Sudah Dewasa Tapi Tak Suka Baca, Why?

Perkembangan teknologi yang semakin bertambah pesat, menjadikan semakin berkembangnya teknologi bagi bagi ilmu pengetahuan. Pun dengan sumber ilmu yang dahulunya hanya diakses melalui tatap muka langsung dengan sang guru ataupun melalui buku-buku karyanya.

Sumber Gambar : pustaka pelangi.com


Namun, ternyata perkembangan teknologi tak seimbang dengan jumlah bacaan yang dilahap oleh kaum milenial. Kegiatan sedentary yang cenderung dipergunakan untuk main game, stalking sosmed, ataupun nonton TV menjadi kegiatan luang yang paling banyak menghabiskan waktu sia-sia.

Kebiasaan yang diterapkan saat kecil menjadi salah satu kunci membangun kebiasaan anak suka membaca. Memang terkadang terkesan ganjil, terlebih jika anak belum mampu membaca. Meskipun begitu,orang tua tetap harus menstimulasi kebiasaan membaca anak dengan beragam buku yang kini beragam jenis bukunya.

Membacakan nyaring menjadi salah satu hal yang menjadi pondasi anak untuk mengembangkan kosakata, melatih pendengaran, kemampuan berbicara, hingga nantinya akan melatih kemampuan membaca dan menulis anak.

Pun ketika anak tidak distimulasi sejak kecil. Ketika dewasa kelak, anak menjadi acuh tak acuh pada buku. Bahkan saat masuk bangku sekolah pun banyak anak yang merasa terbebani dan tidak menikmati ketika ada tugas membaca dari gurunya.

Sumber Gambar: wajib baca.com


Membaca tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagai seorang pelajar. Dengan membaca, maka banyak ilmu dan hikmah yang bisa diambil. Sehingga akan menambah kapasitas diri dan kemampuan menulis.

Maka tak heran, ketika muncul banyak penulis. Maka bisa dipastikan mereka adalah orang-orang yang suka membaca. Jadi, jangan remehkan membacakan buku pada anak sejak kecil. Karena mengajarkan anak bisa membaca jauh lebih mudah dibandingkan dengan membuat anak suka membaca.


8 komentar

  1. lumayan berat nih tugas penggerak literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener A', apalagi untuk guru bahasa Indonesia 😅

      Hapus
  2. Aku pernah baca berita disekolah mana giti. Jd sebelum kelas dimulai mereka diberi waktu beberapa menit untuk membaca buku apa aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di luar negeri malah jam pertama guru membacakan cerita ke muridnya mas

      Hapus
  3. Sebelum menggerakkan literasi, perlu gerakan literasi dulu buat guru. Ini yang saya lihat. Gurunya gencar minta anak literasi, eee guru sendiri pula yang enggak literat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak ini mbak, guru harus banyak memberi contoh

      Hapus
  4. Aku sudah mulai membaca sejak bisa membaca... lancar membacamembaca, sekitar tahun 1980 kelas 2 SD... tetap dengan 'Penyakit Lama' habis baca terus lupa jalan ceritanya... sampai sekarang... belum sembuh

    BalasHapus