HIV/AIDS: Jauhi Virusnya, Bukan Jauhi Orangnya



Tanggal 1 Desember kemarin bertepatan dengan hari AIDS sedunia. Penyakit menular seksual ini menjadi salah satu fenomena gunung es di berbagai negara di dunia. Bagaimana tidak? Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini hampir tidak ada, dan biasanya baru diketahui setelah terjadi komplikasi atau biasa disebut dengan infeksi oportunistik dari penyakit AIDS. TB paru menjadi salah satu infeksi oportunistik yang membuat penemuan kasus baru AIDS semakin bertambah.

Selain itu, ketika masa inkubasi virus HIV tidak dapat diidentifikasi oleh tes HIV. Baru setelah kurang lebih 3 bulan, virus baru dapat teridentifikasi, meski badan penderita masih merasa sehat.

Stigma Masyarakat

Penyakit AIDS yang dianggap sebagai penyakit kotor atau penyakit orang nakal tentu saja tidak sepenuhnya benar. Bahkan ibu rumah tangga merupakan salah satu penderita HIV/AIDS terbanyak yang ditemukan di Indonesia dibandingkan dengan pekerja seks komersial.

Pandangan masyarakat yang menganggap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) harus diluruskan. Apalagi banyak mitos yang beredar di masyarakat merupakan hoax semata. Sebut saja banyaknya broadcast yang menyebutkan bahwa tusuk gigi dapat menularkan virus HIV.

Sebelum memberikan pendapat atau menyaring informasi, cari tahu dulu apakah info tersebut benar atau hanya hoax semata. Karena penularan HIV/AIDS tidaklah mudah. Diperlukan transmisi (penularan HIV hanya melalui darah, ASI, dan cairan kelamin). Selain itu perhatikan pula kuantitasnya dan masa virus HIV dapat bertahan di luar tubuh manusia.

Karena banyaknya stigma inilah yang membuat para ODHA tidak memiliki motivasi hidup lebih lama. Padahal hingga sekarang belum ditemukan obat yang dapat membunuh dengan tuntas virus HIV di dalam tubuh. Hanya ada ART (Anti Retroviral Therapy) yang harus diminum oleh ODHA untuk menghambat pertumbuhan virus dalam tubuh.

Untuk itu perlu pemahaman kepada masyarakat untuk tidak menjauhi ODHA dalam hal sosial. Tetapi diperlukan perubahan perilaku di masyarakat untuk mencegah penularan HIV/AIDS agar tidak semakin banyak.

Pencegahan HIV/AIDS

Sumber: stophiva FKM Undip


Lebih banyak dikenal dengan istilah A,B,C,D,E. Apakah itu? Berikut penjelasannya.

1. Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual)
Dalam islam pun sudah dijelaskan agar tidak mendekati zina. Terlebih bagi para jomlo yang belum menikah ataupun pasangan suami-istri yang sedang berjauhan atau LDR untuk tidak melakukan hubungan seksual.

2. Be faithful (Setia pada Pasangan)
Bagi pasangan yang sudah menikah diharapkan untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak orang atau istilah kerennya 'jajan' dan bergonta-ganti pasangan. Hal ini dikarenakan virus HIV sangat mudah menular melalui hubungan seksual. Dan jika salah satu penderita sering bergonta-ganti pasangan, maka penyebaran penyakit ini akan terus meluas.

3. Condom
Bagi yang berhubungan seksual dengan risiko tinggi, ada baiknya selalu menggunakan kondom sebagai proteksi diri dan cara efektif mencegah penularan HIV. Baik dengan lawan jenis ataupun dengan sesama jenis.

4. Drugs 
Salah satu penularan HIV adalah menggunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zar Adiktif Lainnya) suntik. Sebenarnya bukan masalah NAPZAnya yang membuat seseorang terinfeksi virus ini. Tetapi biasanya para pecandu yang menggunakan NAPZA suntik cenderung memakai satu buah alat suntik untuk digunakan bersama-sama. Sehingga jika ada salah satu penderita HIV, maka orang yang menggunakan alat suntik bersama-sama akan terinfeksi.

5. Education
Pengenalan dan pemahaman mengenai HIV/AIDS harus diketahui sejak dini. Hal ini akan melindungi diri dari ancaman HIV yang bisa menyerang dari siapapun.



2 komentar