Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Mengembangkan Imajinasi Melalui Dongeng

Dongeng menjadi salah satu cara mengembangkan imajinasi seseorang. Dengan mendongeng, seseorang akan berpikir out of the box. Dimana segala apa yang ada di pikirannya akan tercurah ke dalam suatu cerita. Mungkin cerita yang dibawakannya aneh, tak lazim, bahkan konyol. Tapi itulah kelebihan manusia yang sudah dikaruniai akal oleh Sang Pencipta. Salah satu cara kita adalah mengapresiasi setiap pikiran seseorang yang tertuang dalam dongeng.



Mengembangkan imajinasi bisa dilakukan sejak dini. Berikut tahapan mengembangkan imajinasi dengan mendongeng kepada anak:

1. Saat Anak Masih Ada dalam Kandungan
Saat anak masih ada di dalam kandungan, ajak anak berbicara. Bisa berbicara hal yang umum, bisa juga dengan mendongeng dengan imajinasi sang ibu. Dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar apa yang ada di dunia luarnya. Selain bisa lebih akrab dengan suara ibunya, dengan mendongeng anak sudah lebih banyak belajar tentang dunia luar.

2. Saat Batita
Saat batita, anak masih mendengarkan dongeng dari sang ibu. Sambil mendengarkan sang ibu mendongeng, anak biasanya sudah bisa berimajinasi dengan cerita yang didengarnya. Karena di masa ini merupakan masa golden age, berikan dongeng yang menceritakan tentang adab ataupun teladan.

3. Saat Usia Pra Sekolah
Di usia pra sekolah ini anak sudah bisa dianak berimajinasi dengan apa yang dilihatnya. Berikan apresiasi saat anak berhasil mengungkapkan imajinasinya, baik secara verbal ataupun melalui gambar.

4. Saat Usia Sekolah
Saat anak sudah bersekolah, anak sudah mahir mengungkapkan imajinasinya. Meskipun sudah mahir, untuk para ibu jangan sampai kendor mendongengkan anak. Hehe

Dongeng sebelum tidur
Merupakan waktu yang paling efektif. Selain karena otak anak lebih mudah mencerna apa yang didengarkannya. Mendongeng sebelum tidur bisa menjadi hal yang paling berkesan selama hidupnya.

Meskipun terkadang banyak anak juga yang lebih suka didongengkan saat melakukan aktivitas tertentu. Misalnya saat memotong kukunya, ataupun saat anak sedang dilanda GTM. Dengan mendongeng yang pasti dengan pesan mendalam yang terkandung di dalamnya, secara perlahan pesan kepada anak melalui dongeng dapat tersampaikan dengan baik.

Langkah yang mendongeng (versi saya tentunya): 

1. Menarik Perhatian Anak
Menarik perhatian anak saat hendak mendongeng adalah kunci keberhasilan tersampaikannya pesan dongeng. Menarik perhatian anak bisa dimulai dengan percakapan kepada anak.
"Adek, malam ini di langit banyak bintangnya loh"
Atau "Adek, paling suka dengan binatang apa?"
Atau kalimat pembuka lainnya. Harus dengan kreativitas ibunya ini.

2. Membuat Penasaran
Mendongeng adalah membuat penasaran anak dengan cerita yang didengarnya. Di sini ibu harus berpikir out of the box. Cerita yang membuat penasaran anak sekaligus bisa untuk melatih peningkatan rentang konsentrasi anak.
Meskipun out of the box, usahakan cerita yang disampaikan sesuai dengan realita yang terjadi. Jadi tidak ada lago cerita tentang harimau yang makan kue. Karena sejatinya harimau adalah hewan karnivora, bukan omnivora, apalagi herbivora.

3. Pesan Moral Tersampaikan
Jadi, dalam mendongeng bukan hanya sekedar untuk hiburan saja. Tapi sekaligus sarana edukasi kepada anak. Selain untuk melatih imajinasi anak dan ibunya. Dengan mendongeng, anak diharapkan bisa mencerna pesan yang tersampaikan dalam dongeng yang didengarnya. 


Badgenya keren banget. Sesuai banget dengan imajinasi ibu-ibu yang suka dengan indahnya pelangi. Seperti imajinasi kita yang akan selalu bewarnai dunia anak.


Mengembangkan imajinasi melalui dongeng sebenarnya tak terlalu susah. Karena dengan pikiran yang langsung terucap melalui lisan akan langsung menancap pada hati anak.

aku adalah ibu asyik untuk anakku. 
dengan dongeng, pikiran-pikiran liarku jadi terarah
dengan dongeng, aku bisa menungkapkan hal yang paling sulit diungkapkan melalui cara apapun
Dan dengan dongeng, aku menjadi semakin lengket dengan anakku

-Alif Kiky Listiyati-
Kelas Bunsay batch 2 -Jogja Jateng-

5 Area dalam Metode Montessori

Dalam metode montessori tidak dibedakan material satu dengan yang lain berdasarkan kelompok umur. Semua material merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan.

Baca juga : Sekilas tentang Metode Montessori 1

Baca juga : Sekilas tentang Metode Montessori 2

Ada 5 area dalam metode montessori:

1. AREA PRAKTIK SEHARI-HARI

Menuang, menyendok, mengancing, meronce. Menjadi salah satu kegiatan montessori yang paling banyak kita tahu. Tapi, dari kegiatan inilah kita menjadi tahu bahwa kegiatan di area praktik sehari-hari merupakan kegiatan yang penting, karena:

a. Menguatkan Jari sebagai Persiapan Menulis

Kegiatan seperti menuang dan menyendok yang membutuhkan kekuatan otot jemari tangan anak dipercaya dapat menstimulasi perkembangan menulis anak. Sehingga, saat anak berusia 6 tahun, anak sudah tidak lagi malas menulis karena di usia dini sudah dipaksa untuk langsung menulis di kertas.

b. Memperpanjang Rentang Konsentrasinya

Rentang konsentrasi anak adalah (umur) dikalikan dengan 1 menit. Jadi, jika seorang anak berumur 2 tahun. Maka, rentang konsentrasinya sebesar 2 menit. Begitu seterusnya.

Lantas, bagaimana cara untuk memperpanjang rentang konsentrasi anak? Caranya adalah dengan memberikan stimulus anak. Melalui kegiatan dalam praktik sehari-hari, sehingga anak menikmati akan menstimulus dan memperpanjang rentang konsentrasi anak.

c. Melatih Kemandirian

Stimulus seperti menyendok, akan membantu anak dalam berkegiatan, seperti makan sendiri dan mandi sendiri. Sehingga dapat melatih kemandirian anak tanpa dipaksakan.


2. AREA SENSORIS

Kegiatan untuk menstimulasi dan menghidupkan seluruh kepekaan indera anak. Di area ini anak akan belajar dasar-dasar bentuk, warna, tekstur, dan ukuran. Sehingga dapat menstimulus penglihatan dan perabaan anak, yang akan mempermudah anak dalam membedakan angka dan huruf.


3. AREA BUDAYA DAN ILMU PENGETAHUAN

Kegiatan di area ini akan memperkaya wawasan anak tentang semua yang ada di alam semesta. Anak akan tahu dan oaham perannya di muka bumi, sehingga anak sadar akan perannya sebagai khalifah fil ardh.

Di area ini perkaya wawasan anak dengan cara yang menyenangkan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengajarkan anak seperti apa yang sudah diajarkan seorang pelajar saat duduk di bangku SMA.


4. AREA BAHASA DAN LITERASI

Pada tahap metode montessori, anak dikatakan bisa membaca adalah saat anak mampu memahami makna tulisan yang ia baca.


5. AREA MATEMATIKA

Tidak hanya sekedar mengajari dan membuat bisa anak dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sehingga, anak menjadi tak paham arti bilangan secara konkret.

Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Sekilas tentang Metode Montessori (2)

Montessori menjadi sebuah metode yang akan menstimulasi seluruh indera anak, sehingga perkembangan anak menjadi lebih optimal dan mendukung tahapan perkembangan anak selanjutnya.

Baca juga: Sekilas tentang Metode Montessori 1

Saling Menghargai

Dalam metode montessori tidak ada yang namanya berbicara dengan intensi tinggi atau memerintah dengan satu arah, sehingga menimbulkan anak tak mendengarkan perkataan kita atau justru malah berkata kasar kepada kita.

Dalam metode montessori hanya ada berbicara dan memperlakukan anak dengan sopan. Menggunakan eye contact dan mensejajarkan tubuh kita dengan tubuh anak menjadi salah satu kunci komunikasi kita kepada anak.

Penggunaan Alas Kerja

Maksud dari alas kerja di sini adalah daerah teritori anak saat bermain. Sehingga saat anak memahami alas kerjanya, meskipun anak bermain dengan bermacam-macam material, kerapian ruangan tetap terjaga.

Saat bermain di kelas dan si anak sudah mengerti tentang alas kerjanya masing-masing, anak pun harus dilatih untuk meminta ijin ataupun menolak dengan cara yang baik. Sehingga, di dalam metode montessori ini anak tak hanya belajar tentang perkembangannya, tetapi juga belajar tentang adab dan akhlak kepada teman.

Meaningful Activity - Future Learning

Semua kegiatan di montessori bertujuan untuk mempersiapkan tahapan perkembangan anak selanjutnya. Dan semua kegiatan dan aktivitas anak dirancang untuk membantu mempersiapkan anak menjalani kegiatan lain yang lebih kompleks.

Konkret - Abstrak

Menggunakan lembar kerja bukan satu-satunya cara untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Mengeksplorasi pengalaman secara langsung mengajarkan anak melihat dulu secara konkret, baru kemudian diajarkan secara abstrak.

Sederhana - Kompleks

Menggunakan material yang sederhana untuk merancang kegiatan montessori menuju kegiatan yang lebih kompleks. Sehingga anak harus mengeksplorasi material terlebih dahulu dan menguasainya sebelum anak menggunakan material tersebut.

Penguasaan Materi: Maju-Mundur

Perkembangan anak tak dapat disamakan dam dibandingkan dengan anak yang lain. Di montessori, tak ada istilah 'tertinggal' ataupun 'terlalu cepat'. Sehingga penting bagi anak untuk mengulang kembali material yang sudah diajarkan.

Self Correction

Salah satu kebiasaan kita adalah mengoreksi kesalahan di saat anak melakukan kesalahan. Selalu mengoreksi dan menyalahkan anak tak jarang membuat menyontek menjadi kebiasaan yang lumrah.

Dalam metode montessori, dirancang dengan konsep self correction untuk mencegah orangtua sering menginterupsi ataupun mengintimidasi anak. Cara paling efektif dalam mengoreksi anak adalah denhan memberi contoh bagaimana seharusnya yang ia lakukan.

Penggabungan Usia

Menggabungkan usia diharapkan dapat membantu anak untuk saling berinteraksi dan saling belajar. Membantu teman yang berbeda usia, memberi teladan, dan mengasah jiwa kepemimpinan dapat dilakukan anak yang lebih besar kepada adik-adiknya.

Penggunaan Istilah Work

Jangan ragu untuk menggunakan istilah belajar kepada anak-anak. Tentu saja kegiatan belajar harus kegiatan yang bermakna dan menyenangkan bagi anak.

Kolaborasi, bukan Kompetisi

Jika kebutuhan dasar anak belum dipenuhi tetapi sudah diikutkan berbagai kompetisi, maka yang ada dipikiran anak hanya memperoleh kemenangan saja.  Tugas utama adalah berkolaborasi, bukan berkompetisi. Hingga nanti pada saatnya anak sudah terjun ke dunia kerja, sudah tak ada lagi kompetisi antar pekerja.

Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Sekilas tentang Metode Montessori (1)

Bagi sebagian ibu-ibu yang menerapkan home education pada anaknya menggunakan metode montessori untuk menstimulasi perkembangan anaknya berdasarkan rentang usia anak.

Montessori membagi usia menjadi 4 bagian, yaitu:
1. 0-6 tahun
2. 6-12 tahun
3. 12-18 tahun
4. 18-24 tahun

Usia 6 tahun pertama merupakan pondasi pokok anak yang akan berpengaruh pada tahapan perkembangannya kelak.

Pada 6 tahun pertama kehidupan manusia adalah masa dimana anak mencerna dan mendapatkan pengetahuan dari lingkungannya, atau sering disebut dengan absorbent mind. Di masa ini, terutama saat 3 tahun pertama, otak anak layaknya spons yang mudah menyerap apa yang ada di lingkungan dengan interaksi anak. Masa 3 tahun pertama anak ini dinamakan masa unconscious mind. Untuk itu, mengapa di masa ini pendidikan anak harus seoptimal mungkin? Ya, karena masa ini tak akan terulang kembali. 

Anak bukan Kertas Kosong

Sebagai makhluk ciptaanNya, anak sudah terinstal fitrahnya, bukan lagi kertas kosong yang bisa kita tulis apa yang kita mau. Tapi, kita menumbuhkan fitrah tersebut agar bertambah semakin kuat.

Sehingga, ikuti kegiatan anak. Terlibat dalam setiap aktivitas anak. Dengan catatan, memenuhi kebutuhan anak dengan mengamati kegiatan anak yang membuat anak menjadi berbinar.

Kebebasan Berbatas

Membebaskan anak bermain dan belajar bukan berarti membiarkannya tanpa adanya aturan. Kebebasan berbatas di sini dimaksudkan dengan anak diberi kebebasan dalam memilih material dan durasi yang akan dieksplorasi serta kebebasan untuk berdiskusi dan bekerja bersama. Sehingga dengan adanya kebebasan yang berbatas dengan aturan yang jelas akan menjadi pelindung kebebasan anak dari kekacauan.


Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Merencanakan Kehamilan

Kehamilan menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu kaum hawa di seluruh dunia. Selain untuk memperpanjang keturunan, memiliki anak menjadi kegembiraan tersendiri bagi sepasang orang tua. Hingga tak jarang banyak orang tua yang merencanakan memiliki banyak anak.

Lalu, apakah merencanakan anak pertama sama dengan merencanakan anak kedua dan seterusnya?

Tentu, kalau jawaban saya pastinya berbeda. Merencanakan anak pertama cukup dengan menyusun perencanaan bersama pasangan, sedangkan merencanakan anak kedua dan seterusnya, perlu pertimbangan dari sang kakak. Selain untuk menghindari adanya sibling rivalry, pertimbangan sang kakak diperlukan untuk persiapannya saat kelahiran sang adik kelak.

Beberapa tips yang diperlukan untuk merencanakan anak kedua dan seterusnya:

1. Proses Menyapih Sang Kakak Sudah Tuntas
Saat proses menyapih sang kakak sudah tuntas, ini berarti sang kakak sudah mandiri dan tidak tergantung lagi pada ibunya.
Tak mudah memang untuk menyapih anak dengan cinta, membutuhkan proses yang tak instan seperti pakai jampi-jampi mbah dukun atau didoain orang pinter nan shalih. Menyapih anak butuh tekad orang tua, tak sekedar tega kepada anak, tapi juga untuk mengenalkan kemandirian dan kebutuhan seksual anak.

2. Nutrisi Setelah Menyapih
Saat menyusui mungkin banyak cadangan nutrisi kita yang habis keluar melalui ASI. Karena seburuk apapun makanan yang kita konsumsi tak akan berpengaruh pada ASI yang kita keluarkan. Jadi, di saat menyusui dan asupan nutrisi kita kurang. Maka produksi ASI akan tetap berjalan normal (supply on demand) dan akan mengambil cadangan nutrisi dari tubuh. Hingga tak jarang sebagian ibu menyusui akan kehilangan berat badannya ataupun terkena defisiensi vitamin dan mineral (misalnya, sering sariawan)

Untuk merencanakan kehamilan yang diinginkan tentunya kita pun harus berencana dalam menjaga asupan nutrisi kita. Selain untuk meningkatkan kesuburan, nutrisi juga diperlukan dalam pembuahan antara sel telur dan sperma. Dengan harapan saat pembuahan terjadi, sel telur sudah dalam kondisi prima untuk melanjutkan perkembangan janin hingga setelah janin keluar.

Selain itu, nutrisi yang baik sebelum kehamilan dimulai akan menentukan kondisi anak setelah dilahirkan kelak. Nutrisi yang sebaiknya kita perbanyak konsumsi adalah makanan yang banyak mengandung asam folat. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang banyak mengandung asam folat bisa kita temukan dalam brokoli, jeruk, ataupun alpukat.


3. Komunikasi dengan Pasangan dan Sang Kakak
Kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang bisa diterima oleh seluruh anggota keluarga. Sebelumnya, tentu saja harus ada komunikasi dengan anggota keluarga lainnya tentang kesiapan adanya anggota keluarga baru. Sehingga, saat pembuahan terjadi merupakan kehamilan yang diinginkan oleh seluruh anggota keluarga.

4. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan sangat diperlukan. Terkhusus untuk yang ingin mengetahui status kesehatannya. Selain untuk mengantisipasi bahaya kehamilan. Tes kesehatan juga bermanfaat bagi kesehatan anak. Beberapa tes yang diperlukan sebelum kehamilan, yaitu: tes gula darah, tes TORCH, hepatitis B, HIV/AIDS, dan tekanan darah.


Melatih Kecerdasan Finansial Sejak Dini

Kecerdasan finansial merupakan kemampuan mendapatkan dan mengelola keuangannya sendiri. Kemampuan ini baiknya dilatihkan sejak dini, karena ada beberapa hal yang musti dipahamkan terlebih dahulu oleh anak-anak.

Rezeki kita berasal dari Allah

Hal pertama yang saya pahamkan kepada anak adalah tentang rezeki kita. Bahwa rezeki tidak selalu tentang uang, rezeki bisa berupa kemudahan kita melakukan sesuatu, ataupun rezeki yang melalui tangan orang lain.

Untuk melatihkan hal ini bukan berarti kita langsung memahamkan bahwa rezeki kita berasal dari Allah. Tapi kita harus melatih terlebih dahulu konsep diri pada anak. Siapa Tuhan si anak? Bukan hal yang singkat memahamkan hal ini kepada anak. Biasanya saya menggunakan kejadian alam ataupun buku sebagai medianya. Dengan harapan anak paham dan untuk memulai memahamkan anak pada rezeki pun tidak mengalami kendala.

Kebutuhan vs Keinginan

Hal ini tidak hanya dipahamkan kepada anak, diri kita sendiri pun harus mengaca diri bahwa kebutuhan dan keinginan adalah sesuatu yang berbeda. Yang harus ditekan ego kita agar kita tidak keblabasan dalam memuaskan keinginan diri sendiri. Karena terkadang, anak pun kurang bisa memilah antara kebutuhan dan keinginan, karena orangtua beranggapan bahwa semua keinginan anak merupakan kebutuhan anak juga.

Membuat Mini Budget

Untuk anak yang sudah mengenal dan mengerti jumlah nominal uang sudah bisa diajarkan kepada anak. Tetapi untuk anak saya yang belum mengenal nominal uang, hal ini menjadi tugas saya membuat mini budget untuknya. Berapa uang sakunya? Untuk apa saja dan dihabiskan apa saja? Dan tentunya hal ini masih berkaitan dengan kebutuhan vs keinginan.

Mengelola Pendapatan berdasarkan Ketentuan yang Diyakini Keluarga Kita

Hal ini belum saya latihkan dalam game level 8 kepada anak. Karena untuk memahamkan rezeki masih menjadi proses dan membuat mini budget masih dalam bimbingan saya, orangtuanya.



Karena bagaimanapun, kemuliaanlah yang kami cari. 

Rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang dicari

Sumber:
Materi ke-8 Bunda Sayang Institut Ibu Profesional batch 2

Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Memasuki pekan keempat kelas matrikulasi Insitut Ibu Profesional, kami mendapat kejutan dengan belajar lebih lanjut tentang mendidik dengan kekuatan fitrah. Setelah kita tahu misi hidup kita, terkait dengan ilmu yang harus kita pelajari ditahap awal, kemudian dijalankan. Sehingga tidak ada tsunami informasi dalam kehidupan, yang merupakan kekhawatiran kita akan keteringgalan ilmu yang semakin baru. Padahal tidak ada satupun ilmu yang membekas menjadi jejak sejarah hidup kita.

Menentukan KM 0 Perjalanan Kita

Menentukan ilmu apa yang harus dipelajari bukanlah hal yang mudah. Terlebih dahulu kita harus mengetahui apa passion kita dan potensi kita, baru kita memulai memprioritaskan ilmu yang akan kita pelajari, sehingga kita menjadi maestro ilmu di bidangnya.

Ilmu yang akan kita pelajari ke depan, kemudian kita buat milestonenya. Bidang ilmu mana yang akan kita mulai di KM 0. Dengan catatan kita harus fokus dan konsisten.

Kita pun bisa melakukan akselerasi ilmu, dengan memperbanyak jam terbang kita. Bisa dengan menambah jam terbang ataupun dengan membeli jam terbang. Membeli jam terbang, di sini dengan mendatangi ahli atau seorang mentor.

Pendidikan Berbasis Fitrah

Mendidik anak bukan hanya menemaninya secara fisik. Tetapi juga untuk bersyukur, menerima, dan bersabar atas segala proses kita bersama dan dengan anak.

Pendidikan bukan hanya tentang mendidik, tapi juga membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak. Sejatinya setiap orangtua sudah memiliki kemampuan alami dan syar'i dalam mendidik anak, karena Allah sudah menanamkan kepercayaan di tiap orangtua untuk menjaga amanah dariNYA.

Tugas mendidik bukanlah menjejali (outside in), tetapi inside out, yaitu menemani anak menggali dan menemukan fitrah-fitrah baiknya, sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika usianya mencapai usia aqil baligh.

Fitrah anak terlihat dengan sendirinya, namun perlu juga interaksi antara anak dengan orangtua, alam, dan kehidupan sesuai dengan tahapannya agar tumbu menjadi semakin baik. Fitrah ini tumbuh beriringan, sepanjang fitrahnya tidak ada intervensi ataupun tidak ada yang mencederai.

Fokus, Konsisten, dan Lakukan

Melakukan dari KM 0 harus dilandasi dengan fokus pada ilmu yang dipelajari, agar kita tidak dilanda tsunami informasi yang sering menjadi kegalauan dalam kehidupan kita.

Konsistenlah dalam mempelajari ilmu yang sudah kita prioritaskan. Jangan mudah tergoda dengan ilmu yang sebenarnya 'menarik, tapi kita tidak tertarik', karena akan membuang-buang waktu kita dan tidak ada ilmu yang terserap sempurna di dalam diri kita.

Kemudian, praktekkan setiap ilmu yang sudah kita terima.

Sumber:
Materi Sesi 4 MIIP batch #5
Review NHW sesi 4 MIIP batch #5
Matrikulasi HEBaT
Diskusi Sesi 4 Kelas MIIP batch #5 SJS

Membangun Peradaban dari dalam Rumah

Pekan ketiga dari matrikulasi IIP merupakan pekan paling romantis. Karena pada pekan ini, peserta mulai mrmbangkitkan rasa cintanya lagi kepada pasangan melalui goresan pena yang tertuang dalan surat cinta kepada pasangan. Bukan isi surat yang dikritisi, tapi respon pasangan saat mendapatkan surat cinta yang membuat hati meleleh. Memang tidak semua suami bertipe romantis dengan banyak mengeluarkan kata-kata, tapi mereka mengungkapkan cintanya dengan cara mereka sendiri.

Memang bukan perkara mudah untuk membangun peradaban dari dalam rumah, karena butuh 1 wanita untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang beradab. Dan hal tersebut dimulai dari diri sendiri.

Tidak Menyimpan Luka Masa Lalu

Meskipun kita sering mengikuti seminar parenting, membaca buku parenting tidak akan cukup dalam mendidik anak sebelum kita selesai dengan masa lalu kita. Memang tidak semua orang memiliki masa lalu yang menyenangkan. Banyak dari kita yang mempunyai masa lalu kelam, yang membuat kita trauma dan terbawa saat mendidik anak.

Inner child yang negatif, merupakan hantu yang terus menerus menghantui setiap orangtua yang belum selesai dengan masa lalunya. Bukan perkara mudah dalam menghapusnya, butuh waktu dan kekuatan tekad saat kita melakukan self healing.


Menumbuhkan Benih Cinta kepada Pasangan

Membuat surat cinta, menjadi salah satu NHW yang paling berkesan di kelas matrikulasi IIP kali ini. Tidak hanya sekedar membuat, peserta pun harus melihat respon pasangan. Responnya pun bermacam-macam, ada yang mendapat balasan surat, ada yang dengan kata-kata, dan ada yang dengan perbuatan. Apapun respon suami, membuat jatuh cinta lagi menjadi istimewa walau hanya dengan surat cinta.

Mengenali Potensi Diri

Mengenali diri sendiri, mencari apa kelebihan dan kekurangan diri, hingga menjawab apa misi hidup kita bukanlah PR yang mudah bagi kita.

Mengenali Potensi Anak

Setiap anak dilahirkan dengan potensinya masing-masing. Tugas orangtua hanya menemani, mengamati setiap tumbuh kembangnya. Hingga mendidiknya agar menjadi maestro di bidangnya.

Sumber:
Diskusi peserta MIIP #5 SJS di pekan ketiga

Latihan Kemandirian - Toilet Training

Perjuangan untuk bebas dari ompol anak dan bebas diapers bukanlah hasil yang instan. Ada proses yang harus dilewati anak dan ibu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Setahun yang lalu, saya masih berkutat dengan bagaimana si anak bisa lepas diapers dan mau bilang "pipis", sehingga saya tidak perlu repot-repot membersihkan najis tempat anak saya mengompol.

Bukan perjalanan yang singkat

Singkatnya, saat anak berumur 18 bulan, saya sounding untuk mau bilang "pipis". Tapi apa daya karena kosakatanya belum banyak saya harus bersabar dengan mentaturnya. Sebelum mentatur, anak tidak saya pakaikan diapers/popok kain, saya biarkan dia mengompol, sambil saya amati jam-jam dia buang air kecil.

Seminggu berlalu, saya mulai mentatur di jam-jam biasa dia buang air kecil. Seminggu berselang, dia pun mau bilang kalau ingin buang air kecil.

Tak hanya untuk buang air kecil, untuk buang air besar anak sudah mempunyi tanda sendiri saat anak ingin melakukan hajat. Dengan segera saya mengajaknya ke kamar mandi untuk menunaikan hajat si anak.

Mengenalkan dengan kamar mandi

Toilet training bukan hanya tentang anak sudah mau/mampu bilang ," pipis ataupun eek". Toilet training merupakan suatu proses, termasuk dalam mengenalkan kamar mandi kepada anak.

Bukan perkara yang mudah dalam mengenalkan kamar mandi atau toilet kepada anak. Terutama saat anak melakukan buang air besar. Kloset yang nyaman menjadi saksi kunci anak bisa dengan mudah dan tanpa rasa takut membuang hajatnya di kamar mandi.

Untuk yang mempunyai kloset duduk memang mudah, tinggal beli toilet training set anak dengan nyaman bisa duduk dan buang air besar tanpa rasa takut.

Bagaimana dengan kloset jongkok? Awal mula saya membelikan sebuah tempat untuk anak melalukan buang air besar. Tapi apa daya ternyata anak tidak nyaman menggunakannya. Lanjut dengan perlahan, saya mengenalkannya pada kloset jongkok. Baru sekarang berumur 2,5 tahun, anak sudah mau menggunakan kloset jongkok. Meski saat membuang hajat harus saya temani sampai tuntas.

Melatih Kemandirian
Toilet training, bukan hanya perkara anak mau dan sadar ingin melakukan buang air kecil ataupun buang air besar. Tapi anak juga mampu membuka dan memakai celananya sendiri, serta bersuci dengan air bersih nan mensucikan. Sehingga butuh proses dan tidak dilakukan dengan hasil instan.



#KelasMenulisCeritaAnak
#KelasMCA

Menjadi Ibu Kebangaan Keluarga

Materi pekan kedua di kelas matrikulasi adalah bagaimana kita menjadi ibu profesional, ibu kebanggaan keluarga.

Di sesi ini, peserta matrikulasi kelas SJS (Semarang, Jepara, Salatiga) mulai ramai. Dari mengalirkan rasanya ketika membuat checklist profesiolisme. Terlebih harus menerapkan jurus komunikasi produktif ke pasangan dan anak. Banyak yang sudah berbagi bagaimana caranya membuat list indikator. Bahkan sudah banyak yang menerapkannya di kehidupan sehari-harinya.

Komitmen dan Konsisten
Menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menyusun checklist dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hingga nanti setelah 21 hari sudah konsisten terhadap satu perilaku tertentu akan menjadi habit.

Shallow Work
Aktivitas yang sering menghabiskan waktu kita dengan sia-sia. Terkadang kita tak sadar aktivitas itu hanya membuang energi tanpa ada hasil. Menjadikan aktivitas yang paling sering kita lakukan tiap hari dan justru mengurangi kebersamaan kita bersama keluarga.

Ibu Bekerja
Sejatinya semua ibu berkerja. Hanya saja ada yang memilih bekerja di ranah publik dan bekerja di ranah domestik. Apapun pilihan yang kita pilih, jadikan semuanya sebagai amal. Kerjakan semaksimal mungkin.

Be professional, rezeki will follow


Mengisi dengan Ilmu
Menjadi ibu kebanggaan keluarga yang senantiasa mencari ilmu. Memilah ilmu sesuai dengan kebutuhan dan prioritas ilmu yang kita pilih.

Menarik, tapi tidak tertarik

Tidak semua ilmu dapat kita terima. Memilahnya dan menjadikan kita expert di bidangnya.

Komunikasi dengan Pasangan

Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup manusia. Bukan hanya tentang menyampaikan pesan kepada orang lain, tapi juga untuk menyampaikan perasaan dan informasi. Terlebih jika sudah mempunyai pasangan halal. Komunikasi menjadi kunci agar pernikahan menjadi lebih langgeng dan terwujud keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah.

Wanita dengan kebutuhan menghabiskan 20.000 kata dalam sehari mungkin akan kecewa jika pasangan tidak 'enak' diajak ngobrol, atau malah menghindar saat sedang berdua. Karena komunikasi pun merupakan kebutuhan emosional seseorang, tanpa adanya komunikasi maka segalanya menjadi hampa.

Bagaimanapun, kita dan pasangan mempunyai cara pandang yang berbeda, keyakinan yang berbeda, dan pola asuh berbeda yang mungkin akan membuat kita dan pasangan mengalami kendala berkomunikasi. Dan komunikasi ini akan menjadi bermasalah saat kita memaksakan pendapat kepada pasangan, begitu pun sebaliknya.

Berikut prinsip komunikasi dengan orang dewasa:

1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Cara pandang antara kita dan pasangan mungkin berbeda, sehingga bisa membuat komunikasi pun bermasalah.Pahami pasangan dengan berkomunikasi dengan kalimat yang jelas (clear) jika terdapat hal yang harus diklarifikasi (clarify) berikan kesempatan untuknya. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang nyaman dan mudah dipahami bagi keduanya.

2. Choose the right time
Memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan merupakan hal yang penting. Perhatikan mood pasangan agar tercipta komunikasi produktif antara kita dan pasangan.

3. Kaidah 7-38-59
Albert Mehrabian mengatakan bahwa komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap berupa aspek verbal, 7% akan memberikan dampak pada hasil komunikasi. Selain itu komponen lain yang mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dna bahasa tubuh (59%).

4. Intensity of eye  contact
Kontak mata akan memberikan dampak pada hasil komunikasi. Kita tahu karena mata merupakan jendela hati. Dimana mata akan mencerminkan perasaan seseorang yang sedang berbicara dengan kita.

5. Kaidah : I'm responsible for my communication result
Hasil dari komunikasi merupakan tanggungjawab komunikator. Jadi, saat ada hal-hal yang kurang dipahami komunikan maka merupakan tanggungjawab dari komunikatot. Dengan kata lain, komunikator harus mencari jalan lain agar komunikan mengerti pesan yang sudah disampaikan.

Sumber:
Materi Bunda Sayang IIP-Komunikasi Produktif

Mengapa Anak Tidak Bisa Membaca?

Di usia menjelang anak akan menapaki tingkat pendidikan dasar, ada kegelisahan dari para orangtua yang akan memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Apalagi jika sekolah yang akan ditujunya mensyaratkan anak harus bisa calistung (baca, tulis, dan hitung). Kepayahan orangtua karena anak tidak diajarkan calistung saat duduk di TK/PAUD, membuat orangtua harus memberi tambahan pelajaran ataupun mendelegasikan tugas mengajari calistung ke anak melalui sebuah lembaga ataupun les privat.

Memang untuk membuat anak bisa membaca lebih mudah dibanding membuat anak suka membaca

Tapi kenyataannya tidak semua kemampuan anak untuk bisa membaca bisa disamaratakan. Saya mempunyai murid dengan beragam latarbelakang, dan hanya satu yang sama yaitu umur yang berdekatan. Tetapi, kemampuan membaca mereka pun berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, ada yang susah mengenali huruf.

Tapi di balik semua itu, setiap anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri

Lalu, bagaimana jika saat anak saya sudah menjalani pendidikan dasarnya tapi masih kesulitan untuk membaca?

Dalam istilah dikenal dengan nama disleksia, suatu spesifik disability yang berkaitan dengan neurologi. Dimana karakteristik anak yang terkena disleksia adalah kesulitan secara akurat dan atau mengenal kata secara lancar dan buruknya kemampuan pengucapan dan mengurai kode. Kesulitan di sini bermakna sulit dalam kemampuan kognitif dan memahami instruksi kelas. Sehingga ada konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu permasalahan bahasa akan menjadi sangat komprehensif dan orangtua harus mereduksi pengalaman baca yang dapat memperkaya kosakata dan ilmu pengetahuan anak.

Karakteristik secara umum:
1. Kesulitan dalam membaca kata-kata
2. Kesulitan mengkode kata yang tidak familiar
3. Kesulitan membaca lantang
4. Kesulitan dalam pengucapan

Sedangkan kesulitan membaca adalah:
1. Segmentasi, blending, memanipulasi suara dengan kata (fonem)
2. Kesulitan menamakan huruf-huruf dan mengasosiasikannya dalam suara
3. Menyimpan informasi tentang suara dan kata dalam memori (memori fonologi)
4. Menyebutkan berulang kali nama dari obyek, warna, atau huruf dari alfabet yang dikenali

Lihatkan perkembangan anakmu sesuai dengan tahap usianya. Jadikan masalah menjadi tantangan. 

Sumber:
Kuliah Whatsapp "Diskusi Emak Kekinian" dengan Judul "Anak dengan Disleksia" oleh Firnasyifa

Rumahku, Sekolahku

Rumah, menjadi salah satu dasar paling pokok dalam perkembangan anak. Mengasah, mengasuh, dan mengasihi anak dimulai dari rumah. Karena rumah merupakan perwujudan peradaban pertama manusia.

Sekolah pertama anak adalah rumah
Rumah menjadi tempat perkembangan dan pendidikan anak yang pertama. Mulai dari anak lahir, anak telah menjadi murid kesayangan orang tuanya. Anak akan mengalami perkembangan-perkembangan yang tentu saja ada stimulasi dari orangtuanya hingga perkembangan anak menjadi kian bertambah.

Rumah pula menjadi sarana anak mendapatkan kebutuhannya, mulai dari kebutuhan sandang dan kebutuhan pangan yang telah disediakan oleh orangtuanya. Dan nantinya anak akan belajar mandiri dalam pemenuhan kebutuhannya sendiri.

Orangtua adalah guru pertama
Apapun posisi dan peran orangtua di ranah publik, kewajiban orangtua tetaplah menjaga amanah dariNya untuk tetap mendidik dan merawat amanahNya. Meskipun orangtua sibuk di luar rumah, orangtua tetap harus mendampingi anak hingga anak memasuki usia aqil baligh (15 tahun). Sosok orangtua tidak boleh hilang sepanjang masa mendidik anak. 

Bukan tugas ibu saja dalam merawat dan mendidik anak, ayah memegang andil yang cukup besar dalam proses pendidikan anak di dalam rumah. Bagi anak perempuan, jadilah cinta pertama untuk anak perempuanmu. Untuk anak laki-laki, jadilah penguatnya.

Dalam perannya di dalam rumah, ibu memang lebih banyak perannya dibanding oleh seorang ayah.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya

Tetapi, tugas ayah dalam pendidikan anak pun sebenarnya lebih besar dibanding dengan peran ibu. Jika ibu adalah guru anak di dalam rumah, maka ayah adalah kepala sekolahnya. Layaknya seorang kepala sekolah, ayah harus mempunyai visi dan misi keluarga yang jelas untuk menyusun kurikulum pendidikan bagi keluarga.

Inside out, bukan outside in
Pendidikan anak bukanlah pendidikan yang menjejalkan (outside in) keinginan orangtua kepada anak. Tetapi menggali fitrah anak, sehingga anak menjadi manusia seutuhnya saat memasuki usia aqil baligh.

Menahan keinginan orangtua kepada anak agar anak menjadi apa yang dimau orangtua tanpa melihat fitrah perkembangan anak akan merusak fitrah anak sejak dini.

Sumber:
Materi Matrikulasi HeBAT

Dilema Saat Waktunya Menyapih

Menyapih merupakan salah satu proses orang tua dalam hal memandirikan anak. Sebagaimana dalam firman Allah SWT

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan," 
(QS al-Baqarah [2]: 233). 

Perintah menyusui anak adalah selama dua tahun, dan setelah dua tahun anak harus disapih. Bukan perkara mudah dalam menyapih anak. Karena bonding yang sudah melekat kuat antara si anak dan sang ibu. Menyusui menjadi hal terbaper bagi ibu-ibu yang menyempurnakan penyusuannya. Bahkan, ada juga ibu yang tidak rela menyapih anaknya, hingga saat anaknya berumur 5 tahun, anak tersebut masih menyusu sang ibu.


Menyapih dengan Cinta

Bukanlah perkara yang mudah bagi seorang ibu. Dibutuhkan keikhlasan dan kerelaan seorang ibu untuk melepaskan romantisme menyusui dengan si anak.

Bukan pula menyapih anak dengan membawanya ke tempat orang pintar yang kemudian si anak dijampi-jampi agar tak mau menyusu lagi pada sang ibu. Atau mengelabui si anak dengan memberikannya paitan atau obat merah agar si anak merasa jijik dan tidak mau menyusu kembali pada sang ibu.

Beberapa tips yang saya saring dari beberapa rekan yang berhasil menyapih dengan cinta:

1. Niat
Niat untuk menyapih dengan cinta kepada anak hendaknya dimulai sejak anak baru mulai menyusui. Karena tantangan untuk tetap menyusui sangatlah banyak, mulai dari tidak adanya dukungan keluarga hingga iklan susu formula dengan bonus hadiah yang menggiurkan. Pun ketika hendak menyapih. Budaya masyarakat yang kental dengan menyapih dengan jampi-jampi orang pintar ataupun dengan mengelabui anak menjadi tantangan saat hendak menyapih anak dengan cinta. So, tetapkan niatmu untuk menyapih dengan cinta.

2. Menetapkan keikhlasan dan kerelaan kepada anak
Menyapih merupakan bonding terkuat antara anak dengan ibu. Tak jarang banyak ibu yang mengeluhkan anak tak mau disapih karena tidak adanya keikhlasan dan kerelaan dari sang ibu.

3. Sounding sejak dini
Memberikan kata-kata positif ataupun meminta anak untuk tidak menyusui harus dilakukan sejak dini, yaitu jauh sebelum anak berusia 2 tahun. Karena proses menyapih anak dengan cinta bukanlah proses yang instan. Butuh waktu bagi si anak menerima dan mengikhlaskan saat tidak menyusu pada sang ibu.

4. Tidak menyusukan saat anak tak meminta
Inilah hal yang paling sulit dilakukan oleh ibu, apalagi saat anak tantrum dan menangis. Menyusui adalah senjata terampuh untuk menenangkan anak. Sehingga saat sebenarnya anak tak ingin menyusu, tapi sang ibu memaksa untuk menyusui menjadikan anak terus menerus bergantung pada sang ibu.

5. Melatih anak tidak menyusu saat akan tidur
Menyusui sebelum anak tidur merupakan cara ampuh sang ibu agar anak cepat terlelap dan ibu bisa merampungkan pekerjaannya yang tertunda. Tapi apabila anak terus-menerus diberikan umpan menyusu akan menjadikannya tidak mandiri sebelum ia tidur. 

6. Bersabar
Sabar dalam menyapih adalah hal yang paling penting. Karena,


Menyapih merupakan suatu proses yang tak instan




#day6
#30harimenulis
#onedayonepost

Mencegah Korupsi Sejak Dini

Korupsi menjadi satu kata yang paling populer di Indonesia. Saat ini indeks persepsi korupsi di Indonesia mendapat peringkat ketiga se-ASEAN. Tentu hal ini membuat para penegak hukum berusaha lebih keras dalam menanggulangi budaya korupsi yang ada di Indonesia.

Banyaknya pejabat daerah dan pejabat negara yang tersangkut kasus korupsi menjadi salah satu indikator ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pemimpin yang jujur dan amanah menjadi idaman masyarakat Indonesia. Tentu dalam pemilihan umum nanti, masyarakat tidak hanya menagih janji-janji para calon wakil rakyat dan pemimpin daerahnya. Yang diinginkan hanyalah aksi nyata, bukan sekedar aksi kampanye.

Meskipun sudah ada lembaga pemerintah bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang bertugas memberantas tindak pidana korupsi, mengadakan penyelidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. Lembaga ini pun bertugas melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Dan kesemua fungsi KPK ini harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya lembaga pemerintah yang terkait dengan hukum, masyarakat sipil pun bertugas dalam memberantas tindak korupsi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendidikan karakter sejak dini.



Mendidik anak tidak hanya tugas dari seorang pendidik di suatu lembaga pendidikan di Indonesia. Mendidik anak utamanya dilakukan di rumah, dimana rumah adalah sebagai sekolah pertama dan ibu sebagai pendidik pertama dalam pendidikan anak. Tentu, dalam mendidik anak bukan hanya diutamakan dalam kognitifnya saja, sehingga intelligence quotient atau yang lebih dikenal dengan IQ. Pengembangan EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) haruslah seimbang.

Karena pintar saja tak cukup, harus juga disertai dengan cerdas emosi dan cerdas spiritual

IQ yang lebih ditonjolkan dari segi kepintaran seseorang membuat banyak orang berpikiran bahwa untuk mencapai kesuksesan harus disertai dengan skor IQ yang tinggi. Orang yang dianggap mempunyai kepintaran, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar.

Mencegah lebih baik daripada menanggulangi korupsi

Selain pengembangan IQ pada anak, sejak usia dini anak pun harus dididik agar memiliki karakter yang baik. Salah satunya dengan pengembangan EQ dan SQ sejak dini.  EQ, yang lebih dikenal dengan kecerdasan emosi tidak hanya berupa kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan emosi diri sendiri tetapi juga kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi orang sekitar dan kelompok. Pengembangan EQ sangat berguna di saat emosi akan memiliki barang yang diinginkan meningkat sedangkan hal untuk mengaksesnya tidak mencukupi.

Sedangkan untuk SQ atau kecerdasan spiritual merupakan kemampuan yang ada hubungannya dengan Sang Pencipta. Dimana seseorang wajib melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Mendidik anak untuk meningkatkan SQ merupakan pendidikan yang tak kenal waktu dan ruang. Karena cakupan pendidikannya sangatlah luas. Mulai dari mengenal Tuhan, hingga menjadi insan individu yang taat dan taqwa akan perintahNya.

Mengkolaborasikan ketiga item di atas merupakan kunci melahirkan generasi yang lebih baik. Menjadikan generasi penerus bangsa ini yang religius, amanah, dan memiliki karakter yang baik. Bukan hanya orang tua saja yang berperan dalam pendidikan anak. Lingkungan tempat anak bersosialisasi merupakan pengaruh terbesar dalam pengembangan karakter anak. Menciptakan lingkungan yang kondusif dan ramah anak, akan melahirkan generasi dengan tingkat kematangan usia dan mental yang sesuai dengan perkembangan anak.

Meski korupsi sudah mendarah daging di kehidupan sehari-hari, tugas kita sebagai orang tua adalah memangkasnya hingga sudah tak ada lagi korupsi yang mengakar pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia

#onedayonepost
#nonfiksi
#tantanganartikel

Mengenalkan Buku Sejak Dini

"Masih kecil kok sudah diberi buku". Ungkapan seperti itu seringkali terlontar oleh orang-orang ataupun kakek-nenek anak kita sendiri saat kita memberikannya sebuah buku.

Bukankah perintah pertama dari Sang Pencipta adalah "iqro'( bacalah)". Maka, sebagai emak jaman now, tak usahlah gundah gulana. Karena akan ada pelangi setelah turunnya hujan.

Membuat bisa lebih mudah dibanding dengan membuatnya suka

Quote ini yang menjadi landasan saya kenapa saya memperkenalkan buku kepada anak saya sebelum anak belajar huruf. Anak saya termasuk telat untuk saya kenalkan buku, yang seharusnya bisa dikenalkan sejak dalam kandungan, tapi saya mengenalkan buku saat anak berusia 4 bulan. Saat saya sedang sibuk-sibuknya kembali ke rutinitas perkuliahan saya.

Di sisi lain, karena keterbatasan saya dalam mengenalkan buku, ternyata ilmu saya untuk mendidik anak masih cetek. Alhasil buku pertama yang saya berikan sukses di sobek. Padahal baru dibeli sehari yang lalu. Tapi semua itu, tak menghambat saya untuk terus mengenalkan buku kepada anak. Hingga saya bergabung menjadi book advisor dan saya menemukan 'aha' untuk membuat anak suka kepada buku.

Sebelum membuat anak suka buku, kita harus mengetahui jenis buku yang ramah untuk anak:
1. Buku bantal
Buku ini teksturnya seperti bantal, halus permukaannya, dan ringan saat dibawa. Buku ini bisa diberikan kepada bayi berusia 0 bulan.



2. Boardbook
Jenis buku seperti ini termasuk jenis buku tebal. Kertasnya biasa terbuat dari duplek. Dengan bahan seperti ini, buku berjenis boardbook bisa 4x lebih berat dibanding buku berjenis buku bantal.



3. Buku busa
Buku yang terbuat dari busa salah satu buku aman untuk diberikan kepada bayi mulai dari 0 bulan. Buku berjenis ini ringan dan cocok diberikan kepada anak mulai usia 0 bulan.




Bagaimana cara memilih buku untuk anak?
1. Untuk bayi 0-3 bulan, pilih buku highcontrast. Biasanya buku seperti ini berjenis buku bantal ataupun softbook. Buku dengan warna hitam putih dengan gambar sebagai dominan utama pengisi halaman buku menstimulus indera penglihatan anak. Sedangkan untuk menstimulus  pendengarannya, kita mau tidak mau harus membacakannya. Hal ini pun berguna untuk melatih kemampuan berbahasanya kelak.

Sumber: Rabbitholeid


2. Untuk anak di atas 3 bulan sudah bisa dikenalkan dengan bermacam jenis buku, tentu yang paling direkomendasikan adalah buku berjenis buku bantal dan boardbook. Karena usia di atas 3 bulan perkembangan motorik kasar anak berkembang dengan cepat. Terlalu cepat mengenalkan anak dengan buku kertas membuat anak hanya menyobek dan meremas-remas buku.
Untuk usia anak di atas 3 bulan kenalkan buku dengan jenis:
1. Gambar lebih dominan dibanding tulisan
2. Cover buku menarik
3. Bahan buku aman, untuk boardbook pilih yang ujungnya tumpul agar tidak melukai anak.

Selain mengenalkan anak kepada buku, kita sebagai orangtuanya pun harus tetap aktif membacakan buku kepada anak. Karena dengan membacakan buku banyak manfaat yang akan diperoleh anak. Manfaat membacakan buku:
1. Media efektif bonding antara orangtua dan anak
2. Sebagai media untuk menyampaikan sesuatu untuk anak ( misal: nasehat, mengenalkan Sang Pencipta)
3. Melatih imajinasi anak
4. Melatih emosi anak
5. Sebagai sarana hiburan keluarga
6. Meningkatkan rentang konsentrasi anak

Pendidikan Anak Usia Dini

Sekarang ini sudah banyak ilmu parenting dan ilmu mendidik anak melalui homeschooling. Bukan berarti hal yang dilakukan sendiri berdampak lebih baik dibandingkan dengan mendelegasikan kepada orang lain. Setiap orang punya kemampuan dan keterbatasan masing-masing. Dan hal tersebut tidak perlu menjadi perdebatan.

Source: radarcirebon.com


Karena sedang marak-maraknya pendidikan homeschooling di Indonesia, saya tertarik untuk menerapkan metode homeschooling sendiri untuk anak saya. Alhasil ternyata metode ini tak berhasil di anak saya. Alhamdulillahnya anak saya memiliki kecerdasan interpersonal, dimana anak yang memiliki tipe kecerdasan interpersonal ini mempunyai ciri:
a. Mempunyai banyak teman
b. Banyak bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan rumah
c. Terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
d. Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
e. Menikmati permainan kelompok
f. Tampak sangat mengenal lingkungannya dan berempati besar terhadap perasaan orang lain
g. Menikmati mengajari orang lain
h. Selalu mempunyai bahan obrolan dengan orang baru dan terbuka

Saya mengamati dan menganalisis potensi, minat, dan bakat anak sejak dini. Karena ini berguna untuk pendidikan yang akan ditempuh di masa depannya.

Setelah saya terombang-ambing dengan metode pendidikan anak mana yang tepat untuk anak saya. Saya memilih untuk menyekolahkannya di PAUD yang ada di dekat tempat tinggal, yang sebenarnya belum seharusnya anak saya menempuh kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Karena syarat awal masuk ke sekolah tersebut minimal 3 tahun karena kurikulum yang digunakan adalah kurikulum TK.

Alasan mengapa saya lebih memilih menyekolahkan dini anak:
1. Anak saya meminta untuk bersekolah
Ada kalanya tidak setiap keinginan anak dipenuhi. Tapi karena keterbatasan saya dalam mengatur pola belajar anak dan keinginan anak untuk ikut berangkat kerja ayahnya, saya lebih memilih untuk menyekolahkan anak saya.
2. Menjaga kewarasan saya
Setidaknya selama kurang lebih 2 jam beban emosi saya sedikit terkurangi karena aktivitas anak.
3. Mengurangi beban ayahnya yang selama ini bolak-balik dari sekolah menuju rumah, hanya karena akan mengajar dan memulangkan anak.

Homeschooling ataukah pendidikan anak usia dini?
Tentunya ini diserahkan kepada masing-masing keluarga. Setiap keluarga mempunyai value dalam mengatur pendidikan anggota keluarga. Dan tak lupa, ketahui potensi, bakat, dan minat anak juga dalam memilih pendidikan mana yang seharusnya dipilih anak.
Homeschooling merupakan pendidikan berbasis keluarga, dimana keluarga bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan anak. Sedangkan untuk pendidikan anak berbasis sekolah, guru sebagai penanggungjawab pendidikan anak. Dengan kata lain, orang tua menitipkan pendidikan anak kepada lembaga sekolah. Dan meskipun begitu, orang tua merupakan kendali terbesar bagi pendidikan anak. Karena rumah adalah pendidikan pertama bagi anak.
Untuk orang tua yang lebih memilih sekolah sebagai sarana pendidikan anak tergantung kepada kesiapan anak untuk sekolah.
Untuk anak usia pra sekolah:
a. Anak sudah lepas dari orang tua minimal 1 jam
b. Anak sudah siap bermain dengan teman sebaya
c. Anak sudah siap menerima pelajaran di sekolah

Bagaimana pun, mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Meskipun orang tua menyerahkan pendidikan anak ke lembaga pendidikan, bukan berarti orang tua menjadi lepas kendali dalam mendidik anak.

Sumber:
Wening. Menjadi Orang Tua yang Asyik. 2017. Tinta Medina. Solo
Kuliah whatsapp bersama Fauzia Chafitsa

Kenapa Anakku Susah Makan?

Anak susah makan atau istilahnya GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada anak mungkin sering dialami para ibu-ibu terutama sejak anak mulai mengenal MPASI. Apalagi saat anak susah makan bukan karena sakit, pastinya akan membuat para ibu menjadi bingung dan akhirnya harus mencekoki anak dengan berbagai macam makanan agar berat badan anak tidak semakin menyusut.

Selain berat badan anak, alasan lain ibu bingung karena anak sedang dilanda GTM adalah takut akan kurangnya nutrisi pada anak. Memberikan suplemen penambah nafsu makan ataupun suplemen makanan menjadi alternatifnya.

Bahwa anak susah makan harus diketahui penyebabnya. Karena untuk mengatasi anak susah makan, harus mengatasi penyebabnya. Bukan langsung dengan memberikan banyak makanan kepada anak. Hal ini yang justru membuat anak stres dan malah semakin malas untuk makan.

Penyebab anak susah makan:
1. Sakit
2. Sariawan
3. Tumbuh gigi
4. Sakit tenggorokan
5. Cacingan
6. Jadwal menyusu yang terlalu dekat dengan jadwal makan
7. Terlalu banyak makan camilan
8. Tekstur makanan yang kurang sesuai dengan perkembangan anak

Membuat Anak Suka Membaca

Membaca menjadi suatu kebiasaan yang terbilang 'wow' di Indonesia. Kutu buku menjadi salah satu sebutan bagi mereka yang suka membaca. Ada yang menganggapnya itu kebiasaan yang baik, bahkan ada pula yang mencelanya. Lantaran sebutan untuk kutu buku ini cenderung untuk mereka yang kurang gaul.

Membuat anak suka membaca bukan merupakan hal yang mustahil. Perlu dukungan dari orang tua dan orang terdekat untuk sering menstimulasinya. Karena kita tahu bahwa membuat anak suka membaca bukan hal yang diturunkan, tapi hal yang harus ditularkan.

Beberapa tips membuat anak suka membaca:
1. Bacakan buku sejak dalam kandungan
    Sejak janin dalam kandhngan, janin sudah bisa mendengar suara dari luar rahim, termasuk saat si ibu sedang berbicara. Membacakan buku/Alquran sejak dalam kandungan selain bisa menumbuhkan kebiasaan baik untuk anak, juga bisa meningkatkan bonding ibu dan anak

2. Memberikan contoh ke anak bahwa orangtua juga suka membaca
    Anak sebagai peniru yang ulung akan mengcopy-paste semua kegiatan yang terekam di dalam memorinya. Jadi, buat para orangtua berikan contoh yang baik.

3. Membacakan buku sejak dini
   Bahwa untuk membacakan buku anak harus sejak dini, tidak menunggu anak bisa membaca dulu. Karena untuk biasa membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding untuk membuat bisa membaca.

Happy Marriage

Pernikahan bahagia bukan berarti semua keinginan terpenuhi
Pernikahan bahagia bukan berarti memiliki pasangan yang sempurna
Pernikahan bahagia bukan berarti hidup dengan penuh kesenangan
Pernikahan bahagia bukan berarti meluapkan ego kita

Pernikahan bahagia adalah di saat kita tahu bahwa Allah telah memilihkan pasangan kita, menerima kekurangannya, dan yakin bahwa pasangan kita adalah yang terbaik di mata Allah

Pernikahan bahagia adalah saat dimana bertambahnya iman kita dan iman keluarga kita

Pernikahan bahagia adalah menjadi pakaian untuk pasangannya. Saling menutup kekurangan dan melengkapinya

Pernikahan bahagia ada tercipta tak hanya karna dua insan saling mencintai, tapi dua insan yang mencintai karena Allah