I'm a Moslem, I'm not a Terrorist

Mendengar berita pengeboman di Surabaya pasti sangatlah miris. Banyak nyawa yang teregang tak mengerti apa-apa, kerusakan materiil dan kerusakan non materiil.



Entah mengapa, tak hanya di Indonesia saja, di negera lain pun kaum muslim juga merasakan. Bahwa pelaku pengeboman a.ka. seseorang yang beragama islam dianggap sebagai teroris yang membahayakan.

Padahal sebenarnya, islam adalah agama perdamaian. Dengan orang yang paham islam secara benar akan membawanya kepada toleransi antar umat beragama.

Hampir sama seperti yang dilakukan Rasulullah. Rasulullah selalu mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada semua orang. Bahkan kepada orang yang menghina Rasulullah, Rasulullah tetap berbuat baik kepadanya.

Saat orang mengaku ingin melalukan jihad dengan mengebom apakah sudah dibenarkan? 

Tentu saja, tindakan seperti ini bukanlah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Kita tidak hidup di wilayah yang sedang terjadi peperangan, seperti di Palestina. Seharusnya kita tetap menjunjung tinggi islam sebagai agama perdamaian dan semangat persatuan untuk menghargai umat beragama lain.

Islam merupakan agama keselamatan. Agama yang akan membawa seseorang selamat di dunia dan di akhirat. Saat seseorang mengaku muslim. Maka, harus tetap meneladani sifat Rasulullah. Bukan bertindak radikal ataupun melalukan pengrusakan pada tempat ibadah agama lain.

Mengajarkan kepada Anak Arti Islam secara Sempurna

Perilaku anak, merupakan cerminan dari pendidikan orangtua kepada anak. Rumah menjadi pendidikan pertama kepada anak sebelum anak menerima pendidikan di luar rumah.

Jadi, pondasi utama yang harus diajarkan kepada anak adalah tentang aqidah anak. Anak ditumbuhkan fitrah keimanannya, sehingga kecintaan anak dan semangat anak terhadap keimanannya dapat terus dipupuk. 

Fitrah keimanan anak harus dipupuk saat usia 0-7 tahun. Di awal kehidupannya, menyusui merupakan cara menumbuhkan fitrah keimanan anak pertama di dalam hidupnya. 

Pengenalan terhadap Allah sebagai Tuhannya menjadi kunci bahwa anak paham aqidah yang lurus, sehingga saat waktunya anak wajib melalukan ibadah, tidak ada lagi paksaan dari dalam dirinya. Ibadah yang anak laksanakan bukan karena untuk sekedar menggugurkan kewajiban ataupun malah karena takut dimarahi oleh orangtua.

Hingga saat berusia aqil baligh (sekitar 15 tahun), anak sudah matang fitrah keimanannya. Dan sudah tidak terjadi kegalauan dari dalam dirinya untuk meyakini agama yang dianut.

Bahkan saat usia aqil baligh ini, anak sudah benar-benar paham yang baik dan yang buruk. Sehingga, tak ada lagi yang namanya anak muda ikut-ikutan dalam kegiatan radikal.

Muslim, bukanlah Seorang Teroris

Saat saya membaca beberapa karya fiksi  ataupun menonton film (sebut saja film 'Khan') yang bercerita tentang kehidupan muslim di negara yang minoritas. Saya terenyuh saat banyaknya masyarakat di luar sana yang masih menganggap orang islam merupakan orang yang berbahaya. 

Seseorang yang mengaku islam tetapi masih bertindak radikal, menurut saya bukanlah seorang muslim. Seorang muslim yang paham dengan agama yang dianut, akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi Rasulullah sebagai panutannya.

#odopbicaraterorisme
#onedayonepost
#islambukanteroris
#terorisbukanislam
#odoperbicara

1 komentar

  1. Semoga generasi selanjutnya akan lebih memahami islam sesungguhnya. T_T

    BalasHapus