Tentang Menulis dan ODOP

Menulis bagi saya adalah sebagai keterikatan. Dimana saat ada ilmu baru yang saya dapatkan harus segera ditulis. Karena ilmu tanpa ditulis bagai angin lalu. Terhempas dan hilang, bahkan menimbulkan bahaya.

Seringkali yang saya tulis adalah tulisan untuk melampiaskan emosi, tak memperhatikan tata kalimat, tanda baca, alir, dan aturan dalam menulis. Bahkan seringkali menggunakan kata-kata tak baku.

Mengingat pelajaran Bahasa Indonesia, yang terakhir saya dapatkan sekitar 8 tahun yang lalu. Dimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik harus sesuai aturan, dalam hal ini Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan menggunakan kata baku, seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Baru mulai sekarang ini, saya kembali membuka wawasan saya tentang menulis yang baik. Bukan sekedar menulis untuk melampiaskan emosi. Harus ada kata bermakna dan saya agak kesulitan menemukan ide tulisan setiap harinya.

Dari ODOP, saya belajar kembali bagaimana aturan menulis yang baik, harus tahu kata bakunya. Dan lebih dari itu, ada materi yang belum saya dapatkan sebelumnya, terutama untuk materi fiksi. Dulu kalau diminta menulis cerita fiksi, saya lebih baik angkat tangan. Tapi alhamdulillah, sekarang malah menikmati menulis cerita fiksi.

Bagaimanapun, mempunyai ilmu untuk menulis harus sering-sering dipraktikkan.

Karena kunci menulis adalah latihan, latihan, dan latihan.

Tidak ada komentar