Kehidupan Wanita yang Penuh Kontroversi

Wanita lebih sering diidentikkan dengan orang yang lemah lembut dan penuh kesabaran. Dengan perasaan yang lebih sensitif dibandingkan dengan akal, terkadang membuat para wanita menjadi salah satu makhluk paling baper dibandingkan yang lain. (Hehehehe)

Apalagi saat si wanita tersebut sudah menjadi milik suaminya dan memiliki anak. Jiwa idealis seorang wanita tentu saja bisa bertahan bisa tidak. Bisa jadi karena kurangnya penguatan dari keluarga, terutama dari suami. Ataupun karena adanya penambahan ilmu yang telah diterima oleh seorang wanita yang berubah peran menjadi seorang ibu. Tentu saja, kondisi tiap wanita itu berbeda dan kewarasan seorang wanita sangatlah penting, karena wanita merupakan jantungnya rumah tangga.

1. Periksa Kehamilan di Bidan vs di Dokter Kandungan

Momen bahagia seorang wanita adalah ketika dirinya mendapatkan tanda garis dua dari sebuah testpack. Dimana akan ada makhluk mungil nan lucu tengah tumbuh bersama di rahimnya.

Pertumbuhan dan perkembangan janin bayi tentu menjadi prioritas utama seorang calon ibu yang tengah mengandung. Memilih tenaga kesehatan yang sesuai dengan kondisi keuangan keluarga dan akses mendapatkan layanan kesehatan tersebut menjadi prioritas utama seorang ibu memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan. Tentu memenuhi minimal 4 kali kunjungan ke tenaga kesehatan.

Tak perlu adanya kontroversi apakah dengan memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan akan berdampak positif bagi seluruh keluarga dibanding hanya memeriksakan kandungan di bidan desa.

Tentu semua orang punya preferensi masing-masing

2. Melahirkan Normal vs Sesar

Melahirkan menjadi salah satu momen mendebarkan saat penantian sang buah hati. Persiapan kelahiran anak sudah pasti telah dipersiapkan dengan matang. Mulai dari pakaian anak hingga dekor ruangan kamar anak. Terlebih saat penantian anak pertama akan menjadi heboh.

Memilih cara melahirkan memang bukan hal mudah. Karena tidak semua wanita mempunyai riwayat kehamilan yang sehat. Adakalanya keinginan memilih proses persalinan sesuai keinginan terhambat karena kondisi ibu dan bayi yang tidak memungkinkan.

3. ASI vs Sufor

ASI merupakan cairan emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pastinya jika dibandingkan dengan susu formula. ASI jauh lebih baik.

Tapi adakalanya kondisi ibu tidak memungkinkan untuk memberikan ASI. Seperti ibu dengan HIV-AIDS. Dikhawatirkan dengan memberikan ASI akan menularkan HIV kepada sang anak.

Dan penggunaan sufor ini pun harus dengan indikasi medis. Bukan hanya untuk sekedar mengikuti tren.


4. MPASI Homemade vs MPASI Pabrikan

MPASI merupakan lanjutan dari pemberian nutrisi anak setelah lulus ASI eksklusif. Pemberian makanan dengan gizi seimbang pastinya jauh lebih baik dibanding dengan hanya memberikan makan sekedar untuk penghilang rasa lapar.

#day3
#30harimenulis
#onedayonepost

Tidak ada komentar