Cerita Mudik



Mudik menjadi salah satu tradisi menjelang lebaran menuju kampung halaman. Mudik menjadi semacam pelepas rindu kepada keluarga setelah setahun merantau ataupun mencari penghasilan yang layak untuk keluarga. Tak jarang ketika mudik tiba, banyak oleh-oleh yang harus dipersiapkan untuk dipersembahkan kepada keluarga.

Beberapa orang mungkin merasakan nikmatnya mudik. Mencari tiket kendaraan yang terjangkau jauh-jauh hari sebelum Ramadhan. Bahkan beberapa ada yang berburu mudik gratis yang disediakan oleh beberapa instansi ataupun perusahaan di ibu kota. Jalanan pun terus diperbaiki hingga masa mudik tiba, sehingga para pemudik dapat menikmati mudik dengan aman dan selamat sampai tujuan.

Jika tahun-tahun kemarin pernah diributkan oleh masalah banyaknya pemudik yang meninggal di jalan, sekarang mungkin lebih banyak diributkan oleh tiket pesawat yang cukup mahal. Terutama bagi masyarakat luar pulau Jawa yang ingin melakukan mudik ke tanah Jawa. Alternatif lain adalah menggunakan kendaraan kapal. Hanya saja kendala lama di perjalanan mungkin menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan, mengingat mudik dilakukan ketika orang tengah berpuasa. Meskipun begitu, musafir diperbolehkan untuk tidak berpuasa bukan?

Nah, saya sendiri bukanlah golongan dari orang-orang yang harus mudik ke kampung halaman. Karena selama ini lebih dekat dengan orang tua. Bahkan ketika kuliah pun, jarak tempuh kampus dengan rumah hanya memakan waktu maksimal 2 jam perjalanan. Hal ini tentu saja tidak pernah memberatkan saya, lha wong terkadang saya pun nglaju dari rumah ke kampus.

Tapi menariknya, meskipun jarak rumah dengan kampus lumayan dekat. Perjalanan pulang ke rumah cukup menyenangkan. Terlebih jika bertemu dengan teman yang tengah melakukan mudik. Ya, karena kendaraan umum yang ada hanya bisa dengan kapasitas sekitar 30 orang. Maka tak jarang ketika saya pulang ke rumah harus berdiri selama kurang lebih 1,5 jam.

Salah satu cerita mudik yang tak pernah aku lupain saat mudik dulu adalah ketika saya naik bis di menjelang petang dan bus dalam keadaan penuh, saat itu saya tak dapat tempat duduk dan harus berdiri sampai rumah. Di tengah perjalanan, ada seseorang yang sengaja melempari batu ke kaca bis. Saat itu kaca bagian samping terkena lemparan batu dan seketika pecahan kaca berceceran di bangku penumpang. Memang tak ada yang luka sih dan saat itu bis melanjutkan perjalanan karena penumpang penuh dan tak menghiraukan si tersangkanya. Saat itu agak deg-degan juga sih saya dan ingatan tentang mudik kali itu masih membekas.

Tidak ada komentar