Writing for Healing



Menulis banyak yang mengidentikkan sebagai kegiatan yang membutuhkan banyak pikiran untuk merangkai kata. Padahal setiap hari secara tidak sadar, kita sering menulis. Entah itu membalas pesan ataupun sekedar menulis nama untuk mengisi absensi.

Pun begitu ketika ada ulangan ataupun tes dengan soal uraian. Ketimbang uraian, beberapa pelajar lebih menyukai soal dengan pilihan ganda ataupun isian singkat. Padahal kalau sudah dinilai, skor soal uraian juga bisa membantu mendongkrak nilai jika tidak dikerjakan asal-asalan.

Entah lah, banyak yang berpikiran bahwa menulis itu pekerjaan yang berat. Selain harus pandai merangkai kata bak pujangga, menulis dengan tema berat ataupun sangat ilmiah dianggap akan menguras otak.

Padahal aktivitas menulis ini bisa menjadi menyenangkan jika pikiran tentang menulis merupakan sesuatu yang tidak memberatkan. Misalnya nih dalam menjawab suatu soal uraian, jabarkan saja apa yang diketahui ataupun dengan mengarang indah. Terkadang saat mengoreksi soal uraian pun, jawaban terpanjang bisa saja dianggap jawaban yang benar. Hahaha

Menulis juga banyak yang dimanfaatkan untuk mencurahkan kata, bisa dengan menulis diary ataupun sekedar membagikan quote di media sosial atau hanya dengan membuat status. Secara tidak langsung menulis secara inilah yang lebih menentramkan jiwa. Maka tak heran jika banyak orang terkenal karena tulisannya karena saat menulis mencurahkan segala isi tulisannya. Inilah yang biasanya membuat para pembaca ikut trenyuh.


Tidak ada komentar