Penderita Kusta? Haruskah Dijauhi?

 


Kusta? Apa yang ada di pikiran jika mendengar kata tersebut? Beberapa orang mungkin banyak berpikiran, jika kusta merupakan penyakit kuno atau justru banyak yang berpikiran jika kusta ini adalah penyakit kusta. Bahkan mungkin banyak yang belum familier dengan penyakit ini.

Kusta atau lepra sendiri merupakan penyakit infeksi yang menyerang jaringan kulit hingga pernapasan. Meskipun penyakit ini menular melalui udara, ternyata penularannya butuh waktu yang lama, tergantung intensitas kontaknya. Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ini ternyata bisa membuat penderitanya mengalami kecacatan, jika tidak tertangani dengan baik.

Tinggal di daerah yang pernah dikategorikan sebagai daerah endemis kusta membuat saya sering menemukan diskriminasi terhadap penderita kusta. Bahkan hingga sekarang pun stigma negatif terhadap penderita kusta masih banyak di masyarakat.

Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan

Tidak ada yang sia-sia dengan kehidupan seseorang di dunia. Ketika mengalami cobaan untuk menderita penyakit tertentu, bahkan harus mengalami kecacatan, dunia bukanlah akhir segalanya. Masih banyak potensi yang bisa digali dan harus dikembangkan. Tentunya, setiap orang juga memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan.

Apakah memang penderita kusta di Indonesia masih ada?

Tentunya masih ada. Kemenkes mengungkapkan, di tahun 2020 prevalensi kusta di Indonesia dilaporkan sebanyak 16.704 kasus. Mirisnya, kini penularan kusta cenderung lebih banyak diderita oleh anak yang berusia di bawah 15 tahun. Kondisi ini tentunya sangatlah memprihatikan. Apalagi di usia anak ini, mereka memiliki masa depan dan masih berada di bangku sekolah yang cenderung bisa menularkan kusta ke temannya.

Hal ini tentunya menjadi perhatian serius. Pasalnya, jika tidak dilakukan penanganan yang baik, penderita kusta bisa mengalami kehilangan jari tangan yang akan membuat penderita kesulitan beraktivitas, terutama untuk sekolah.

Di Indonesia sendiri angka disabilitas usia 5 hingga 24 tahun mencapai 5 juta jiwa. Angka ini tentunya cukup banyak, terutama di usia produktif ini banyak hal yang bisa dikembangkan jika dalam kondisi normal.

Apakah ada dukungan terhadap penderita kusta?

Kusta di Indonesia menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Bahkan di tahun 2024 sudah dicanangkan program eliminasi kusta. Program ini tentunya perlu mendapat dukungan dari beberapa pihak, terlebih kasus baru, diskriminasi, dan stigma mengenai kusta masih tinggi di masyarakat.

NLR Indonesia, organisasi non pemerintah yang fokus menanggulangi kusta. Organisasi ini melakukan pendampingan kepada penderita kusta, edukasi ke masyarakat, hingga membuat konseling sebaya di tingkat sekolah. NLR sendiri juga mendukung penderita kusta agar tidak menyebabkan kecacatan pada penderitanya.

Tidak hanya organisasi non pemerintah saja, perusahaan PT Botanina Hijau Indonesia juga memberikan ruang khusus bagi penyandang disabilitas untuk bisa berkarya dan bekerja di perusahaan ini. Tentunya hal ini sangat positif, karena setiap orang memiliki skill yang berbeda dengan yang lain. Perusahaan ini mengusung konsep inklusi, dimana semua orang bisa berpartisipasi dan berkarya.

Bagaimana cara mendukung para penderita kusta?

OYPMK (Orang yang pernah menderita kusta) biasa disebut memerlukan dukungan dari beberapa pihak. Terlebih, banyaknya kasus baru kusta pada anak dan remaja tentunya menjadi hal penting yang harus diperhatikan.

Tanggal 12 Agustus sendiri diperingati sebagai hari remaja internasional (International Youth Day). Momen ini tidak hanya diperuntukkan bagi remaja dengan kondisi yang normal, tetapi juga untuk remaja penyandang disabilitas.

Kondisi cacat tentunya bukan menjadi kondisi yang diinginkan setiap orang. Support system menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung mental para remaja ini. Hal ini dikarenakan banyaknya stigma negatif dari masyarakat yang kemudian menimbulkan adanya diskriminasi kepada para disabilitas karena kusta.

Widya Prasetyanti (Manager Program Development dan Quality NLR Indonesia) mengungkapkan jika seluruh aspek harus dikerjakan bersama, karena ini menyangkut kemanusiaan. Jadi, bisa dikatakan untuk mendukung penderita kusta tidak hanya fokus pada perawatannya saja, tapi juga pendampingan untuk bisa beraktualisasi diri serta membuka diri dimanapun berada. Inilah yang dinamakan dengan pendekatan twin track (jalur ganda).

Untuk mendukung hal ini NLR Indonesia juga bekerjasama dengan organisasi terkait, puskesmas, dinas kesehatan, dan rumah sakit. Dengan adanya dukungan dari NLR inilah para penderita kusta tidak lagi minder ataupun takut untuk berkarya dan bersosialisasi dengan sekitar.



Penguatan kapasitas diri, peer counseling, dan mempersiapkan softskill untuk siap bekerja juga menjadi upaya pendampingan penderita kusta yang dilakukanoleh NLR Indonesia. Hal ini sangat bermanfaat bagi para penderita kusta.

Program SUKA (Suara untuk Kusta) juga diadakan di kampus untuk menyadarkan civitas akademika kampus untuk lebih sadar tentang penyakit kusta ini. Program ini membuka ruang untuk para mahasiswa untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas dan kampus mengetahui penyakit kusta.

Agustina Ciptarahayu (founder dan CEO PT Botanina Hijau Indonesia) juga memperkerjakan disabilitas untuk bekerja di perusahaannya. Mbak Tina mengungkapkan jika disabilitas juga memiliki bakat yang perlu digali. Botanina juga mengadakan magang dan mengadakan pelatihan untuk mengetahui skill yang dimiliki. Botanina juga memberikan ruang untuk para disabilitas menjadi lebih mandiri dengan kemampuannya.

Meskipun keberadaan penderita kusta sering diabaikan. Tetapi ternyata mereka tetap bisa berkarya seperti yang lain. Dukung selalu mereka dan hindari stigma negative pada diri penderita kusta dan penyandang disabilitas.


Sumber:

Live Youtube channel Berita KBR dengan judul “Yang Muda yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif ‘ tanggal 24 Agustus 2021.

13 komentar

  1. Jujur, aku termasuk yang takut dan kabur kalau ada yg kusta. Dulu tetanggaku ada yg kena kusta hingga jari-jarinya ilang. Sampe dia meninggal aku ga berani salaman ama dia, padahal dia udah sembuh. Emang perlu edukasi lagi sih ke masy soal kusta ini.

    BalasHapus
  2. baru tau ternyata kusta memiliki efek lain, selama ini saya berpikir hanya sekadar penyakit kulit biasa

    BalasHapus
  3. walau kita bilang edukasi, tentu tiap orang akan merasa lebih baik menjauh apalagi kalau penyakitnya termasuk jenis menular. cuma perlu disikapi adalah utk tidak melukai hati mereka, pelan-pelan edukasi lebih ke empatik rasa.

    BalasHapus
  4. bagus banget kampanye dan programnya

    jujur, saya gak tau kalau masih ada penderita kusta di Indonesia

    dengan kampanye ini kita jadi aware ya?

    BalasHapus
  5. Penderita kusta masih bisa tetap berkarya ya, mantep banget mba. Tentu kita semua harus memberikan dukungan ya.

    BalasHapus
  6. Penderita kusta tentunya jangan lagi khawatir dan minder ya. Harus saling support juga agar mereka bisa berkarya tanpa minder dengan penyakitnya. Support dari pemerintah dan orang sekitar untuk pengobatan penting sekali donk.

    BalasHapus
  7. Mungkin kita udah takut duluan kalau melihat orang yang berpenyakit kusta. Jadi memang informasi dan edukasi seperti ini perlu dilaksanakan secara masiv dan terus menerus.

    BalasHapus
  8. Acara yang membuka insight ya webinar ini. Jadi tahu seperti apa para penyandang disabilitas, termasuk penderita kusta. Masih mengkhawatirkan. Soalnya masih ada diskriminasi. Terutama dalam bidang pekerjaan. Padahal mereka pun berhak untuk mandiri dengan punya pekerjaan. Untung deh masih ada perusahaan yang peduli. Semoga ke depannya akan bertambah banyak.

    BalasHapus
  9. 5 juta dari usia 5-24 tahun . Ya Allah lumayan y mbak..

    Wah aku suka sekali tulisan edukatif ginim
    Dengan kampanye seperti ini membuat kita memahami bahwa penyandang penyakit kusta tidak harus dijauhi ya.sebab orang sakit itu butuh support biar lekas smebuh juga dan tidak merasa snediri.

    Keren programnya smga semakin banyak jiwa jiwa yang peduli

    BalasHapus
  10. aku dulu kukira kusta itu penyakit yang gampang menular lo, mbak. pas ikutan webinar kusta itu baru tahu kalau proses penularannya itu lambat

    BalasHapus
  11. Menurutku kuno banget kalau masih ada yang menjauhi penderita kusta.. Justru harus terus dorong pemerintah memerhatikan saudara-saudara yang terkena kusta dan kalau bisa hentikan penyakit ini dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    BalasHapus
  12. Salut nih dengan kampanyenya. Tentu kita semua berharap Indonesia bisa bebas dari kusta karena penyakit ini sudah ada obatnya dan bisa disembuhkan sayangnya karena kurang edukasi dan stigma negatif yang terlanjur melekat pada penderita kusta sehingga mereka malu dan tidak ingin berobat padahal kalau cepat mendapat penanganan mereka juga bisa segera sembuh

    BalasHapus