Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Siapa yang tak menginginkan memiliki anak dengan keimanan yang lurus, ibadah yang baik, dan akhlak mulia?



Sebelum mendidik anak, tentunya kita harus mendidik diri kita dahulu. Dan sekarang sedang banyak-banyak sekolah pra nikah (para jomblo wajib ikut ini nih).

Persiapan mendidik anak dimulai sejak seseorang hendak memilih pasangan. Kalau dalam agama islam, harus sekufu. Dimana saat memilih pasangan, kita kudu tahu dulu visi-misi pasangan dalam berumah tangga. Jadi, saat menikah kelak tinggal menyelaraskan visi-misinya.

Setelah menikah, impian pasangan yang berumah tangga adalah memiliki keturunan. Anak merupakan amanah terbesar dariNya. Dan kita harus menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya.

Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Kebiasaan baik pada anak bisa dibentuk sejak dalam kandungan. Ibu bisa mendekatkan diri pada anak dengan melantunkan ayat suci, bercerita, ataupun mengobrol dengan anak. Dengan begitu, kelekatan antara anak dan ibu sudah tercipta, yang akan mempermudah step selanjutnya.

1. Menyusui Anak
Menyusui anak hingga berumur 2 tahun bukan hanya perintah dari Allah. Menyusui anak secara langsung terbukti banyak sekali manfaatnya. Salah satunya adalah menanamkan fitrah keimanan dan fitrah seksualitas anak sejak dini.

Melalui menyusui, fitrah keimanan akan timbul dan fitrah seksualitas akan memacu kenikmatan anak akan hak seksualitasnya.

2. Menanamkan Adab pada Anak
Menanamkan adab pada anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Berikan anak pemahaman yang baik tentang adab sehingga menjadi kebiasaan di kehidupannya sehari-hari.

Bisa dengan mendongeng kisah para nabi, membacakan buku-buku adab sehari-hari, hingga membantu berdoa setiap akan dan selesai beraktivitas.

3. Teladan
Bahwa orangtua yang harusnya memberikan teladan baik kepada anak. Di masa golden age, anak menyerap semua informasi melalui semua panca indera. Terutama melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Jadi, orang tua harus berperilaku dan berbicara baik dimanapun.


I'm a Moslem, I'm not a Terrorist

Mendengar berita pengeboman di Surabaya pasti sangatlah miris. Banyak nyawa yang teregang tak mengerti apa-apa, kerusakan materiil dan kerusakan non materiil.



Entah mengapa, tak hanya di Indonesia saja, di negera lain pun kaum muslim juga merasakan. Bahwa pelaku pengeboman a.ka. seseorang yang beragama islam dianggap sebagai teroris yang membahayakan.

Padahal sebenarnya, islam adalah agama perdamaian. Dengan orang yang paham islam secara benar akan membawanya kepada toleransi antar umat beragama.

Hampir sama seperti yang dilakukan Rasulullah. Rasulullah selalu mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada semua orang. Bahkan kepada orang yang menghina Rasulullah, Rasulullah tetap berbuat baik kepadanya.

Saat orang mengaku ingin melalukan jihad dengan mengebom apakah sudah dibenarkan? 

Tentu saja, tindakan seperti ini bukanlah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Kita tidak hidup di wilayah yang sedang terjadi peperangan, seperti di Palestina. Seharusnya kita tetap menjunjung tinggi islam sebagai agama perdamaian dan semangat persatuan untuk menghargai umat beragama lain.

Islam merupakan agama keselamatan. Agama yang akan membawa seseorang selamat di dunia dan di akhirat. Saat seseorang mengaku muslim. Maka, harus tetap meneladani sifat Rasulullah. Bukan bertindak radikal ataupun melalukan pengrusakan pada tempat ibadah agama lain.

Mengajarkan kepada Anak Arti Islam secara Sempurna

Perilaku anak, merupakan cerminan dari pendidikan orangtua kepada anak. Rumah menjadi pendidikan pertama kepada anak sebelum anak menerima pendidikan di luar rumah.

Jadi, pondasi utama yang harus diajarkan kepada anak adalah tentang aqidah anak. Anak ditumbuhkan fitrah keimanannya, sehingga kecintaan anak dan semangat anak terhadap keimanannya dapat terus dipupuk. 

Fitrah keimanan anak harus dipupuk saat usia 0-7 tahun. Di awal kehidupannya, menyusui merupakan cara menumbuhkan fitrah keimanan anak pertama di dalam hidupnya. 

Pengenalan terhadap Allah sebagai Tuhannya menjadi kunci bahwa anak paham aqidah yang lurus, sehingga saat waktunya anak wajib melalukan ibadah, tidak ada lagi paksaan dari dalam dirinya. Ibadah yang anak laksanakan bukan karena untuk sekedar menggugurkan kewajiban ataupun malah karena takut dimarahi oleh orangtua.

Hingga saat berusia aqil baligh (sekitar 15 tahun), anak sudah matang fitrah keimanannya. Dan sudah tidak terjadi kegalauan dari dalam dirinya untuk meyakini agama yang dianut.

Bahkan saat usia aqil baligh ini, anak sudah benar-benar paham yang baik dan yang buruk. Sehingga, tak ada lagi yang namanya anak muda ikut-ikutan dalam kegiatan radikal.

Muslim, bukanlah Seorang Teroris

Saat saya membaca beberapa karya fiksi  ataupun menonton film (sebut saja film 'Khan') yang bercerita tentang kehidupan muslim di negara yang minoritas. Saya terenyuh saat banyaknya masyarakat di luar sana yang masih menganggap orang islam merupakan orang yang berbahaya. 

Seseorang yang mengaku islam tetapi masih bertindak radikal, menurut saya bukanlah seorang muslim. Seorang muslim yang paham dengan agama yang dianut, akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi Rasulullah sebagai panutannya.

#odopbicaraterorisme
#onedayonepost
#islambukanteroris
#terorisbukanislam
#odoperbicara

Challenge Project Diri

Tiga bulan ke depan, saya yang akan menchallenge project diri saya untuk menghasilkan sebuah karya. Meski waktunya singkat. Bismillah, saya akan memulainya dari hari ini. 

Seperti pada isi blog saya sebelumnya, saya akan menambah jam terbang saya untuk mencapai kapasitas saya sebagai penulis.
Baca juga : Project Diri

Meski kelihatan konyol, karena sebenarnya dulu saya orang yang anti menulis. Saya bertekad menulis dalam rangka mengembangkan kapasitas diri saya.

Baca juga: Potensi Diri

Yang pertama, saya akan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan saya di blog ini. Meski tidak rutin one day one post, saya akan mengikhtiarkan akan berbagi seputar parenting dan lifestyle dengan minimal 3x post dalam seminggu. Dengan batasan minimal 500 kata dalam setiap tulisan di blog saya ini.


Menambah bacaan akan selalu menjadi prioritas utama saya saat menjalani project ini. Dengan harapan, dari sini saya berlatih untuk membuat sebuah buku tentang parenting tentunya.

Saya percaya dengan latihan menulis setiap hari akan menambah rasa percaya diri dalam diri saya untuk menulis. Bukan hal yang mudah memang dan kadang perlu dipaksa. Bahkan di setiap catatan ide saya belum saya eksekusi sampai sekarang.

Di buku catatan ide inilah, saat ide muncul tapi terhalang belum bisa menulis saya tulis pokoknya di sana. Dan buku ini juga akan saya jadikan coretan saya saat saya hendak menuliskan buku solo. 

Langkah selanjutnya, selain membaca buku saya pun harus sering blogwalking. Selain untuk silaturahim, dengan blogwalking bisa menjadi pencerah ide saya saat menulis.


Saya dan keluarga mempunyai satu kesamaan, yaitu suka mbolang. Tapi, untuk mbolang di tempat-tempat sekitar Jepara, kami agak kesulitan untuk mencari referensi akses dan fasilitas menuju tempat yang saya tuju. Hingga kemudian ketika kami mbolang, tercetuslah ini untuk mendokumentasikannya di blog ini.

#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day1

Menumbuhkan Kecintaan Anak pada Buku

Di tanggal 5 Mei kemarin, ada sebuah Gerakan Nasional Membacakan Buku (GERNAS BAKU). Sebuah gerakan di lingkup nasional dengan tujuan meningkatkan minat baca anak dengan peran aktif keluarga.



Gerakan ini mendorong upaya aktif orangtua sebagai pendidik utama anak. Meski anak sudah bersekolah, proses mendidik anak di dalam rumah tetaplah yang utama. Karena, rumahku adalah sekolah pertamaku.

Menumbuhkan minat baca anak bukan berarti menunggu hingga anak sudah lancar membaca. Menumbuhkan minat baca anak ini harus dimulai sejak dini, yaitu dimulai saat anak masih berada dalam kandungan.

Membuat anak bisa membaca lebih mudah dibanding membuat anak suka buku

Salah satu tantangan untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan membuat anak suka dulu dengan buku. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menstimulasinya sejak dini.

Stimulasi membuat anak suka buku bisa dimulai sejak anak masih ada di dalam kandungan. Saat dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar suara yang berada di luar lingkungannya. Selain itu, anak sudah bisa merespon apa yang didengarnya. Bisa dengan sikutan lengan ataupun tendangan kaki.

Setelah anak lahir, anak pun masih harus distimulasi dengan dibacakan buku sesuai dengan usianya. Untuk anak usia 0-3 bulan bisa dibacakan dengan buku highcontrast, yang hanya berwarna hitam putih dengan gambar lebih dominan dibanding tulisan.

Semakin bertambahnya umur anak, anak akan semakin aktif mendengarkan sekaligus mengeksplorasi buku. Di usia kurang dari satu tahun ini anak bisa diberikan buku berjenis:

1. Boardbook
Buku jenis ini bisa terbuat dari duplex ataupun ivory yang tak mudah sobek, sehingga aman saat anak bereksplorasi dengan buku ini. Selain itu, biasanya buku berjenis ini ujungnya tumpul, berwarna-warni, dan lebih dominan gambar dibanding tulisan.

Baca juga: Puppet Book

2. Buku Busa
Buku jenis ini termasuk buku yang ringan meski bukunya agak tebal tiap halaman. Meskipun begitu, buku berjenis buku busa aman digunakan untuk anak.



3. Buku Bantal
Hampir sama dengan buku busa. Hanya beda dibahan. Buku bantal terbuat dari kain dan cemderung lebih tipis dibanding dengan buku busa.



Usia yang semakin meningkat, anak sudah bisa mengeksplorasi lebih banyak jenis buku, seperti:

1. Soundbook
Buku dengan suara yang akan membuat anak lebih mencintai buku. Ada suara binatang, kendaraan, lagu-lagu, bahkan isi dari buku tersebut. Anak jadi bisa mengeksplorasi bunyi-bunyian dari buku tersebut.



2. Flip Flap Book
Untuk menambah rasa penasaran anak dengan isi buku, bisa memberikan flip flap book atau buku buka tutup.



3. Pop up Book
Tak hanya anak yang menyukai buku jenis ini, orangtua pun menyukai jenis buku seperti ini.



Buku-buku tersebut biasanya lebih dominan gambar dibanding tulisan. Selain anak akan tertarik dengan isinya, orangtua yang membacakan buku tak hanya terpaku pada isi buku saja. Tapi bisa mengeksplorasi gambar yang ada dalam buku.

Setelah anak cukup umur untuk belajar membaca dan mulai lancar membaca. Buku yang dibaca tak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya saat sekolah. 

Mengembangkan Imajinasi Melalui Dongeng

Dongeng menjadi salah satu cara mengembangkan imajinasi seseorang. Dengan mendongeng, seseorang akan berpikir out of the box. Dimana segala apa yang ada di pikirannya akan tercurah ke dalam suatu cerita. Mungkin cerita yang dibawakannya aneh, tak lazim, bahkan konyol. Tapi itulah kelebihan manusia yang sudah dikaruniai akal oleh Sang Pencipta. Salah satu cara kita adalah mengapresiasi setiap pikiran seseorang yang tertuang dalam dongeng.



Mengembangkan imajinasi bisa dilakukan sejak dini. Berikut tahapan mengembangkan imajinasi dengan mendongeng kepada anak:

1. Saat Anak Masih Ada dalam Kandungan
Saat anak masih ada di dalam kandungan, ajak anak berbicara. Bisa berbicara hal yang umum, bisa juga dengan mendongeng dengan imajinasi sang ibu. Dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar apa yang ada di dunia luarnya. Selain bisa lebih akrab dengan suara ibunya, dengan mendongeng anak sudah lebih banyak belajar tentang dunia luar.

2. Saat Batita
Saat batita, anak masih mendengarkan dongeng dari sang ibu. Sambil mendengarkan sang ibu mendongeng, anak biasanya sudah bisa berimajinasi dengan cerita yang didengarnya. Karena di masa ini merupakan masa golden age, berikan dongeng yang menceritakan tentang adab ataupun teladan.

3. Saat Usia Pra Sekolah
Di usia pra sekolah ini anak sudah bisa dianak berimajinasi dengan apa yang dilihatnya. Berikan apresiasi saat anak berhasil mengungkapkan imajinasinya, baik secara verbal ataupun melalui gambar.

4. Saat Usia Sekolah
Saat anak sudah bersekolah, anak sudah mahir mengungkapkan imajinasinya. Meskipun sudah mahir, untuk para ibu jangan sampai kendor mendongengkan anak. Hehe

Dongeng sebelum tidur
Merupakan waktu yang paling efektif. Selain karena otak anak lebih mudah mencerna apa yang didengarkannya. Mendongeng sebelum tidur bisa menjadi hal yang paling berkesan selama hidupnya.

Meskipun terkadang banyak anak juga yang lebih suka didongengkan saat melakukan aktivitas tertentu. Misalnya saat memotong kukunya, ataupun saat anak sedang dilanda GTM. Dengan mendongeng yang pasti dengan pesan mendalam yang terkandung di dalamnya, secara perlahan pesan kepada anak melalui dongeng dapat tersampaikan dengan baik.

Langkah yang mendongeng (versi saya tentunya): 

1. Menarik Perhatian Anak
Menarik perhatian anak saat hendak mendongeng adalah kunci keberhasilan tersampaikannya pesan dongeng. Menarik perhatian anak bisa dimulai dengan percakapan kepada anak.
"Adek, malam ini di langit banyak bintangnya loh"
Atau "Adek, paling suka dengan binatang apa?"
Atau kalimat pembuka lainnya. Harus dengan kreativitas ibunya ini.

2. Membuat Penasaran
Mendongeng adalah membuat penasaran anak dengan cerita yang didengarnya. Di sini ibu harus berpikir out of the box. Cerita yang membuat penasaran anak sekaligus bisa untuk melatih peningkatan rentang konsentrasi anak.
Meskipun out of the box, usahakan cerita yang disampaikan sesuai dengan realita yang terjadi. Jadi tidak ada lago cerita tentang harimau yang makan kue. Karena sejatinya harimau adalah hewan karnivora, bukan omnivora, apalagi herbivora.

3. Pesan Moral Tersampaikan
Jadi, dalam mendongeng bukan hanya sekedar untuk hiburan saja. Tapi sekaligus sarana edukasi kepada anak. Selain untuk melatih imajinasi anak dan ibunya. Dengan mendongeng, anak diharapkan bisa mencerna pesan yang tersampaikan dalam dongeng yang didengarnya. 


Badgenya keren banget. Sesuai banget dengan imajinasi ibu-ibu yang suka dengan indahnya pelangi. Seperti imajinasi kita yang akan selalu bewarnai dunia anak.


Mengembangkan imajinasi melalui dongeng sebenarnya tak terlalu susah. Karena dengan pikiran yang langsung terucap melalui lisan akan langsung menancap pada hati anak.

aku adalah ibu asyik untuk anakku. 
dengan dongeng, pikiran-pikiran liarku jadi terarah
dengan dongeng, aku bisa menungkapkan hal yang paling sulit diungkapkan melalui cara apapun
Dan dengan dongeng, aku menjadi semakin lengket dengan anakku

-Alif Kiky Listiyati-
Kelas Bunsay batch 2 -Jogja Jateng-

Perahu Kertas: Novel dan Film

Perahu kertas, sebuah novel best seller dari seorang penulis kondang bernama Dewi Lestari atau lebih akrab dengan nama pena Dee. Karya yang dahulunya lebih dahulu diterbitkan dalam bentuk digital (wap) tahun 2008. Kini terbit menjadi sebuah novel yang diterbitkan atas kerjasama Truedee Books dan Bentang Pustaka.



Bercerita tentang persahabatan sekaligus kisah asmara antara dua insan manusia yang berakhir pada pertemuan dua hati yang saling dipilih. Konflik batin antar tokoh membuat cerita ini mengalir dan dengan ending yang tak mudah ditebak.

Menjadi salah satu novel best seller, di tahun 2012 dirilislah film Perahu Kertas yang diadaptasi dari judul novel yang sama. 

Menariknya dan berbeda dari novel yang kemudian diangkat menjadi sebuah novel adalah film Perahu Kertas dibuat dua chapter, Perahu Kertas dan Perahu Kertas 2. Sebagai penikmat novel, tentunya pembaca sangat menyayangkan jika ada satu bagian yang terskip dalam film. Mungkin itu sebabnya film ini dibuat menjadi dua chapter.

Selain dibuat dua film, poster film pun dibuat semirip mungkin dengan cover novel. Hanya beda di filmnya memakai pemeran film, sedangkan di novel memakai gambar ilustrasi.


Baik novel maupun filmnya mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Misalnya nih, saat kita membayangkan adegan radar neptunus, pasti bingung deh kayak gimana. Ternyata setelah difilmkan, kita jadi tahu seperti apa radar neptunus itu.

Tokoh yang diperankan oleh Maudy Ayunda (Kugy), Adipati Dolken (Keenan), Rezza Rahardian (Remi), dan Elyzia Mulachela (Luhde) sesuai dengan karakter tokoh dalam novel. Meski menurutku, nama tokohnya unik, seunik ceritanya.

Dan sangat disayangkan kalau tidak baca atau menonton filmnya. Hehe. Menurut saya nih, bagi kalian yang lagi galau nentuin pilihan, terutama yang galau menentukan passion, kalian akan menemukan rahasia menemukan kegiatan mana yang akan kalian pilih sehingga membuat mata selalu berbinar-binar.

Bukan hati yang memilih, tapi hati yang dipilih.

Sebuah quote di bagian akhir kisah ini akan membuat kita menjadi semakin yakin akan apa yang sudah ditakdirkan kepada kita. Karena, sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu baik di mata Allah. Selalu berhusnudzon kepadanya dan syukuri apa yang telah Dia berikan kepada kita.

#TugasRCO3
#Tugas2Level3
#OneDayOnePost

Big Picture Keluargaku


Menilik dan mengembangkan big picture seperti keluarga pak Dodik, memang bukan perkara yang mudah. Di masa-masa awal pernikahan yang belum genap berusia 4 tahun ini, kami masih tahap menerima sifat masing-masing dari kami.

Meskipun begitu, tidak ada yang tidak mungkin untuk kami melanjutkan visi-misi keluarga kami yang mulai kami bentuk dari sekarang. Dengan salah satu keterlambatan kami, anak kami sudah hampir berumur 3 tahun.

Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali

Ungkapan inilah yang membuat saya harus bangkit. Ingin berubah, atau kita akan kalah.

Untuk itu, sedikit kekuatan dari suami dan anak saya adalah di kecerdasan naturalis. Karena mereka berdua memiliki dua kesamaan yang tidak saya punyai, maka kami lebih sering mengunjungi pegunungan ataupun pantai daripada main ke kota.

Untuk mencari tempat wisata yang masih belum banyak terjamah oleh orang. Kami bersusah payah tanya ke beberapa orang, karena situs layanan pencari informasi kurang memberikan informasi secara jelas. Untuk itu, setelah berkunjung ke suatu tempat, saya lebih sering mendokumentasikannya di blog ini. Dengan harapan memberikan akses kemudahan bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke sana.

Dari keluarga kami, kami membuat project keluarga seperti ini


#RuangBerkaryaIbu
#Proyek2
#TugasMateriLima
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu