Impostor Syndrome, Kenali Lebih Dekat!



Sekarang ini siapa sih yang tidak tahu game kekinian yang sering trending kategori game di YouTube? 

Ya, itulah Among Us. Game strategi untuk mempertahankan diri agar tidak terbunuh ini memang perlu taktik yang jitu agar tetap bertahan. Menariknya, dalam game ini ada yang dinamakan dengan impostor dimana harus harus punya ketrampilan menipu yang lihai tanpa harus diketahui orang lain.

Istilah impostor kini berkembang dengan pesat, ditambah dengan adanya meme-meme lucu mengenai arti impostor ini sendiri.

Dalam game ini sendiri, impostor perlu strategi untuk bisa membunuh lawannya. Yang perlu digaris bawahi bahwa ketika membunuh tapi ketahuan oleh pemain lain, maka akan dinyatakan kalah. 

Beberapa strategi digunakan untuk memenangkan permainan ini. Mulai dari memicu pertengkaran antar pemain, hingga perlu juga strategi pertimbangan waktu tempuh ke suatu tempat untuk mulai membunuh lawannya. 

Istilah Impostor dan Sindrom Impostor

Adanya permainan ini membuat istilah impostor semakin berkembang luas. Tak hanya meluas dari sisi pertemanan saja, istilah impostor kadang juga diartikan sebagai teman makan teman. Hmmmm.....

Nah, kemudian juga berkembanglah istilah impostor syndrome. 

Usut punya usut, ternyata istilah impostor syndrome ini sudah dikembangkan sejak tahun 1978 oleh Dr. Pauline R. Clance dan Suzanne A. Imes. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa setidaknya 70% orang pernah mengalami gejala sindrom impostor ini.

Apa Saja Gejala Sindrom Impostor?

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gejala dari sindrom impostor ini berawal dari rasa tidak percaya diri dari diri seseorang. Gejala ini justru lebih banyak dialami oleh orang pintar atau berprestasi. Ia menganggap bahwa dirinya hanya beruntung dan tidak percaya diri bahwa ia memiliki keberuntungan untuk berprestasi.

Parahnya, sindrom ini akan meningkat pada diri seseorang karena adanya tekanan dari lingkungannya untuk terus berprestasi. Beberapa justru akan tertekan dengan pandangan negatif pada dirinya.

Misalnya nih, ada seorang anak pintar yang selalu meraih juara kelas. Semenjak itu, ia akan merasa tertekan dengan lingkungannya yang terus mendorongnya untuk tetap pada prestasi yang sudah diraihnya bahkan harus lebih tinggi. Terkadang ia akan merasa depresi, terlebih jika prestasinya menurun dan dianggap orang lain sebagai penipu.

Kondisi inilah yang kemudian memunculkan adanya sikap perfeksionis pada diri seseorang. Ia akan melakukan segala cara dengan sangat hati-hati tanpa melakukan kesalahan sedikit pun.

Hanya saja, terkadang ia akan berpikiran bahwa akan lebih baik jika berbuat kesalahan dan menjadi negatif di pandangan orang lain. Akan tetapi, hal ini hanya ada dalam pikirannya saja. Sehingga, ketika ada hal yang baru, ia akan takut untuk mencobanya.

Selain lebih banyak ditemukan pada orang yang berprestasi, sindrom ini juga banyak ditemukan pada kaum minoritas ataupun pada pekerja baru.

Pada pekerja baru, ia cenderung akan melakukan pekerjaannya dengan sangat hati-hati. Hal ini yang terkadang membuat ia sering melewatkan pekerjaan setelah batas waktu, hanya untuk menghasilkan pekerjaan yang sempurna.

Cara Mengatasi Sindrom Impostor

Jika kamu memiliki tanda-tanda tersebut, ada baiknya untuk segera diatasi agar tidak membuat menjadi lebih depresi. Beberapa cara mengatasi sindrom impostor yang bisa dilakukan adalah.

1. Turunkan standar

Sikap perfeksionis saat melakukan beragam aktivitas perlu diturunkan. Lakukan hal tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Selain akan membuat lebih menikmati pekerjaan, menurunkan standar juga akan menghindarkan dari risiko stres dan depresi.

2. Bagikan ilmu

Jika memiliki ilmu atau ketrampilan tertentu, ada baiknya untuk membagikannya kepada orang lain. Selain dapat meningkatkan rasa percaya diri, membagikan ilmu juga akan membuat orang lain percaya bahwa kamu memiliki kemampuan tersebut.

3. Datang ke psikolog

Jika memang kamu sudah merasa stres dan mengalami gejala depresi, sebaiknya untuk datang ke psikolog ataupun psikiater untuk konsultasi. Kamu bisa menceritakan perasaan yang sedang dialami dan masalah kamu bisa terpecahkan.

Setiap orang cenderung akan mengalami sindrom impostor dalam hidupnya. Tetap percaya diri pada kemampuan menjadi kunci untuk terhindar dari sindrom ini.

6 komentar

  1. Ternyata emang ada syndrome impostor ya. Baru tau sih. Semacam sifat perfeksionis gitu ya. Rada ngeri juga sih.

    Eh tapi, seru nih liat game nya, hihi.. Jadi berminat download buat seru-seruan, haha..

    BalasHapus
  2. Ya ampunn pernah banget nih kayak gini. Ranking satu terus di kelas. Lalu ketika jeblok turun ke tiga aja gamau sekolah akunya. Hikss. Alhamdulillah sekarang udah ngga begitu. Betul banget ka kiky, harus coba menurunkan standart

    BalasHapus
  3. ya ampun dari kemaren tuh aku bertanya2 among us itu apa, impostor itu apa, belom sempet cari di google, terjawab semua disini. Menarik banget ya game satu itu

    BalasHapus
  4. jadi teringat dulu pas saya SMA kebetulan masuk kelas percepatan, ada adik kelas angkatan aksel saya pernah loh mengalami gejala impostor ini. dulu sih gak tau namanya impostor. jadi dia itu pinter bgt...sering dapat nilai sempurna lah ujiannya, pernah suatu ketika dia ulangan salah 1 doang..ya ampun nangisnya.. dan ternyata ya dia dituntut sempurna mmg sama org rumahnya ..ngeri ya

    BalasHapus
  5. Hahha aku kok merasa kena dikit ya wkaka. Dulu gitu banget juga. Tapi tetap suka hal-hal baru.

    BalasHapus
  6. Wah ternyata impostor syndrom ada juga. Bener banget harus menurunkan standar. Kadang orang perfeksionis juga insecure..

    BalasHapus