Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Mengenalkan Buku Sejak Dini

"Masih kecil kok sudah diberi buku". Ungkapan seperti itu seringkali terlontar oleh orang-orang ataupun kakek-nenek anak kita sendiri saat kita memberikannya sebuah buku.

Bukankah perintah pertama dari Sang Pencipta adalah "iqro'( bacalah)". Maka, sebagai emak jaman now, tak usahlah gundah gulana. Karena akan ada pelangi setelah turunnya hujan.

Membuat bisa lebih mudah dibanding dengan membuatnya suka

Quote ini yang menjadi landasan saya kenapa saya memperkenalkan buku kepada anak saya sebelum anak belajar huruf. Anak saya termasuk telat untuk saya kenalkan buku, yang seharusnya bisa dikenalkan sejak dalam kandungan, tapi saya mengenalkan buku saat anak berusia 4 bulan. Saat saya sedang sibuk-sibuknya kembali ke rutinitas perkuliahan saya.

Di sisi lain, karena keterbatasan saya dalam mengenalkan buku, ternyata ilmu saya untuk mendidik anak masih cetek. Alhasil buku pertama yang saya berikan sukses di sobek. Padahal baru dibeli sehari yang lalu. Tapi semua itu, tak menghambat saya untuk terus mengenalkan buku kepada anak. Hingga saya bergabung menjadi book advisor dan saya menemukan 'aha' untuk membuat anak suka kepada buku.

Sebelum membuat anak suka buku, kita harus mengetahui jenis buku yang ramah untuk anak:
1. Buku bantal
Buku ini teksturnya seperti bantal, halus permukaannya, dan ringan saat dibawa. Buku ini bisa diberikan kepada bayi berusia 0 bulan.



2. Boardbook
Jenis buku seperti ini termasuk jenis buku tebal. Kertasnya biasa terbuat dari duplek. Dengan bahan seperti ini, buku berjenis boardbook bisa 4x lebih berat dibanding buku berjenis buku bantal.



3. Buku busa
Buku yang terbuat dari busa salah satu buku aman untuk diberikan kepada bayi mulai dari 0 bulan. Buku berjenis ini ringan dan cocok diberikan kepada anak mulai usia 0 bulan.




Bagaimana cara memilih buku untuk anak?
1. Untuk bayi 0-3 bulan, pilih buku highcontrast. Biasanya buku seperti ini berjenis buku bantal ataupun softbook. Buku dengan warna hitam putih dengan gambar sebagai dominan utama pengisi halaman buku menstimulus indera penglihatan anak. Sedangkan untuk menstimulus  pendengarannya, kita mau tidak mau harus membacakannya. Hal ini pun berguna untuk melatih kemampuan berbahasanya kelak.

Sumber: Rabbitholeid


2. Untuk anak di atas 3 bulan sudah bisa dikenalkan dengan bermacam jenis buku, tentu yang paling direkomendasikan adalah buku berjenis buku bantal dan boardbook. Karena usia di atas 3 bulan perkembangan motorik kasar anak berkembang dengan cepat. Terlalu cepat mengenalkan anak dengan buku kertas membuat anak hanya menyobek dan meremas-remas buku.
Untuk usia anak di atas 3 bulan kenalkan buku dengan jenis:
1. Gambar lebih dominan dibanding tulisan
2. Cover buku menarik
3. Bahan buku aman, untuk boardbook pilih yang ujungnya tumpul agar tidak melukai anak.

Selain mengenalkan anak kepada buku, kita sebagai orangtuanya pun harus tetap aktif membacakan buku kepada anak. Karena dengan membacakan buku banyak manfaat yang akan diperoleh anak. Manfaat membacakan buku:
1. Media efektif bonding antara orangtua dan anak
2. Sebagai media untuk menyampaikan sesuatu untuk anak ( misal: nasehat, mengenalkan Sang Pencipta)
3. Melatih imajinasi anak
4. Melatih emosi anak
5. Sebagai sarana hiburan keluarga
6. Meningkatkan rentang konsentrasi anak

Pendidikan Anak Usia Dini

Sekarang ini sudah banyak ilmu parenting dan ilmu mendidik anak melalui homeschooling. Bukan berarti hal yang dilakukan sendiri berdampak lebih baik dibandingkan dengan mendelegasikan kepada orang lain. Setiap orang punya kemampuan dan keterbatasan masing-masing. Dan hal tersebut tidak perlu menjadi perdebatan.

Source: radarcirebon.com


Karena sedang marak-maraknya pendidikan homeschooling di Indonesia, saya tertarik untuk menerapkan metode homeschooling sendiri untuk anak saya. Alhasil ternyata metode ini tak berhasil di anak saya. Alhamdulillahnya anak saya memiliki kecerdasan interpersonal, dimana anak yang memiliki tipe kecerdasan interpersonal ini mempunyai ciri:
a. Mempunyai banyak teman
b. Banyak bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan rumah
c. Terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
d. Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
e. Menikmati permainan kelompok
f. Tampak sangat mengenal lingkungannya dan berempati besar terhadap perasaan orang lain
g. Menikmati mengajari orang lain
h. Selalu mempunyai bahan obrolan dengan orang baru dan terbuka

Saya mengamati dan menganalisis potensi, minat, dan bakat anak sejak dini. Karena ini berguna untuk pendidikan yang akan ditempuh di masa depannya.

Setelah saya terombang-ambing dengan metode pendidikan anak mana yang tepat untuk anak saya. Saya memilih untuk menyekolahkannya di PAUD yang ada di dekat tempat tinggal, yang sebenarnya belum seharusnya anak saya menempuh kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Karena syarat awal masuk ke sekolah tersebut minimal 3 tahun karena kurikulum yang digunakan adalah kurikulum TK.

Alasan mengapa saya lebih memilih menyekolahkan dini anak:
1. Anak saya meminta untuk bersekolah
Ada kalanya tidak setiap keinginan anak dipenuhi. Tapi karena keterbatasan saya dalam mengatur pola belajar anak dan keinginan anak untuk ikut berangkat kerja ayahnya, saya lebih memilih untuk menyekolahkan anak saya.
2. Menjaga kewarasan saya
Setidaknya selama kurang lebih 2 jam beban emosi saya sedikit terkurangi karena aktivitas anak.
3. Mengurangi beban ayahnya yang selama ini bolak-balik dari sekolah menuju rumah, hanya karena akan mengajar dan memulangkan anak.

Homeschooling ataukah pendidikan anak usia dini?
Tentunya ini diserahkan kepada masing-masing keluarga. Setiap keluarga mempunyai value dalam mengatur pendidikan anggota keluarga. Dan tak lupa, ketahui potensi, bakat, dan minat anak juga dalam memilih pendidikan mana yang seharusnya dipilih anak.
Homeschooling merupakan pendidikan berbasis keluarga, dimana keluarga bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan anak. Sedangkan untuk pendidikan anak berbasis sekolah, guru sebagai penanggungjawab pendidikan anak. Dengan kata lain, orang tua menitipkan pendidikan anak kepada lembaga sekolah. Dan meskipun begitu, orang tua merupakan kendali terbesar bagi pendidikan anak. Karena rumah adalah pendidikan pertama bagi anak.
Untuk orang tua yang lebih memilih sekolah sebagai sarana pendidikan anak tergantung kepada kesiapan anak untuk sekolah.
Untuk anak usia pra sekolah:
a. Anak sudah lepas dari orang tua minimal 1 jam
b. Anak sudah siap bermain dengan teman sebaya
c. Anak sudah siap menerima pelajaran di sekolah

Bagaimana pun, mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Meskipun orang tua menyerahkan pendidikan anak ke lembaga pendidikan, bukan berarti orang tua menjadi lepas kendali dalam mendidik anak.

Sumber:
Wening. Menjadi Orang Tua yang Asyik. 2017. Tinta Medina. Solo
Kuliah whatsapp bersama Fauzia Chafitsa

Kenapa Anakku Susah Makan?

Anak susah makan atau istilahnya GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada anak mungkin sering dialami para ibu-ibu terutama sejak anak mulai mengenal MPASI. Apalagi saat anak susah makan bukan karena sakit, pastinya akan membuat para ibu menjadi bingung dan akhirnya harus mencekoki anak dengan berbagai macam makanan agar berat badan anak tidak semakin menyusut.

Selain berat badan anak, alasan lain ibu bingung karena anak sedang dilanda GTM adalah takut akan kurangnya nutrisi pada anak. Memberikan suplemen penambah nafsu makan ataupun suplemen makanan menjadi alternatifnya.

Bahwa anak susah makan harus diketahui penyebabnya. Karena untuk mengatasi anak susah makan, harus mengatasi penyebabnya. Bukan langsung dengan memberikan banyak makanan kepada anak. Hal ini yang justru membuat anak stres dan malah semakin malas untuk makan.

Penyebab anak susah makan:
1. Sakit
2. Sariawan
3. Tumbuh gigi
4. Sakit tenggorokan
5. Cacingan
6. Jadwal menyusu yang terlalu dekat dengan jadwal makan
7. Terlalu banyak makan camilan
8. Tekstur makanan yang kurang sesuai dengan perkembangan anak

Membuat Anak Suka Membaca

Membaca menjadi suatu kebiasaan yang terbilang 'wow' di Indonesia. Kutu buku menjadi salah satu sebutan bagi mereka yang suka membaca. Ada yang menganggapnya itu kebiasaan yang baik, bahkan ada pula yang mencelanya. Lantaran sebutan untuk kutu buku ini cenderung untuk mereka yang kurang gaul.

Membuat anak suka membaca bukan merupakan hal yang mustahil. Perlu dukungan dari orang tua dan orang terdekat untuk sering menstimulasinya. Karena kita tahu bahwa membuat anak suka membaca bukan hal yang diturunkan, tapi hal yang harus ditularkan.

Beberapa tips membuat anak suka membaca:
1. Bacakan buku sejak dalam kandungan
    Sejak janin dalam kandhngan, janin sudah bisa mendengar suara dari luar rahim, termasuk saat si ibu sedang berbicara. Membacakan buku/Alquran sejak dalam kandungan selain bisa menumbuhkan kebiasaan baik untuk anak, juga bisa meningkatkan bonding ibu dan anak

2. Memberikan contoh ke anak bahwa orangtua juga suka membaca
    Anak sebagai peniru yang ulung akan mengcopy-paste semua kegiatan yang terekam di dalam memorinya. Jadi, buat para orangtua berikan contoh yang baik.

3. Membacakan buku sejak dini
   Bahwa untuk membacakan buku anak harus sejak dini, tidak menunggu anak bisa membaca dulu. Karena untuk biasa membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding untuk membuat bisa membaca.

Happy Marriage

Pernikahan bahagia bukan berarti semua keinginan terpenuhi
Pernikahan bahagia bukan berarti memiliki pasangan yang sempurna
Pernikahan bahagia bukan berarti hidup dengan penuh kesenangan
Pernikahan bahagia bukan berarti meluapkan ego kita

Pernikahan bahagia adalah di saat kita tahu bahwa Allah telah memilihkan pasangan kita, menerima kekurangannya, dan yakin bahwa pasangan kita adalah yang terbaik di mata Allah

Pernikahan bahagia adalah saat dimana bertambahnya iman kita dan iman keluarga kita

Pernikahan bahagia adalah menjadi pakaian untuk pasangannya. Saling menutup kekurangan dan melengkapinya

Pernikahan bahagia ada tercipta tak hanya karna dua insan saling mencintai, tapi dua insan yang mencintai karena Allah

KELOLA EMOSI YUK

Emosi yang merupakan kumpulan perasaan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Dimana emosi ini terkadang berkonotasi ke arah yang lebih negatif

Dimana dalam mendidik anak pun kita harus pandai-pandai mengelola emosi. Mengelola pikiran dan perasaan kita agar saat terjadi pemicu, tingkah laku kita menjadi semakin adaptif.

****

Seharian ini berusaha menerapkan tahapan komunikasi produktif dengan pengelolaan emosi.

Berusaha legowo saat si anak bertindak tidak sesuai dengan harapan.

Apalagi di saat Ramadhan seperti ini, mengelola emosi dengan baik akan menjadi salah satu diterimanya amal ibadah puasa kita, jika kita bisa mengelola kemarahan kita.

Adakalanya suara kita meninggi, pukulan ke arah anak kita melayang, ataupun sikap kasar kita kepada anak. Benar-benar harus dikelola dengan baik

Saat emosi sudah terkelola dengan baik. Tak jarang banyak keuntungan yang dapat kita petik dari kesabaran kita dalam mengelola emosi.

Memang praktik pengelolaan emosi yang bisa menghasilkan komunikasi produktif dengan anak tidak bisa dilakukan dengan instan.



Saya memulainya dari kemarin. Alhamdulillah banyak sekali buah dari praktik pengelolaan emosi yang bisa saya petik hari.

1. Proses toilet training anak berjalan semakin lancar
Yang semula anak selalu bermain air saat ditatur menjadi lebih konsen dengan proses taturnya.
Tak butuh waktu lama untuk mentatur. Dan alhamdulillah tak lagi kecolongan lagi seharian ini.

2. Anak menjadi semakin lengket
Dimana saat emosi terkelola dengan baik, anak tidak takut untuk melakukan sesuatu. Apalagi saat dia melakukan sesuatu tidak ada bayangan anak akan dimarahi. Anak menjadi bebas mengeksplor lingkungannya. Hingga proses bermain kami seharian ini pun menjadi semakin menyenangkan

3. Nafsu makan anak menjadi semakin baik
Terkadang ada perasaan marah, sebel saat anak tidak makan dengan lahap. Dengan emosi yang terkelola dengan baik, anak menjadi makan lahap, adab makan anak menjadi semakin baik. Tak ada lagi acara kejar-kejaran saat waktu makan tiba. Anak menjadi anteng saat disuapin.

4. Dan yang paling WOW dari proses mengelola emosi adalah tidak ada lagi tantrum yang melandamu nak

#day3
#level1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip