetapi mengupayakan kepada anak untuk memiliki daya tahan terhadap paparan pornografi

Cara menghadapi Paparan Pornografi

1. Belajar kepemilikan
Agar anak belajar bertanggungjawab terhadap apa yang dimilikinya dan dimiliki orang lain. Sehingga saat ada orang yang ingin melihat aurat anak, anak sudah bisa menjawab dengan tegas.

2. Belajar tanggungjawab
Bertanggungjawab terhadap kesehatan dan kebersihan diri sendiri.

3. Belajar malu
Anak terbiasa menutup aurat dengan sempurna.

4. Belajar tentang batasan bercanda
Anak belajar membatasi diri.

Fakta tentang Pornografi

1. Anak Indonesia usia 0-19 tahun menjadi generasi digital nasive . Dan sebagian besar mengalami BLAST
Bored : bosan
Lonely : kesepian
Angry : marah
Afraid : takut
Anxious : cemas
Stressed : tertekan
Tired : kelelahan

2. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan terlalu dini bisa menyebabkan adanya bullying pada anak

3. Bagi sebagian orangtua, dengan memberikan hp ke anak, anak menjadi lebih tenang

Permainan Ular Tangga Edukasi Fitrah Seksualitas

Media efektif untuk menciptakan agar pemahaman seksualitas dalam koridor yang tepat.


Review: Fair & Lovely 2 in 1 Cream Powder

Memiliki kulit wajah yang sehat dan cerah merupakan dambaan sebagian besar wanita. Pengaruh sinar UV dan polusi di luar rumah menjadi tantangan terbesar sebagian wanita yang ingin kulit wajahnya tampak lebih flawless.

Bagiku, memiliki wajah flawless tanpa make up tebal pastinya menjadi misi dalam melakukan perawatan wajah. Meski seharian lebih banyak di rumah, terkadang banyak masalah ketika memakai krim pagi. Terutama wajah menjadi tampak berminyak dan terlihat kusam. Memiliki wajah yang halus tanpa memakai make up menjadi keinginan saya, karena selain lebih ringkas juga akan mempersingkat waktu saat berdandan.

Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk mencoba sebuah produk yang bernama Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream dari yukcoba.in



Mengikuti gaya hidup konsumen dan lingkungan yang terus berkembang membuat kebutuhan konsumen berubah, termasuk dalam hal perawatan wajah. Krim pencerah biasa kini hanya mampu membuat wajah cerah di pagi hari. Tapi, karena aktivitas di luar rumah yang banyak terpaparan polusi dan sinar UV akan menyebabkan wajah tampak lebih berminyak dan lengket.

Untuk itu, Fair & Lovely menciptakan terobosan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yaitu dengan mengeluarkan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream .

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream menggabungkan manfaat krim pencerah multivitamin terdepan dan bedak halus yang mencerahkan. Dan diklaim dapat memberikan wajah tampak lebih cerah dan bebas kilap seperti memakai bedak selama 14 jam.

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream terdiri dari dua ukuran, yaitu berukuran 20g dan 40g. Ukuran 20g inilah cocok bagi kamu yang ingin mencoba produk ini. Dikemas cantik dalam sebuah dus khas produk Fair & Lovely lainnya mungkin akan membuat kamu sedikit kebingungan dengan varian Fair & Lovely Multivitamin. Hanya satu yang membedakan di bagian tengah dus, terdapat stiker merah muda bertuliskan 'SENTUH DI SINI'.

Kandungan niacinamide berfungsi mencerahkan wajah dan terdapat kandungan titanium dioxide yang aku tahu berfungsi sebagai physical sunscreen. Hanya saja dalam produk tidak ada klaim, produk ini mengandung anti UV. Sehingga, setelah pakai produk ini, tetap harus pakai sunscreen atau sunblock.

Memiliki bentuk tube ulir yang tak akan membuat isi tumpah saat memencet tube dan aman saat dibawa travelling membuatku suka banget dengan produk ini.



Saat dibuka, aroma wangi produk ini langsung terasa. Karena wajahku tidak alergi dengan parfum, saat memakai produk ini, kulit wajah nampak fine-fine saja. Krim ini memiliki tekstur kental mirip seperti krim multivitaminnya dan berwarna putih bersih. Tak perlu ragu saat mengaplikasikan krim ini ke wajah, karena sangat mudah pengaplikasiannya. Cukup dengan jari, maka krim akan teraplikasikan dengan mudah.



Cara memakainya hanya seujung jari dan cukup untuk pemakaian di seluruh wajah. Hasil yang didapat cukup matte, kulit wajah terasa halus, dan terlihat natural. Hanya saja, krim ini tidak terlalu berefek seperti memakai bedak di kulit wajah saya. Yang aku suka memang tak bikin adanya whitecast di wajah saya, tetapi juga tidak terlihat seperti orang memakai bedak. Cuman kelebihan yang aku suka, setelah pemakaian 2 jam lebih, tidak bikin kulit wajah berminyak dan tidak terlihat kusam.

Overall, aku suka dengan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream karena setelah pemakaian selama 1 minggu, tone kulit wajahku naik dan tidak terlihat kusam lagi. Dan kemasannya yang travel friendly, jadi aman jika dibawa saat travelling atau saat beraktivitas di luar.

Bagi temen-temen yang ingin mencoba produk krim wajah dan ingin tampak flawless, bisa mencoba Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream. 

Repurchase: maybe YES




#Fair&Lovely2in1PowderCream
#yukcobainchallenge

Mengenalkan Batasan Aurat Sejak Dini

Mengenalkan batasan aurat pada anak bisa dimulai sejak anak dilahirkan. Sehingga saat dewasa nanti, anak sudah paham batasan aurat dan tidak mengumbarnya seperti pada kebanyakan orang.

Mengenalkan batasan aurat anak bisa dilakukan dengan berbagai cara:

1. Saat menyusui
Saat anak menyusui, anak hanya diperbolehkan melihat aurat ibunya. Anak tidak diijinkan melihat aurat ibunya selain bagian atas.

Penting bagi orangtua untuk selalu menjaga aurat di depan anak. Karena di masa inilah anak menyerap banyak informasi dari apa yang dilihat dan didengar. Sehingga, menjadi teladan bagi anak harus dimulai sejak dini.

Ketika menyusui juga, hanya anak yang disusui yang diperbolehkan melihat aurat bagian atas ibunya. Kakak si adik tidak diijinkan melihat aurat ibu. Sehingga hubungan anak yang disusui dengan ibu menjadi semakin dekat.

2. Menjaga Aurat Anak di Depan Umum
Sering kita melihat terbukanya aurat anak di depan umum. Terutama saat di kolam renang atau di pantai.

Sejak dini, ajarkan anak kita untuk menjaga auratnya di depan umum, dengan tidak mengumbar di depan umum atau dengan tidak mengajarkan membuang air selain di kamar mandi.

Dengan pengajaran sejak dini nanti, anak akan terbiasa saat dewasa .

3. Mengajarkan anak menutup aurat
Mengajarkan anak menutup aurat bisa dimulai dengan cara memilihkan pakaian yang sopan untuk anak.

Memang bagi sebagian orang, saat anak perempuan kita masih kecil mengajarkan untuk menutup aurat dengan sempurna takut kepanasan. Sehingga banyak orangtua yang enggan memakaikan pakaian panjang atau jilbab bagi anak. Padahal sejak anak masih kecil inilah nantinya anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya sejak masa kecil.




Mendidik Anak Perempuan

Kita harus memahami kualitas wanita sebagai ibu agar kelak generasi yang kita wariskan bisa berkualitas.




Mendidik fitrah seksualitas
adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gender nya, yaitu bagaimana seorang laki-laki berpikir, bersikap, bertindak & merasa sebagaimana laki-laki, dan sebaliknya demikian juga bagaimana seorang perempuan berpikir, bersikap, bertindak & merasa sebagai seorang perempuan.

1. Mengajarkan Agama Kepada Mereka
Ajarkan kepada anakmu, tauhid dengan mengesakan Allah. Mengajarkan ibadah dan kalimah thoyyibah. Dan jangan lupa untuk senantiasa mengajarkan adab dan sopan santun.

2. Memupuk Kesadaran mereka sebagai seorang perempuan
Sejak awal, kita harus mendidik anak agar tidak tassyabuh (menyerupai lawan jenisnya).

3. Membiasakan mereka dengan adab yang mulia

4. Membiasakan berpakaian sesuai syariat
Membiasakan anak agar mereka menutup aurat dari kecil. Sehingga ketika sudah dewasa mereka sudah membiasakan. Dan ajarkan anak rasa malu. Karena malu adalah sebagian dari iman.

5. Mengajarkan berbagai ketrampilan rumah tangga
Ajarkan secara bertahap. Agar kelak nanti jika mereka sudah berumah tangga sendiri sudah mampu menjadi manager bagi keluarganya sendiri.

6. Bersikap lemah lembut terhadap anak perempuan

Peran Ayah dan Ibu dalam Pendidikan Seksualitas



Peran ayah dan peran ibu sangat berpengaruh terhadap kehidupan seksualitas anak. Mereka bukan hanya paham terhadap jenis kelamin yang dimiliki, tetapi mereka juga mampu menjadi ibu dan ayah bagi anaknya kelak.

Peran ayah dan peran ibu tak dapat ditukar. Ayah berperan sebagai orang yang maskulin dan ibu cenderung feminin. Memang dalam masyarakat banyak kasus yang tertukar peran dalam rumah tangganya. Maka dari itu penting bagi orangtua untuk mendidik anaknya sejak dini, agar mereka siap menjadi ayah atau ibu kelak.

Ketika belum bisa berperan sebagai ayah/ibu

1. Kita sadar bahwa kita belum menjalankan. Menyadari ini penting, krn sebagai titik awal kita utk berbenah diri. 

Jika kita tidak menyadari bahwa belum berjalan dg baik peran ayah dan ibu, maka kesempatan utk berbenah diri juga tidak akan muncul.

2. Berdiskusi intens dengan pasangan, menggali kembali peran2 yang bisa dimainkan dalam keluarga, sambil menimba ilmu. Bisa bersilaturahim dengan orang2 yang kita anggap sudah benar2 menjalankan peran ayah dan bunda.

Tiap hari ngobrol sambil bawa camilan tentang berbagi peran dalam mendidik anak, sesuai perannya.

3. Terus berdoa dan memohon pada Allah agar diberikan petunjuk dan dimudahkan untuk menemukan dan menumbuhkan fitrah anak-anak serta menjalankan peran kita sesuai dengan yang telah Allah instalkan pada kita.

Ibu si Raja Tega

Menurut ust Harry Santosa
, ayah dan ibu tetap harus berperan sesuai dengan fitrah perannya, dan tidak bisa ditukar. Baik ayah maupun ibu sudah ada pembagian perannya masing-masing dalam menumbuhkan fitrah anak-anaknya. Tentunya apabila ada ketimpangan, fitrah anak-anakpun tidak tumbuh optimal.

untuk mengembalikan peran ayah dan Ibu, saran beliau adalah mencari guru atau mentor yang feminin bagi ibu, dan yang maskulin bagi ayah. Harapannya kita dapat belajar menjadi lebih feminin atau maskulin sesuai dengan fitrah kita sehingga sifat keibuan dan keayahan pun dapat terbentuk.

Tentunya hal ini harus dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan, karena tidak mungkin kita berubah sendirian.

Tidying - Komono

Menurutku, beberes yang paling butuh tenaga ekstra setelah beberes pakaian adalah beberes komono. Bukan lagi tentang suka-tidak sukanya dengan pernak-pernik. Tapi, karena pernak-pernik di rumah banyak banget. 

Saking banyaknya, terkadang sampai menyatukan dua benda yang berbeda dalam satu wadah. Alhasil saat memerlukan benda tersebut harus mengacak-acak ruang penyimpanannya.

Baca juga: Buku Konmari

Satu-satunya yang harus saya lakukan adalah membereskan pernak-pernik tersebut berdasarkan kategorinya dan menyimpannya di tempat yang berbeda.

Dan dari sekian banyak pernak-pernik yang saya miliki, saya hanya berhasil di empat kategori. Sementara yang lain seperti bros dan VCD alhamdulillah sudah stay di tempatnya.

1. Skincare dan Make Up
Di bagian ini, saya memberikan dua tempat yang berbeda. Karena make up jarang di pakai saya sendirikan dengan produk skincare.



2. Kabel
Kabel ini yang biasanya paling susah rapi,  terutama kabel charger hp yang setiap hari harus dipakai. Meski sudah memiliki rumah sendiri, tetap saja kabel-kabel ini selalu berantakan.



3. Alat Tulis
Alat tulis menjadi momok bagi keluarga saya. Terlebih sering hilangnya pulpen di rumah. Entah ketlingsut ataupun diambil anak dan dilempar entah kemana. Jadi, setiap pagi, suami sering menanyakan dimana pulpennya. Dan sekarang untuk tempat pulpen semuanya saya taruh di kaleng.



4. Piring dan Gelas
Sebenarnya bagian dapur ini yang paling kompleks. Tak hanya dengan piring dan gelas, perkakas memasak, ataupun letak kompor. Tapi bagaimana managemen penyimpanan bumbu dan bahan makanan. Jadi, saya fokus dulu pada bagian piring dan gelas karena digunakan sehari-hari.


Seperti inilah hasil konmari saya di bagian pernak-pernik ini. Ada kalanya malas akan menambah beban tenaga di kemudian harinya, untuk itu jangan tunda pekerjaanmu meski hanya sedikit. 

Ketika Anakku Jatuh Cinta




Jatuh cinta berjuta rasanya..

Fitrah seseorang adalah merasakan ketertarikan dengan lawan jenis atau kata orang gaul namanya jatuh cinta.

Melihat fenomena zaman sekarang dimana anak usia dini sudah berpacaran malah seperti layaknya pasangan sah sangat memprihatinkan. Minimnya pengasuhan dan kasih sayang orangtua menjadi salah satu sebab anak mencari perhatian dan kasih sayang dari lawan jenisnya.


Anak butuh figur dan kasih sayang dari orangtua

Ketika anak berada pada masa pre aqil baligh, anak sudah mengalami masa pubertas. Di masa inilah ana harus didekatkan kepada orangtua yang berlawanan jenis.

Banyaknya kasus anak yang berpacaran dikarenakan anak tidak memiliki idola di lingkungan keluarganya, sehingga anak memerlukan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Di sinilah peran orangtua harus lebih dominan.

Biasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi yang baik tentu akan mempererat hubungan antara anak dengan orangtua. Anak menjadi terbuka dengan orangtua dan orangtua bisa mengatasi permasalahan anak.

Orangtua pun harus menanamkan nilai agama sejak dini kepada anak. Sehingga di masa pubertasnya, anak sudah dapat mengenali yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya.

Saat Anak Jatuh Cinta

Sebagai orangtua, kita harus peka terhadap segala sesuatu yang berubah karena anak.
1. Anak mulai memperhatikan penampilannya sendiri
2. Anak senyum-senyum sendiri
3. Anak sering melamun

Bagaimanapun, merasakan cinta  kepada lawan jenis merupakan sebuah fitrah seksual. Sebagai orangtua, kita harus mendampingi anak agar tak menyalahi fitrahnya.

Fitrah Seksualitas Anak Laki-Laki

Sejatinya anak laki-laki suka menjadi pahlawan, lebih kompetitif, dan sering mengambil resiko dan coba-coba permainan berbahaya. Hal ini karena oengaruh hormon testosteron. Sehingga saat masa pubertas tiba, hormon ini akan mendominasi dan anak cenderung memilimi ambisi untuk mencapai kekuasaan.



Lalu, bagaimana jika fitrah mereka rusak?

Bisa saja anak menjadi seorang transgender. Transgender ini sebagai ungkapan kebingungan atas gender yang dimiliki. Biasanya diungkapkan dengan dandanan, make up, gaya, tingkah laku, bahkan ada yang sampai dengan menggantu organ reproduksinya.

Mengapa anak bisa menjadi seorang transgender?

Ada dua faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor Genetik
Adanya masalah dalam susunan gen/kromosom, ketidakseimbangan hormon, struktur otak, atau kelainan susunan syaraf otak.

2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor yang mempengaruhi:
a. Peran Orangtua
Peran orangtua sangat penting dalam perkembangan anak, terutama dalam tahapan seksualitas anak.

b. Pendidikan Seksual berdasarkan tahapan fitrah seksualitas
Anak dididik sesuai gender yang dimiliki dengan harapan anak tahu peran dan tanggungjawabnya di masa depan.

Prinsip Kebudayaan Laki-Laki
1. Persaingan, prestasi, pengembangan keahlian (keunggulan pribadi)
2. Empati - berbagi tugas
3. Memilih untuk berada di kelompok besar
4. Berusaha mandiri
5. Pengorbanan pribadi dalam pengalaman kolektif
6. Teladan laki-laki/ teladan ayah
7. Menemukan olahraga dalam kehidupan dan kehidupan dalam olahraga

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak


Salah satu permasalahan dari seksualitas anak adalah adanya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) dan SSA (Same Sex Attraction).

Lalu, apa beda keduanya?

SSA lebih kepada ketertarikan kepada sesama jenis, tetapi belum sampai kepada perilaku seksual. Dengan kata lain, perilaku SSA belum termasuk kepada LGBT.

Bagaimana mengatasinya?

Faktor lingkungan berpengaruh besar pada orientasi seksual anak. Langkahnya:

1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak
Mengenalkan jati diri anak akan berpengaruh pada kehidupan seksualnya yang kenal. Di masa balita lah anak harus bisa membedakan laki-laki dan perempuan, apa cirinya, dan kesukaan dari dalam diri anak. Sehingga saat ada penyimpangan identitas seksual anak sudah dapat diketahui sejak dini.

2.  Batasi penggunaan gadget atau internet
Berikan gadget hour pada anak dan awasi penggunaan aplikasi yang dapat meracuni kehisupan seksual anak.

3. Dampingi anak menonton televisi
Tayangan komedi tentang laki-laki kemayu akan berdampak pada skema anak bahwa hal tersebut lumrah.

4. Awasi lingkungan pertemanan anak, apalagi di masa pubertas
Kenali teman dekat anak dan awasi saat anak berkunjung bahkan menginap di rumah temannya.

5.  Ikuti tuntunan Rasulullah

Tuntunan Rasulullah tentang Pendidikan Seksual Anak

1. Melatih anak meminta ijin masuk rumah atau kamar orangtua
Ada tiga waktu dimana anak harus minta ijin masuk kamar orangtua, yaitu saat istirahat siang, setelah isya, dan sebelum subuh. Ajarkan anak adab mengetuk pintu. Sehingga anak tidak melihat aurat orangtua. 

2. Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat
Ketika mulai diperintahkan sholat, yaitu umur 7 tahun anak sudah harus bisa menutup aurat secara sempurna.

3. Memisahkan tempat tidur anak
Terutama untuk anak laki-laki dan perempuan agar tak satu ranjang. Dan untuk anak sesama jenis kelamin pun harus dipisah kamarnya dan tidak boleh dalam satu selimut.

4. Menjelaskan beda jenis kelamin dan bahaya zina
Pendidikan seksual dalam rumah menjadi kunci. Orangtua menjelaskan apa saja dampak dari zina dam konsekuensinya jika dilakukan.

5. Mengajarkan kewajiban mandi wajib

Deteksi Dini Orientasi Seksual pada Anak
1. Penampilan menjadi indikator awal
2. Amati bagaimana ia bertema
3. Lebih sering bermain dan memiliki teman kelompok dengan lain jenis




Bali Ratih Body Mist Strawberry

Di saat cuaca sedang terik-teriknya dan keringat lagi lebih suka keluar emang bikin gak pede ketemu banyak orang. Terlebih saat bulan Ramadhan seperti ini, pengennya mandi terus biar seger. 😅

Baca juga: Tips Tampil PeDe

Tapi, bagi yang lagi beraktivitas di luar sih kagak mungkin kalau sering mandi. Salah satu tips jitunya adalah membawa Bali Ratih Body Mist  di pouch kamu.


Bali Ratih Body Mist

Sebenarnya ada banyak varian dari Bali Ratih Body Mist ini. Sekitar 14 varian bisa kamu pilih sesuai aroma yang kamu sukai. Ada almond nut, apple, avocado, chamomile, cherry, chocolate, green tea, lavender, mango, milk, olive, strawberry, white rose, and white musk.



Memiliki isi sebesar 60 ml, body mist ini sangat pas jika dibawa travelling dan tak memakan tempat banyak dalam pouch kamu.

Dikemas dalam botol bening dan dibalut oleh label yang sesuai dengan aroma dalam botol memberikan kesan sederhana tapi elegan untuk sebuah body mist asli Indonesia. Dengan spray yang tak seret, kamu bisa menggunakan body mist ini sesuai dengan kebutuhan kamu.

Alhamdulillah saya dapat kesempatan mencoba Bali Ratih Body Mist Strawberry dari Try and Review Indonesia. Terima kasih banyak try and review 😘



Setelah mencoba, wangi body mist ini sangat lembut, sangat cocok lah buat orang Indonesia yang kalem-kalem 🙊

Tidak terlalu menyengat dan bagi yang tak suka memakai parfum keluar rumah, body mist ini cocok karena wanginya yang tak semerbak tapi tetap menempel lama di pakaian.

Aroma strawberry sangat dominan, memberi kesan lembut dan girly. Hampir mirip juga dengan minyak wangi anak-anak yang varian strawberry. Hanya saja  Bali Ratih Body Mist wanginya gak terlalu kaku dan terkesan manis.

Dengan harga yang sangat terjangkau, tak lebih dari 30 ribuan, kamu mesti coba body mist ini. 

Fitrah Seksualitas Masa Pubertas



Masihkah terbayang masa muda kita saat masih remaja?  Saat merasakan virus merah jambu, pertama kali mengalami menstruasi, atau yang dulunya pernah mendapatkan surat cinta? Hehe

Banyak yang mengatakan bahwa di masa ini hidup seseorang menjadi warna-warni. Benarkah? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada masa remaja?

Pada masa pubertas alias remaja inilah mulai bekerja kelenjar yang dinamakan kelenjar pituitari. Kelenjar ini hanya berukuran sebesar kacang dan terletak di dasar otak, tepatnya di belakang hidung dan di bawah syaraf optic (syaraf menuju mata). 

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari ini membantu untuk mengatur dan mengendalikan hormon-hormon lain dari kelenjar endokrin yang berfungsi sebagai pertumbuhan, metabolisme, dan pematamgan tubuh.

Tanda-Tanda Pubertas

Di saat anak menginjak masa pubertas inilah mendorong organ-organ anak menjadi lebih aktif. Organ pertama anak yang aktif adalah organ reproduksi, dimana seorang anak perempuan dikatakan sudah puber ketika mengalami menstruasi yang pertama kali dan anak laki-laki mengalami mimpi basah.

Apa yang harus kita lakukan saat anak mengalami menstruasi/mimpi basah?

Jika anak mengalami tanda masa pubertas untuk yang pertama kali, kita sebagai orangtua tak boleh khawatir. Masa ini dimulai saat anak berada pada masa pre aqil baligh, yaitu ketika anak laki-laki berusia antara 10-16 tahun dan anak perempuan berusia 8-15 tahun.

Untuk menjaga kenyamanan anak sendiri, dekatkan anak laki-laki kepada ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Selain orangtua sendiri yang sudah pernah mengalami menceritakan pengalaman, hal ini juga akan membangun kedekatan antara orangtua dan anak.

Bagaimana kiat mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak?

1. Menjelaskan fungsi badan dengan apa adanya, bukan dengan simbol. Jadi untuk penamaan organ reproduksi bukan dengan nama yang lazim digunakan masyarakat.
2. Menjelaskan pembuahan dan konsekuensinya. Sehingga anak paham akan akibat pergaulan bebas
3. Mendampingi anak mencari tahu tentang internet
4. Menjelaskan dengan mimik yang wajar dan sederhana sesuai pemikiran anak
5. Pendidikan seksual dilakukan secara repetitif
6. Perhatian setiap ada perubahan pada diri anak

Toilet Training

Toilet training merupakan salah satu cara memberikan pemahaman kepada anak tentang rasa malu dan adab membuang hajat dengan baik. Bukan hanya belajar tentang adab saja, tetapi juga tentang cara bertanggungjawab atas organ reproduksi yang dimilikinya. Selain untuk menumbuhkan fitrah seksualitas anak, toilet training juga untuk melatih kemandirian anak.

Toilet training bukan berarti dimulai saat anak sudah besar dan diapers yang ada sudah tak muat. Tetapi toilet training bisa dilatihkan dan disoundingkan kepada anak sebelum masa fitrah seksualitasnya tiba. Yaitu, ketika usia anak sudah menginjak 2 tahun.

Di usia 2 tahun, anak mulai mengalami fase anal. Fase ini dimulai dari usia 2-4 tahun. Dimana anak merasa nikmat saat mengeluarkan fases dari anus.

Sebelum usia 2 tahun ini, hendaknya anak sudah disounding terlebih dahulu tentang buang air besar dan buang air kecil di tempatnya, yaitu kamar mandi. 

Membiasakan anak untuk membuang air besar dan buang air kecil juga mengajarkan rasa malu pada anak. Malu karena auratnya terbuka dan juga membiasakan hidup bersih dan sehat dengan tidak buang air sembarangan.

Kontrol anak usia 2 tahun memang belum bisa matang, untuk itu sebelum anak berusia 2 tahun alangkah baiknya anak dibiasakan tidak memakai diapers. Sehingga saat ia buang air sembarang, ia merasa jijik, risih, dan malu hasil kotoran tubuhnya tidak langsung dibuang.

Tidak memarahi saat anak mengompol juga menjadi indikator keberhasilan anak melakukan toilet training. Anak tidak akan ketakutan saat anak hendak buang air. Dan anak akan bersemangat untuk buang air di tempat yang benar.

Sebagian kisah toilet training anak saya ada di buku ini. 😁


#day5
#kuliahbunsayiip
#fitrahseksualitas

Menghindari Perilaku Menyimpang Seksual



Di zaman sekarang ini kepedulian orang sekitar cenderung berkurang. Berkurangnya kepedulian orang sekitar dan orang terdekat kita bisa menimbulkan banyak hal yang mempengaruhi penyimpangan seksual seseorang.

Jika Anak Menonton Film Porno

Jika kita mendapati anak kita mengakses konten porno, jangan panik, jangan emosi, dan tetap tenang. Bangun kedekatan bersama anak kita.

Jangan memarahi anak kita karena emosi kita yang meluap-luap. Pendekatan kepada anak tanpa memunculkan interogasi berlebih dari kita.

Batasi pula akses anak terhadap gawai yang dipegangnya. Beri jam daring dan batas anak diperbolehkan mengakses internet.

Fenomena Kehamilan Tak Diinginkan 

KTD sudah bukan hal yang luar biasa di masyarakat kita. Sudah banyak remaja zaman sekarang yang terperosok dalam lembah pergaulan bebas, sehingga terjadinya berbagai masalah.

Membangun Komunikasi dengan Anak

Membangun komunikasi dengan anak tidak serta merta dengan hasil yang instan. Membangun komunikasi berarti membangun bonding antara anak dan orangtua.

Blokir Situs Porno

Bukan berarti tidak memperbolehkan anak memegang gawai. Dengan catatan, sesuaikan dengan visi misi keluarga kita. Bisa dengan membatasi jam daring anak, memberi pasword aplikasi tertentu, atau membatasi jam akses internet. Selain itu, orangtua bisa memasang aplikasi secureteen parental control pada gawai anak.


Seandainya Saya Menjadi Fasilitator Bunda Sayang...


Menjadi fasilitator yang ada di dalam benak saya adalah tentang belajar kembali. Menjadi fasilitator bagi saya, adalah saat saya menemukan banyak pelajaran berharga dalam menuntut ilmu.


Menjadi fasilitator bagi saya adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu. Meski sekarang sudah banyak berterbangan pelatihan fasilitator. Meski butuh kecakapan dalam pengelolaan diri dan pengelolaan orang banyak, inilah seninya. Dimana kita harus berjuang menahan ego dan menahan emosi kita. 

Fasilitator itu Mudah
Tak ada kata 'sulit' untuk menjadi seorang fasilitator. Kata 'sulit' justru akan mempersulit kita dalam menjalaninya. 

Menjadi fasilitator seperti menemukan diri kita kembali. Dapat memahami ilmu dengan lebih baik, menjadi banyak wawasan dari para peserta. Dan menjadi fasilitator ibarat melihat pelangi setelah turunnya hujan. 

Fasilitator itu Memudahkan
Saling membantu, bekerja sama, dan berbagi  menjadi satu hal yang paling menyenangkan bagi saya. Bisa membantu teman belajar yang kesulitan menjadi suatu kelegaan saya.

Pengalaman terburuk saat saya meminta bantuan dan justru ditanggapi dengan tidak baik di sebuah lembaga organisasi (bukan di Ibu Profesional) menjadi suatu pembelajaran. Bahwa saat orang kesulitan dan butuh bantuan dari yang berhak bukan malah disalahkan ataupun tidak ditanggapi dengan ramah, tapi dengan didekati, dimotivasi, dan dibimbing.

Bersyukur saya berada di ruang pembelajaran ini. Dimana teman-teman yang lain saling membantu dan saling berbagi dengan ikhlas dan sukarela. Bergembira hati ini saat hal yang sebenarnya tak mungkin bisa menjadi mungkin dengan selalu bersama-sama.

Fasilitator Bukan Guru
Menjadi fasilitator bukan berarti kita harus tahu semuanya, memberikan semua ilmu kepada peserta. Justru dengan menjadi fasilitator, kita memperoleh banyak ilmu. Ilmu dari guru kita dan ilmu dari peserta.

Bekal Menjadi Fasilitator Bunda Sayang
Sebenarnya tak ada bekal khusus bagi saya. Saya hanya yakin dan percaya diri terhadap apa yang sudah saya dapatkan di kelas Bunda Sayang Batch 2 dan yang telah saya praktekkan. 

Hanya ingin melakukan yang terbaik.

Menjadi salah satu pelecut saya untuk dalam belajar di kelas Bunda Sayang IIP. Banyak sekali ilmu yang langsung bisa saya terapkan sehari-hari. 

Di saat saya bingung apa yang mau saya lakukan hari ini bersama anak, saya menjadi ada bayangan dengan materi dan tantangan di kelas ini.


Memberikan yang Terbaik
Salah satu hal yang membuat saya tertantang di kelas bunda sayang adalah melakukan yang terbaik. Bukan semata-mata untuk lulus atau memperoleh badge tertentu. Tapi tentang kualitas diri kita sebagai ibu.

Memberikan yang terbaik dalam berbagi dan melayani teman-teman di kelas Bunda Sayang nanti menjadi motivasi saya untuk lebih bermanfaat bagi orang lain.

Time Management
Managemen waktu bukan sebuah alasan untuk berbagi dan melayani. Justru dengan menjadi fasilitator akan banyak hal yang yang dapat diambil terkait dengan managemen waktu saya, utamanya managemen gadget.

Membaca, Sumber Ilmu yang Tak Akan Habis
Salah satu amunisi saya dalam belajar apapun dan dimanapun adalah dengan membaca. Meski sudah ada materi yang disiapkan, membaca harus tetap dibudayakan. Bukan berarti dengan membaca menjadi tambah tahu. Tetapi terkadang dengan membaca, kita menjadi semakin sadar kurangnya ilmu yang ada pada diri kita.

Menambah Saudara
Hal yang paling saya sukai dari beberapa kelas adalah bertambahnya saudara. Bisa menjalin persaudaraan meski hanya di dunia daring. Tapi terkadang ikatan batin jauh lebih mengikat.

Saya tidak bisa berandai-andai tentang masa depan saya. Yang saya lakukan sekarang adalah yang terbaik menurut versi saya. Dan setiap hari itulah yang saya tekankan. Agar di tiap harinya saya termasuk orang-orang yang beruntung, karena berusaha menjadi lebih baik di hari sebelumnya.

Fitrah Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun


Seksualitas mungkin masih terdengar tabu pada sebagian masyarakat. Padahal pendidikan seksualitas merupakan hal yang penting bagi anak. Sekarang maupun saat anak masih dewasa.

Pendidikan seksualitas sejatinya adalah membentuk anak agar bertanggungjawab pada gender yang dimiliki. Sehingga anak memiliki aqidah lurus dan akhlak yang baik, menjadi manusia yang beradab. Dan juga anak bisa terhindar dari berbagai masalah seksualitas yang bermacam-macam.

Tantangan gender di zaman sekarang memang banyak sekali. Tak hanya menimpa orang dewasa, anak kecil pun sekarang banyak yang menjadi korban. Mulai dari anak tak mengenal identitas seksualnya hingga pada orientasi seksual yang dilarang agama.

Dimungkin karena berbagai hal sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Kelainan kromosom pada anak yang membuatnya bingung dengan identitas seksual yang ia miliki. Sehingga ada kecenderungan anak melawan fitrahnya dan berbelok ke arah orientasi seksual yang dilarang agama.

2. Faktor Eksternal
Berbagai macam faktor eksternal dapat mempengaruhi anak dalam menentukan identitas seksualnya.

a. Peran Orang Tua
Peran orangtua menjadi sangat vital. Karena  orangtua merupakan guru pertama anak dan guru terbaik bagi anak sepanjang masa. 

Orangtua menjadi yang pertama saat anak bertanya, "siapa aku?", "mengapa aku berbeda denganya?". Dan ini harus dijelaskan oleh orangtua tanpa menutup-nutupi. Bukan dengan menyebut organ reproduksi dengan kata-kata yang tak semestinya, hingga skema anak terhadap kata tersebut menjadi negatif.

Untuk itu, pendidikan seksualitas harus sejak dini diberikan kepada orangtua ke anak.

b. Lingkungan Sekitar
Lingkungan menjadi faktor yang mudah mempengaruhi anak. Lingkungan yang baik dan kondusif menjadi satu hal yang tak boleh luput dari orangtua.

Saat memilih tempat tinggal, lihat dulu siapa tetangganya.

Mungkin petuah yang biasa diucapkan orang-orang ini banyak benarnya. Saat kita memilih tempat tinggal untuk keluarga kita. Tidak hanya rupa dari tempat tinggal ataupun akses untuk mencapai sebuah tempat tertentu. Tapi juga lihat tetangganya. Bagaimana perangainya, baik atau buruk? 

Untuk anak yang sudah bersekolah pun, memilih teman yang akan dijadikannya sahabat merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak. Memang seharusnya tidak boleh membeda-bedakan teman, tapi jika teman mengantarkan anak kita ke penjerumusan yang negatif tentu harus kita waspadai.

c. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi seseorang yang tidak stabil bisa menjerumuskan seseorang ke lembah hitam dalam hidupnya. Untuk itu, tanamkan anak-anak kita pendidikan aqidah dan akhlak sejak dini. Sehingga saat dewasa kelak, ia sudah memiliki pedoman hidup untuk melangkah.

d. Media Elektronik
Media elektronik zaman sekarang banyak mengubah anak-anak dibanding anak dari generasi lama. 

Adanya internet yang bebas diakses, bahkan acara televisi banyak yang memberikan pengaruh buruk bagi orang tua.

Sebisa mungkin orangtua meminimalir pengaruh tersebut. Salah satunya bisa menerapkan aplikasi parental control pada gawai, agar anak terhindar dari paparan negatif.

Pendidikan Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun

Pendidikan Seksualitas (tarbiyah jinsiyah atau sex eduacation) merupakan suatu pendidikan yang tak hanya anak dapatkan dari luar rumah. Pendidikan ini justru harus didapat sejak dini.

Di usia 0-2 tahun merupakan masa menyusu anak. Di sini, anak sudah bisa diajarkan tentang aqidah melalui proses menyusui. Prinsipnya di masa ini, menutup aurat anak dan aurat ibu.

1. Menyusui Langsung
Selain dapat melekatkan bonding antara ibu dan anak. Dengan menyusui, anak sudah bisa merasakan nikmatnya menyusu (fitrah seksualitas mulai terbentuk).

Di masa ini, secara otomatis anak menjadi lebih dekat dengan sang ibu. Dan ini akan terbawa hingga anak sudah berusia dewasa.

Memang tak dapat dipungkiri, tidak semua ibu bisa dan mampu menyusui secara langsung. Bagi ibu bekerja, menyusui secara langsung menjadi hal yang dinantinya setelah pulang bekerja. Untuk itu, manfaatkan peluang waktu itu dengan menyusui semaksimal mungkin.

Dan di saat menyusui ini, hindari menggunakan gawai. Selain fokus anak akan terganggu. Anak bisa merasa terabaikan, meski dalam dekapan ibunya.

2. Menjaga Aurat
Menutup aurat saat menyusui, sehingga anak hanya boleh melihat aurat ibunya bagian atas. Dan di saat menyusui ini, hanya ada ibu dan anak yang menikmati romantismenya.

#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#fitrahseksualitas

RCO Makin Keren



RCO atau Reading Challenge ODOP merupakan sebuah program dari komunitas ODOP untuk membiasakan para anggotanya memiliki kebiasaan membaca. Ya, karena untuk menulis pun kita harus banyak-banyak membaca, bisa sebagai referensi, bisa juga sebagai penambah ilmu kita di bidang kepenulisan.

Baca juga : Kesan RCO #2

Dan di hari ini adalah hari terakhir RCO #3, dimana RCO kedua yang saya ikuti setelah RCO #2. 

Baca juga: Ikut RCO Lagi

Sebenarnya, dulunya saya suka baca, terutama baca novel. Tapi semenjak punya anak jadi seperti tak punya banyak waktu untuk membaca. Gimana mau baca, lha buku yang dipunya itu-itu aja. Hehe

Setelah ikut ODOP, mata saya kembali berbinar-binar karena menemukan apa yang aku ingin lakukan sejak dulu. Dan saat itu, aku ikut RCO #2 dan lulus. Yeey...

Setelah RCO #2, tak disangka dengan cepat muncullah RCO #3. Dan tak kusangka ternyata pesertanya membludak. Sampai berlembar-lembar pije RCO merekap. Karena adanya seleksi alam, pesertapun berguguran.

Ada yang menarik di RCO #3 kali ini, target membaca per harinya lumayan menguras waktu dan pikiran, minimal 40 halaman per hari. Dan ketika lagi tak semangat membaca agak berat. Apalagi kalau buku yang dibaca buku nonfiksi, butuh konsentrasi dan perhatian khusus untuk menyelesaikan target harian ini.

Tantangan awal hingga tantangan ketiga menurutku lumayan mudah. Dibanding dengan RCO #2 kemarin yang tantangannya bikin sakit perut. Apalagi dulu tak punya banyak buku dan belum unduh aplikasi i-pusnas. 

Yang paling mengejutkan dari RCO #3 ini adalah tantangan terakhirnya. Bikin puisi dari buku biografi yang dibaca. Berat banget ini, coba kalau aku jadi Dilan, bikin puisi semenit pasti jadi. Sayang aku bukan Dilan, bikin puisi pun harus semedi 2 hari dulu baru publish di facebook. Ya, meski dengan kualitas puisi yang tak ada bagus-bagusnya juga. 😢

Tantangan yang bikin sakit kepala adalah membaca buku bahasa Asing. WOW BGT ini. Karena di rumah sekarang yang aku punya cuman buku bekas zaman kuliah. Yowes, yang kubaca mau tak mau buku itu. Dengan tebal 400an halaman, baca buku ini butuh konsentrasi tinggi. Untungnya saya sudah sedikit tahu isi bukunya, jadi tak terlalu susah saat diminta membuat tantangan resume buku. 😁

RCO kali ini emang bener-bener TOP MARKOTOP deh. Tantangan tiap level sudah berjenjang. Dari level rendah hingga ke level tertingginya.

Semoga dengan RCO kedua kalinya ini membuatku tak berhenti membaca, meskipun sudah selesai programnya.

Sukses terus buat RCO...

Fitrah Seksualitas Melawan LGBT

Fitrah seksualitas anak merupakan hal yang esensial dalam kehidupan anak. Pasalnya, di zaman yang serba modern ini, anak dengan mudah mengakses konten dewasa dan lebih mudah terpapar dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu permasalahan gender yang makin marak di negeri kita adalah LGBT.



Mendekatkan Anak pada Orang Tua
a. Menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak
b. Memahami fitrah anak, kemampuan anak, serta dapat bersama anak-anak kapanpun dan dimanapun
c. Jadi contoh bagi anak. Karena anak merupakan peniru yang ulung. Libatkan dan beri mereka kepercayaan
d. Menjadi orangtua yang kompak dan bahagia

Virus Merah Jambu di Usia Dini
Virus merah jambu di usia dini atau bisa dikatakan ketertarikan dengan lawan jenis sebelum memasuki usia pubertas merupakan sebuah alarm bagi kita orangtuanya. Fenomena tersebut patut kita waspadai agar anak kita dapat terhindar.

#day2
#futrahseksualitas
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Fitrah Seksualitas Anak

Berada di level 11 ini, tantangan menjadi semakin memuncak. Ibarat pohon, semakin tinggi terpaan angin akan semakin kuat. Di level 11 ini, materi semakin menantang kami dalam mendidik anak-anak kami mengenai fitrah seksualitas.

Berbeda dengan tantangan sebelumnya, meski di tantangan kali ini tetap saja harus menyelesaikan 10 hari tantangan. Tapi ada satu tantangan menariknya, yaitu adanya presentasi kelompok. Selain bikin tambah pengetahuan dan pengalaman dari temen-temen yang rasanya sudah seperti SIRUP, berwarna-warni dan manis rasanya. Adanya tantangan ini mungkin juga ada clue setelah kelas bunsay ini. 😁



Langsung saja....

Di awal Ramadhan ini, presentasi dari kelompok 5 sangat seru. Kali ini tentang fitrah seksualitas anak. 

Jika Fase Fitrah Anak Terlewati

Dari tahapan yang sudah dijelaskan oleh ust Harry Santosa sudah sangat jelas. Jika salah satu fase hilang ataupun terlewati, maka tentunya akan menjadi tak lengkap. Layaknya kehidupan sebuah tanaman yang harus melewati semua proses tanaman itu tumbuh. Mulai dari biji ditanam, disemai, tumbuh tunas, dan bertumbuh menjadi sebuah pohon.

Jika ada tahapan yang tidak sesuai, maka akan timbul bias gender dalam kehidupan anak. Jika sudah terlanjur, bisa meminta bantuan psikiater atau tokoh agama. Akan tetapi, peran orangtua di sini sangat penting sekali untuk menyemangati dan memberikan kekuatan anak terhadap gender yang sudah ada padanya.

Khitan dan Haid

Khitan merupakan salah satu sunnah Rasul yang sangat dianjurkan bagi kaum laki-laki. Selain untuk menjaga kesehatan organ reproduksi, dengan khitan maka saat seorang laki-laki beribadah kulup penisnya sudah bisa bersih dari najis.

Bukan tak berarti, khitan anak harus ada paksaan dari orangtua. Khitan pada anak justru karena anak sudah menginginkannya dan disertai alasan yang syar'i.

Begitu pula dengan haid, saat anak menanyakan haid mengapa terjadi. Kita pub harus menjelaskan kepada anak dengan jelas. Sama saat kita menjelaskan apa itu penis. Bukan bernama tit**t, bur**ng, ataupun nama kiasan lainnya.


Fitrah yang Tercederai

Fitrah seseorang tercederai jika seseorang mengalami apa yang dinamakan dengan fitrah yang berkebalikan. Dimana seorang laki-laki yang harusnya seperti dan berperilaku layaknya laki-laki, tetapi bertolak belakang dengan fitrah yang sudah melekat pada dirinya.

#day1
#fitrahseksualitas
#tantangan10hari
#level11
#kuliahbunsayiip

Tulisan ini sekaligus menjadi Ramadhan Writing Challenge ODOP 2018 dengan tema pertama di hari ini adalah SIRUP. Sudah ketemu kan kata sirup 😁

#RWCODOP2018
#onedayonepost

Sejarah Kesehatan Masyarakat

Tantangan terberat bagi hidup saya adalah ketika saya harus membaca buku/jurnal berbahasa Inggris. Lebih lumayan sih memang baca buku nonfiksi, ketimbang buku fiksi yang terkadang banyak kosakata baru dan susah dimengerti kecuali harus membuka kamus. Tapi tetap saja membaca bahasa nasional sendiri lebih menyenangkan dibanding bahasa asing. ✌

Dan kali ini sedikit ringkasan dari Sejarah Kesehatan Masyarakat yang diterbitkan oleh Johns Hopkins University. Buku ini ditulis oleh seorang professor dari Universitas Columbia dan Editor American Journal of Public Health yang bernama George Rosen, M.D., PH.D., M.P.H


Buku versi Asli


Ada 8 bab topik di buku ini yang diulas secara rinci dan menariknya semua bagian ilmu kesehatan masyarakat tersaji lengkap di buku ini. Tentu saja jika dibanding dengan buku Indonesia yang membahas tentang Public Health.

Dalam buku ini menggambarkan tentang bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di zaman kekaisaran Roma, Yunani Kuno, Eropa, Amerika. Tak hanya menggambarkan perkembangan kesehatan di berbagai tempat.

Dalam buku ini, penulis juga menceritakan beberapa tokoh yang turut andil dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Tak hanya menemukan ilmu baru melalui percobaan langsung, beberapa tokoh juga melakukan penelitian epidemiologi untuk menyelesaikan beberapa masalah kesehatan.

Rosen membagi beberapa masalah kesehatan yang masuk ke ranah masyarakat. Antara lain, penyakit menular, suplay air dan pembuangan kotoran (kesehatan lingkungan), kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga dapat dikelompokkan di berbagai ilmu yang kini menjadi bagian (departemen/peminatan) yang ada di jurusan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Dalam buku ini, Rosen juga menceritakan bahwa penanggulangan masalah penyakit menular dapat segera teratasi. Meski tidak dapat 100% dunia bebas dari penyakit menular. Kembali ke prinsip kesehatan masyarakat bahwa mencegah dan mengendalikan penyakit kronis dan penyakit menular


Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Siapa yang tak menginginkan memiliki anak dengan keimanan yang lurus, ibadah yang baik, dan akhlak mulia?



Sebelum mendidik anak, tentunya kita harus mendidik diri kita dahulu. Dan sekarang sedang banyak-banyak sekolah pra nikah (para jomblo wajib ikut ini nih).

Persiapan mendidik anak dimulai sejak seseorang hendak memilih pasangan. Kalau dalam agama islam, harus sekufu. Dimana saat memilih pasangan, kita kudu tahu dulu visi-misi pasangan dalam berumah tangga. Jadi, saat menikah kelak tinggal menyelaraskan visi-misinya.

Setelah menikah, impian pasangan yang berumah tangga adalah memiliki keturunan. Anak merupakan amanah terbesar dariNya. Dan kita harus menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya.

Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Kebiasaan baik pada anak bisa dibentuk sejak dalam kandungan. Ibu bisa mendekatkan diri pada anak dengan melantunkan ayat suci, bercerita, ataupun mengobrol dengan anak. Dengan begitu, kelekatan antara anak dan ibu sudah tercipta, yang akan mempermudah step selanjutnya.

1. Menyusui Anak
Menyusui anak hingga berumur 2 tahun bukan hanya perintah dari Allah. Menyusui anak secara langsung terbukti banyak sekali manfaatnya. Salah satunya adalah menanamkan fitrah keimanan dan fitrah seksualitas anak sejak dini.

Melalui menyusui, fitrah keimanan akan timbul dan fitrah seksualitas akan memacu kenikmatan anak akan hak seksualitasnya.

2. Menanamkan Adab pada Anak
Menanamkan adab pada anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Berikan anak pemahaman yang baik tentang adab sehingga menjadi kebiasaan di kehidupannya sehari-hari.

Bisa dengan mendongeng kisah para nabi, membacakan buku-buku adab sehari-hari, hingga membantu berdoa setiap akan dan selesai beraktivitas.

3. Teladan
Bahwa orangtua yang harusnya memberikan teladan baik kepada anak. Di masa golden age, anak menyerap semua informasi melalui semua panca indera. Terutama melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Jadi, orang tua harus berperilaku dan berbicara baik dimanapun.


I'm a Moslem, I'm not a Terrorist

Mendengar berita pengeboman di Surabaya pasti sangatlah miris. Banyak nyawa yang teregang tak mengerti apa-apa, kerusakan materiil dan kerusakan non materiil.



Entah mengapa, tak hanya di Indonesia saja, di negera lain pun kaum muslim juga merasakan. Bahwa pelaku pengeboman a.ka. seseorang yang beragama islam dianggap sebagai teroris yang membahayakan.

Padahal sebenarnya, islam adalah agama perdamaian. Dengan orang yang paham islam secara benar akan membawanya kepada toleransi antar umat beragama.

Hampir sama seperti yang dilakukan Rasulullah. Rasulullah selalu mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada semua orang. Bahkan kepada orang yang menghina Rasulullah, Rasulullah tetap berbuat baik kepadanya.

Saat orang mengaku ingin melalukan jihad dengan mengebom apakah sudah dibenarkan? 

Tentu saja, tindakan seperti ini bukanlah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Kita tidak hidup di wilayah yang sedang terjadi peperangan, seperti di Palestina. Seharusnya kita tetap menjunjung tinggi islam sebagai agama perdamaian dan semangat persatuan untuk menghargai umat beragama lain.

Islam merupakan agama keselamatan. Agama yang akan membawa seseorang selamat di dunia dan di akhirat. Saat seseorang mengaku muslim. Maka, harus tetap meneladani sifat Rasulullah. Bukan bertindak radikal ataupun melalukan pengrusakan pada tempat ibadah agama lain.

Mengajarkan kepada Anak Arti Islam secara Sempurna

Perilaku anak, merupakan cerminan dari pendidikan orangtua kepada anak. Rumah menjadi pendidikan pertama kepada anak sebelum anak menerima pendidikan di luar rumah.

Jadi, pondasi utama yang harus diajarkan kepada anak adalah tentang aqidah anak. Anak ditumbuhkan fitrah keimanannya, sehingga kecintaan anak dan semangat anak terhadap keimanannya dapat terus dipupuk. 

Fitrah keimanan anak harus dipupuk saat usia 0-7 tahun. Di awal kehidupannya, menyusui merupakan cara menumbuhkan fitrah keimanan anak pertama di dalam hidupnya. 

Pengenalan terhadap Allah sebagai Tuhannya menjadi kunci bahwa anak paham aqidah yang lurus, sehingga saat waktunya anak wajib melalukan ibadah, tidak ada lagi paksaan dari dalam dirinya. Ibadah yang anak laksanakan bukan karena untuk sekedar menggugurkan kewajiban ataupun malah karena takut dimarahi oleh orangtua.

Hingga saat berusia aqil baligh (sekitar 15 tahun), anak sudah matang fitrah keimanannya. Dan sudah tidak terjadi kegalauan dari dalam dirinya untuk meyakini agama yang dianut.

Bahkan saat usia aqil baligh ini, anak sudah benar-benar paham yang baik dan yang buruk. Sehingga, tak ada lagi yang namanya anak muda ikut-ikutan dalam kegiatan radikal.

Muslim, bukanlah Seorang Teroris

Saat saya membaca beberapa karya fiksi  ataupun menonton film (sebut saja film 'Khan') yang bercerita tentang kehidupan muslim di negara yang minoritas. Saya terenyuh saat banyaknya masyarakat di luar sana yang masih menganggap orang islam merupakan orang yang berbahaya. 

Seseorang yang mengaku islam tetapi masih bertindak radikal, menurut saya bukanlah seorang muslim. Seorang muslim yang paham dengan agama yang dianut, akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi Rasulullah sebagai panutannya.

#odopbicaraterorisme
#onedayonepost
#islambukanteroris
#terorisbukanislam
#odoperbicara

Challenge Project Diri

Tiga bulan ke depan, saya yang akan menchallenge project diri saya untuk menghasilkan sebuah karya. Meski waktunya singkat. Bismillah, saya akan memulainya dari hari ini. 

Seperti pada isi blog saya sebelumnya, saya akan menambah jam terbang saya untuk mencapai kapasitas saya sebagai penulis.
Baca juga : Project Diri

Meski kelihatan konyol, karena sebenarnya dulu saya orang yang anti menulis. Saya bertekad menulis dalam rangka mengembangkan kapasitas diri saya.

Baca juga: Potensi Diri

Yang pertama, saya akan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan saya di blog ini. Meski tidak rutin one day one post, saya akan mengikhtiarkan akan berbagi seputar parenting dan lifestyle dengan minimal 3x post dalam seminggu. Dengan batasan minimal 500 kata dalam setiap tulisan di blog saya ini.


Menambah bacaan akan selalu menjadi prioritas utama saya saat menjalani project ini. Dengan harapan, dari sini saya berlatih untuk membuat sebuah buku tentang parenting tentunya.

Saya percaya dengan latihan menulis setiap hari akan menambah rasa percaya diri dalam diri saya untuk menulis. Bukan hal yang mudah memang dan kadang perlu dipaksa. Bahkan di setiap catatan ide saya belum saya eksekusi sampai sekarang.

Di buku catatan ide inilah, saat ide muncul tapi terhalang belum bisa menulis saya tulis pokoknya di sana. Dan buku ini juga akan saya jadikan coretan saya saat saya hendak menuliskan buku solo. 

Langkah selanjutnya, selain membaca buku saya pun harus sering blogwalking. Selain untuk silaturahim, dengan blogwalking bisa menjadi pencerah ide saya saat menulis.


Saya dan keluarga mempunyai satu kesamaan, yaitu suka mbolang. Tapi, untuk mbolang di tempat-tempat sekitar Jepara, kami agak kesulitan untuk mencari referensi akses dan fasilitas menuju tempat yang saya tuju. Hingga kemudian ketika kami mbolang, tercetuslah ini untuk mendokumentasikannya di blog ini.

#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day1