Milenial Harus Melek Politik


Menjelang tahun pilkada, suasana politik di Indonesia mulai memanas. Apalagi sekarang ini masih di masa pandemi covid-19. Segala kegiatan yang berkaitan dengan saling kumpul tidak dianjurkan. Apalagi sekarang ini jumlah kasus baru setiap harinya terus bertambah di Indonesia.

Meskipun ada pembatasan sosial dan pembatasan untuk berkampanye, sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya menjunjung tinggi nilai Pancasila dong. Salah satunya adalah berpartisipasi aktif dalam pemilu sebagai rangka mewujudkan musyawarah yang mufakat.

Lalu, apakah pemilu hanya diperuntukkan bagi generasi tua saja?

Beberapa tahun yang lalu, puncak demokrasi Indonesia lebih banyak diisi oleh generasi tua dengan kisaran usia di atas 40 tahun. Usia tersebut dianggap usia matang dan layak untuk mencalonkan diri ke kursi pemerintahan.

Bagaimana dengan generasi milenial?

Generasi milenial juga memiliki andil dalam politik pemerintahan Indonesia. Tak hanya untuk memilih pandangan politiknya saja. Para milenial juga bisa memilih terjun langsung ke dunia politik pemerintahan.

Lihat saja, kini sudah banyak milenial yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Bahkan, beberapa di antaranya juga memilih untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Presiden pun memberikan tempat bagi para milenial untuk menjadi staf khusus presiden sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Meskipun kita tidak memiliki ketertarikan untuk bergabung di dunia politik, tentunya tidak serta merta kita harus buta akan politik.

Nah, mengapa para milenial harus melek politik?

Indonesia sendiri merupakan negara demokratis yang menjunjung musyawarah secara mufakat. Nah, salah satunya adalah dengan penyelenggaraan pemilu.

Untuk mahasiswa sendiri, melek politik sangat diperlukan. Terlebih mahasiswa merupakan salah satu garda terdepan dalam menyalurkan aspirasi rakyat. 

Masih ingat bukan, jika terdapat kebijakan yang tidak pro rakyat, maka tak segan mahasiswa akan melakukan aksi?

Lalu, jika sudah bukan mahasiswa, generasi milenial yang lain harus bagaimana? 

Beragam diskusi politik banyak diselenggarakan untuk menambah informasi dan saling bertukar pikiran antar anggota diskusi. Kita sendiri bisa memanfaatkan hal tersebut untuk memperoleh pengetahuan mengenai politik Indonesia.

Selain itu, kita juga bisa melakukan kampanye mengenai pentingnya melek politik di media sosial yang kita miliki.

Dengan adanya informasi inilah masyarakat bisa tahu dan sadar pentingnya kesadaran politik dalam hidup bernegara.

Bagaimana dengan perempuan? Apakah sama harus melek politik?

Dari MDG's 2015, salah satu poinnya adalah keterlibatan perempuan dalam politik. Sebagaimana kita tahu, dulunya kursi legislatif hanya bisa diduduki oleh lain adam saja. Tetapi, kini perempuan sudah mendapatkan jatah kursi sendiri. Sehingga jangan takut ya, jika ingin berkecimpung di dunia politik.

Perluasan MDG's, yaitu SDGs pun menambahkan poin kesetaraan gender. Dimana perempuan juga memiliki hak yang sama dengan pria untuk menduduki kursi legislatif.

Keterlibatan perempuan dalam politik tentunya diperlukan untuk membangun suatu negara. Perempuan yang melek politik dan ikut serta dalam proses kebijakan pemerintah.

Untuk itulah penting bagi para perempuan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Memang sebelumnya, stereotip perempuan dianggap negatif jika berkaitan dengan dunia politik. Tetapi jangan salah sangka, karena kini banyak pakar politik yang seorang perempuan. Bahkan kini, mahasiswi yang masuk jurusan politik juga cukup banyak.

Jadi, jangan ragu ya untuk para milenial agar melek politik.

Tidak ada komentar