Seandainya Saya Menjadi Fasilitator Bunda Sayang...


Menjadi fasilitator yang ada di dalam benak saya adalah tentang belajar kembali. Menjadi fasilitator bagi saya, adalah saat saya menemukan banyak pelajaran berharga dalam menuntut ilmu.


Menjadi fasilitator bagi saya adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu. Meski sekarang sudah banyak berterbangan pelatihan fasilitator. Meski butuh kecakapan dalam pengelolaan diri dan pengelolaan orang banyak, inilah seninya. Dimana kita harus berjuang menahan ego dan menahan emosi kita. 

Fasilitator itu Mudah
Tak ada kata 'sulit' untuk menjadi seorang fasilitator. Kata 'sulit' justru akan mempersulit kita dalam menjalaninya. 

Menjadi fasilitator seperti menemukan diri kita kembali. Dapat memahami ilmu dengan lebih baik, menjadi banyak wawasan dari para peserta. Dan menjadi fasilitator ibarat melihat pelangi setelah turunnya hujan. 

Fasilitator itu Memudahkan
Saling membantu, bekerja sama, dan berbagi  menjadi satu hal yang paling menyenangkan bagi saya. Bisa membantu teman belajar yang kesulitan menjadi suatu kelegaan saya.

Pengalaman terburuk saat saya meminta bantuan dan justru ditanggapi dengan tidak baik di sebuah lembaga organisasi (bukan di Ibu Profesional) menjadi suatu pembelajaran. Bahwa saat orang kesulitan dan butuh bantuan dari yang berhak bukan malah disalahkan ataupun tidak ditanggapi dengan ramah, tapi dengan didekati, dimotivasi, dan dibimbing.

Bersyukur saya berada di ruang pembelajaran ini. Dimana teman-teman yang lain saling membantu dan saling berbagi dengan ikhlas dan sukarela. Bergembira hati ini saat hal yang sebenarnya tak mungkin bisa menjadi mungkin dengan selalu bersama-sama.

Fasilitator Bukan Guru
Menjadi fasilitator bukan berarti kita harus tahu semuanya, memberikan semua ilmu kepada peserta. Justru dengan menjadi fasilitator, kita memperoleh banyak ilmu. Ilmu dari guru kita dan ilmu dari peserta.

Bekal Menjadi Fasilitator Bunda Sayang
Sebenarnya tak ada bekal khusus bagi saya. Saya hanya yakin dan percaya diri terhadap apa yang sudah saya dapatkan di kelas Bunda Sayang Batch 2 dan yang telah saya praktekkan. 

Hanya ingin melakukan yang terbaik.

Menjadi salah satu pelecut saya untuk dalam belajar di kelas Bunda Sayang IIP. Banyak sekali ilmu yang langsung bisa saya terapkan sehari-hari. 

Di saat saya bingung apa yang mau saya lakukan hari ini bersama anak, saya menjadi ada bayangan dengan materi dan tantangan di kelas ini.


Memberikan yang Terbaik
Salah satu hal yang membuat saya tertantang di kelas bunda sayang adalah melakukan yang terbaik. Bukan semata-mata untuk lulus atau memperoleh badge tertentu. Tapi tentang kualitas diri kita sebagai ibu.

Memberikan yang terbaik dalam berbagi dan melayani teman-teman di kelas Bunda Sayang nanti menjadi motivasi saya untuk lebih bermanfaat bagi orang lain.

Time Management
Managemen waktu bukan sebuah alasan untuk berbagi dan melayani. Justru dengan menjadi fasilitator akan banyak hal yang yang dapat diambil terkait dengan managemen waktu saya, utamanya managemen gadget.

Membaca, Sumber Ilmu yang Tak Akan Habis
Salah satu amunisi saya dalam belajar apapun dan dimanapun adalah dengan membaca. Meski sudah ada materi yang disiapkan, membaca harus tetap dibudayakan. Bukan berarti dengan membaca menjadi tambah tahu. Tetapi terkadang dengan membaca, kita menjadi semakin sadar kurangnya ilmu yang ada pada diri kita.

Menambah Saudara
Hal yang paling saya sukai dari beberapa kelas adalah bertambahnya saudara. Bisa menjalin persaudaraan meski hanya di dunia daring. Tapi terkadang ikatan batin jauh lebih mengikat.

Saya tidak bisa berandai-andai tentang masa depan saya. Yang saya lakukan sekarang adalah yang terbaik menurut versi saya. Dan setiap hari itulah yang saya tekankan. Agar di tiap harinya saya termasuk orang-orang yang beruntung, karena berusaha menjadi lebih baik di hari sebelumnya.

1 komentar

  1. Ternyata, pengalaman tidak ditanggapi malah membuat mba kiekie jadi cepat tanggap ya.. 😃

    BalasHapus