Aku Ingin Jadi Penulis

Dulu, aku tak yakin akan menuliskan sesuatu yang ada di dalam pikiran dan benakku. Bagiku, menulis itu rasanya seperti terjun ke laut. Menyeramkan.
Dulu, saat pelajaran bahasa Indonesia, pelajaran ini menurutku lebih sulit dari matematika. Dimana aku tak dapat menemukan jawabannya 100% benar. Bagiku lulus ujian nasional bahasa Indonesia dengan mendapatkan nilai 7 adalah sebuah kebanggaan bagiku.

Lemahnya saya di bidang linguistik membuatku tak mempunyai nyali dalam menulis. Dalam menulis jawaban ujian di bagian esay pun aku jawab dengan singkat, padat, dan tidak bertele-tele. Membuatku merasa minder jika nantinya aku mempunyai cita-cita sebagai penulis.

Tahun demi tahun terlewati, hingga saat aku masuk bangku perkuliahan. Menulis semacam menjadi ladang pencarian uang bagiku. Mencari ide melalui proposal, hingga menuliskannya dan ternyata didanai membuatku bersemangat saat itu. Hingga kemudian saat aku dibelikan laptop, aku berazzam bahwa laptopnya nanti akan aku gunakan untuk mencari uang. Namun sayang, umur laptopku tak sepanjang yang aku harapkan.

Setahun terakhir ini, aku mencoba mengikuti tes bakat di temubakat.com hingga kemudian hasilnya adalah salah satu kelebihanku di bidang journalist. Yang mana salah satu contohnya adalah penulis. 

Baca juga: Bakatku

Ya, hingga kemudian aku memutuskan untuk menulis apa yang ada dipikiran dan apa yang aku rasa di salah satu media sosial kepunyaanku. Karena kemampuan menulisku masih rendah, aku berusaha memperbaiki setiap tulisanku. Hingga kemudian aku bertemu dengan salah satu komunitas yang keren abiss. One day one post namanya. Sempat berpikiran untuk menyerah di awal. Tapi balik lagi ke niat dan komitmen awal untuk belajar, hingga akhirnya aku bisa lulus walau dengan merangkak.

Aku yang lemah pada imajinasi dan khayalan membuatku langsung memilih tanpa memikirkan lebih dalam lagi dalam memilih kelas lanjutan. Ya, saat itu aku hanya ingin belajar nonfiksi. Karena pilihan inilah yang 'aku banget'.

Selain di ODOP, akupun mulai ikut kelas-kelas menulis lainnya. Hingga kemudian lahirlah beberapa antologi, yang di dalamnya tentunya ada karyaku.


Siapa Aku?

Aku, sebuah kata yang mungkin paling sering aku ucapkan setiap hari. 
Aku, menjadi kata yang selalu menghubungkan antara bahasa persatuan Indonesia dan bahasa ibuku.
Aku, ternyata aku baru mengenalnya setelah lahir anak pertama.

Ya, karena untuk mencari siapa aku bukanlah perkara yang mudah.

 Zaman kecil yang tanpa beban, membuatku hanya mengenali rasa senang dan sedih. Saat itu aku pun tak tahu, siapa aku yang sebenarnya?

Lanjut ke masa remaja pun, aku hanya seorang perempuan alay di zamannya. Saat ngetik sms tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan mengetik suku kata 'nya' berubah menjadi 'x'. Sungguh masa muda yang sangatlah lebay.

Di masa peralihan menuju kedewasaan pun aku masih mencari jati diriku yang sebenarnya. Aku hanya tahu nama lengkapku Alif Kiky Listiyati, yang lebih sering dipanggil Kiki dan terkadang dipanggil Alif atau Alif Kiky. Dan dari namapun sampai sekarang aku belum tahu makna di balik namaku yang sekarang.

Baru setelah aku memiliki seorang putra, aku baru tahu siapa aku yang sebenarnya.

Baca juga : Potensi Diri

Di balik semua apa yang ada dalam diriku yang sebenarnya. Aku hanyalah seorang istri dan seorang ibu yang masih tercengkeram dengan inner child yang sering membuatku tersiksa. Sebuah perjuangan berat agar aku dapat melepaskannya dan tak akan menengok lagi ke belakang. Aku dengan segala kekurangan yang bukan dengan caraku menutupi, tapi aku harus mencari kelebihan diriku.

Masih teringat dengan kata-kata seorang psikiater saat aku tes kejiwaan untuk keperluan pembuatan NIDN. Saat itu beliau bilang bahwa diriku mempunyai kelebihan dan kelebihanku tertutup dengan kekurangan yang membuatku tak bisa berjalan ke depan. Disarankan untuk konseling, tapi entah mengapa aku tak menjalankan sarannya itu. Yang ada dibenakku, aku harus melakukan perubahan diri, mengenali diri, dan menyelesaikan semua yang membelenggu diri ini. 

Dan sekarang, aku hanyalah seorang wanita yang sedang memperbaiki diri. Memulai dari mengenali aku, menggali apa potensiku, menyadari kelemahanku. Karena tak ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah manusia yang mau memperbaiki diri dihadapanNya.

Ikut RCO (Lagi)

Membaca dulunya menjadi me time yang paling ku suka. Tentu saja sebelum punya anak. Karena zaman masih jomblo dulu mau baca buku sekaligus pun tak ada yang mengganggu. Sekarang, lagi pegang buku aja si anak sudah minta ditemeni, kadang minta dibacain juga isi bukunya. Alhasil, buku-buku di rumah kebanyakan buku parenting yang di dalamnya banyak gambar kegiatan anak atau gambar abstrak lainnya. Karena males baca buku, tahun kemarin nyaris tak membaca buku sampai tuntas. Hingga akhirnya ku temukan RCO batch #2.

Baca dulu:  Aku dan RCO 2

Program RCO yang merupakan singkatan dari Reading Challenge ODOP ini menurutku sangat membantu meningkatkan minat baca, meski awal-awal dipaksa. Tapi sih saya yakin dari suatu perilaku suka membaca ini akan menjadi kebiasaan membaca.

Untuk memulai memang terkadang berat, tapi kalau sudah challenge dan kita terlibat di dalamnya, pasti mau tak mau kita harus komitmen dengan keputusan yang sudah kita buat.

Karena di kelas RCO ini kita bersama-sama ada semacam suntikan semangat agar kita bisa menyelesaikan tantangan per periode, tentu saja agar tak dikick oleh pije. Hehe

Kenapa ikut lagi?

Semacam ketagihan ikut RCO batch 2 lalu, meski terkadang berat dengan tantangan. Tapi karena ada i-pusnas semuanya jadi mudah. Tak perlu repot mencari buku, tinggal pinjam di i-pusnas semuanya beres.

Alasan kedua, karena saya pun ingin konsisten lagi dalam membaca. Membaca paling hanya waktu libur setelah ikut RCO#2 dan dengan ikut RCO#3 ini ingin lebih konsisten lagi dalam membaca. Tentu membaca buku, bukan membaca status orang. Upps..

Alasan ketiga, karena dengan membaca akan menambah wawasan kita. Tentu saja akan menambah pengetahuan kita dalam mengembangkan tulisan. Hehe

Mungkin, cukup sekian mengapa saya harus ikut RCO lagi. Karena RCO ini program bagus bagi yang suka baca maupun yang gak suka baca.

#tantanganRCObatch3

Yuk Kenali Jenis Kulit Kita

Hal mendasar yang paling penting saat kita akan memulai perawatan kulit wajah kita adalah dengan mengetahui jenis kulit kita. Dengan kita tahu jenis kulit kita yang sebenarnya, kita akan tahu perawatan wajah yang akan kita gunakan. Misal, pembersih wajah, toner, moisturizer, sunscreen, bahkan masker pun berbeda disesuaikan dengan jenis kulit kita.

Sumber : sabunjerawatmu.blogspot.com


Secara umum, jenis kulit seseorang dibagi menjadi 4 macam:

1. Kulit Kering
Jenis kulit ini memiliki kelembaban yang kurang, kering saat disentuh, dan tidak mengkilap.
2. Kulit Berminyak
Jenis kulit ini memiliki produksi minyak berlebih, sehingga cenderung mengkilap.
3. Kulit Kombinasi
Jenis kulit ini merupakan perpaduan antara jenis kulit kering dan berminyak. Biasanya berminyak di bagian T-zone (dahi dan hidung) dan cenderung kering di bagian pipi dan dagu.
4. Kulit Normal
Jenis kulit ini memiliki keseimbangan antara kadar air dan kadar minyak pada kulit, sehingga tidak terlalu berminyak dan juga tidak terlalu kering.

Banyak yang mengkaitkan antara jenis kulit dan masalah kulit. Jenis kulit ini berbeda dengan masalah kulit. Tidak semua masalah kulit diidentikkan dengan jenis kulit seseorang. Misal, orang dengan kulit cenderung kering lebih dulu terkena flek hitam daripada orang dengan jenis kulit berminyak. Perlu kita ketahui bahwa penyebab flek hitam bukan karena jenis kulit kita. Flek hitam muncul karena paparan sinar UV ataupun polusi yang ada di sekitar kita dengan tidak berimbangnya perawatan dan nutrisi dari dalam tubuh.

Untuk mengetahui jenis kulit kita, ada dua cara yang bisa kita tempuh:
1. Cuci Muka
Pertama yang kita lakukan adalah dengan mencuci muka dengan menggunakan facial wash ataupun facial foam yang lembut (disarankan tidak mengandung SLS atau Sodium Laurate Sulfate). Keringkan dengan menepuk-menepukkan handuk kering ke wajah yang sudah dibersihkan. Setelah itu tunggu selama 30 menit dan jangan memakai produk apapun setelah cuci muka ini (toner ataupun moisturizer tidak digunakan).

Setelah 30 menit, gerak-gerakkan kulit wajah kita. Misal, dengan ekspresi tersenyum. Amati di depan kaca.
1. Jika terdapat kilau di sekitar hidung atau dahi, berarti termasuk jenis kulit kombinasi.
2. Jika terdapat kilau selain di sekitar hidung dan dahi. Berarti jenis kulit kita termasuk jenis kulit berminyak.
3. Jika kulit kita terasa ketarik dan terasa kulit. Jenis kulit kita antara kering ataupun normal.

2. Blotting paper
Cara kedua dan paling mudah untuk mengetahui jenis kulit kita adalah dengan menggunakan blotting paper atau biasa kita sebut dengan nama kertas minyak.

Caranya mudah, hanya dengan menempelkan kertas minyak ke wajah dan amati hasilnya di bawah cahaya matahari.
1. Jika kertas tidak terdapat minyak, jenis kulit kita adalah jenis kulit kering.
2. Jika kertas terdapat minyak di bagian dahi dan hidung, jenis kulit kita termasuk jenis kulit berminyak.
3. Jika kertas penuh dengan minyak, bisa dipastikan jenis kulit kita adalah kulit berminyak.

Setelah kita mengetahui jenis kulit kita, kita akan menjadi mudah dalam memilih produk perawatan wajah seperti apa yang akan kita gunakan.

Sumber: Female daily

Membagi Jadwal

Setiap orang pasti memiliki kegiatan yang membuatnya berbinar-binar dan membuat dirinya menjadi lebih produktif. Meskipun harus menyisihkan waktu produktifnya, waktu untuk keluarga pun harus diutamakan.


Dari tugas materi ketiga di kelas Ruang Berkarya Ibu, saya membagi waktu harian saya menjadi tiga:
1. Waktu di ranah domestik
2. Waktu di ranah produktif
3. Waktu di ranah keluarga

Untuk jadwal, memang saya tak membuatnya secara rinci dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Tapi saya membuat menjadi kandang waktu. Secara prinsip, saya lebih memilih Result based Organization, dimana saya fokus pada hasil yang ingin dicapai, sehingga saya tidak terlalu terbebani dengan aktivitas rutinitas yang terkadang membuat saya menjadi tidak produktif.

Memang ada beberapa aktivitas insidental dalam kehidupan saya, seperti saat ada jam mengajar ataupun saat ada kegiatan di luar (seperti ke rumah orangtua ataupun kegiatan offline komunitas ibu profesional Jepara). Sehingga, saya menetapkan jadwal berdasarkan kandang waktu saya.

1. Ranah Keluarga

Jadwal untuk keluarga saya fokuskan pada hari libur. Dimana saat hari libur, saya agak selo dengan kegiatan online dan sebagian aktivitas offline. Sehingga, saat libur merupakan saat paling tepat bagi saya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Selain saat libur, setiap sore ataupun malam hari pun kami menikmati kebersamaan bersama keluarga. Entah menonton televisi bersama ataupun pergi keluar membeli makanan.

2. Ranah Produktif

Untuk aktivitas produktif, biasanya saya ambil saat anak sedang tidur siang ataupun saat malam hari, ketika anak dan suami sudah tidur. Saat inilah saya bisa menuangkan gagasan saya dalam sebuah tulisan, baik yang saya posting di blog ataupun di media sosial.

Untuk waktu, seperti saat harus mengajar. Maka saya harus membereskan kegiatan saya sebelum saya pergi mengajar. Untuk waktu di PAUD pun saya berusaha semaksimal mungkin sekitar jam 07.30 - 10.00. Sebisa mungkin saya selesaikan tugas yang ada di PAUD secepat mungkin, karena terkadang bersentuhan dengan masyarakat, maka saya pun mensiasatinya dengan menyekesaikan tugas domestik terlebih dahulu.

3. Ranah Domestik

Pekerjaan ibu memang tidak akan ada habisnya. Maka saya menetapkab waktu domestik saya adalah saat di pagi hari. Dari selesai beribadah hingga sekitar pukul 06.30. Sehingga saat pekerjaan domestik sudah selesai, naka saya bisa melanjutkan aktivitas-aktivitas lainnya.

#RuangBerkaryaIbu
#ProyekDua
#TugasMateriTiga
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu

Tikus yang Bau

Tiko, si tikus rumah kecil yang selalu riang dan gembira berjalan menyusuri dapur rumah yang berantakan.

"Aku harap aku menemukan makanan, meski cuma tulang ikan," batin Tiko.

Di dalam dapur ternyata ia tak menemukan satu makanan pun. Mungkin karena si empunya rumah sedang mudik. Sehingga bahan makanan yang ada di dalam rumah pun kosong. Tiko melangkah menuju keluar rumah. Baru pertama kalinya ia melihat matahari langsung.

" Bau apa ini?" Celetuk si ayam jantan

" Lihat, ada tikus kecil yang berlari. Sepertinya bau ini berasal darinya," jawab si ayam betina.

Kemudian, segerombolan bebek melewati tikus.

" Bau sekali," ucap si bebek

" Hei tikus, jangan kau keluar rumah. Membuatku ingin muntah," kata si bebek

Tiko tidak memperdulikan ucapan si bebek. Ia melanjutkan pencarian makan siangnya. Tak jauh dari gerombolan bebek. Ada seekor kucing yang hendak menerkamnya.

Tiba-tiba, si kucing pun terdiam dan mundur menjauh dari tikus. Tiko lega karena tak jadi santapan siang si kucing.

" Hai tikus, kau itu bau sekali. Mending kau tak usah keluar rumah. Sembunyilah di rumah sana," usir si burung dara.

Tiko sedih, kemudian Tiko berlari menuju rumah. Perut yang semula kosong sekarang menjadi kenyang. Ia menjadi tak nafsu makan.

Hari-hari Tiko diisinya dengan kemuraman. Hingga untuk makan pun sekarang ia harus menyelinap ke almari si pemilik rumah dan kemudian mulai mengerat pakaian yang ada di almari untuk bertahan hidup.

Hidup Tiko yang sendu membuatnya semakin kurus dan karena sedikit makanan yang masuk, Tiko pun meninggal dunia.

#kelasmenulisceritaanak
#bullying

Saat Aku Menjadi Fasilitator Matrikulasi IIP SJS #5

Pertama kali melihat namaku lulus sebagai fasilitator rasa nano-nano kembali menyelimuti. Kembali ke training fasilitator yang bagiku masih belum maksimal saat mengikuti hingga ke managemen gawai yang mulai tahun ini aku aplikasikan. Tentu saja agar waktu produktif dan waktu untuk keluarga bisa seimbang.



Menjadi fasilitator kelas matrikulasi IIP ini rasanya seperti saat pertama kali ikut kelas matrikulasi batch #3. Saat itu pertama kalinya aku ikut kelas daring. Dan dari matrikulasi ini baru aku tahu siapa diriku sebenarnya.

Menjadi fasilitator merupakan periode remidi di kelas matrikulasi bagiku. Di sini aku mulai belajar kembali dari nol tentang materi yang ada di kelas matrikulasi. Dan ternyata menjadi fasilitator menjadikanku belajar banyak hal.

Tak Boleh Baper

Aku yang bertipe wanita baper, seringkali baper saat materi matrikulasi dari awal hingga akhir. Terutama saat materi ketiga. Entah mengapa banyak sekali kebaperan dalam hidupku. Terutama tentang inner child yang sampai sekarang masih menggelayuti kehidupanku sehari-hari.

Materi di kelas matrikulasi benar-benar materi paling 'nyess' di hati, apalagi untuk bisa merubah lingkungan, diri sendiri lah yang terlebih dahulu harus dirubah.

For things to change, I must change first

Bertemu dengan perempuan hebat di wilayah Semarang, Jepara, Salatiga

Salah satu hal yang paling istimewa saat menjadi fasilitator adalah saat kita banyak bertemu dengan orang lain di luar sana. Banyak peran unik yang dimiliki tiap orang yang berbeda dengan orang lain.

Melalui program Inspiring Queen of The Day inilah kami mengenal para peserta matrikulasi SJS yang jumlahnya sebanyak 52 orang. Mengenal kehidupan dan kegiatan sehari-harinya yang memberikan banyak inspirasi untuk kita semua. Rasa terima kasih sebesar-besarnya untuk para perangkat kelas yang dengan kerja kerasnya saling bahu membahu berkoordinasi untuk program ini.

Sharing Peserta

Sharing peserta seringkali kami lakukan, yang pakar homeschooling banyak memberikan pengalaman dan pengetahuannya untuk kami. Dan kami pun mengadakan sharing tentang bahasa bakat yang dikomandoi oleh salah satu peserta di kelas matrikulasi SJS ini.



Dan di minggu depan, kami pun mengadakan pertukaran pelajar yang diprakarsai oleh teman-teman dari tim classmeeting.

Awards di Akhir Kelas

Agenda terakhir yang ada di kelas adanya awards dari kami, untuk kami, dan bagi kami.

Karena meskipun kami dari berbagai daerah di wilayah Jawa Tengah, kami sudah merasa sebagai keluarga. Meski tak pernah berjumpa tapi hati kami selalu tertaut.