Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak


Salah satu permasalahan dari seksualitas anak adalah adanya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) dan SSA (Same Sex Attraction).

Lalu, apa beda keduanya?

SSA lebih kepada ketertarikan kepada sesama jenis, tetapi belum sampai kepada perilaku seksual. Dengan kata lain, perilaku SSA belum termasuk kepada LGBT.

Bagaimana mengatasinya?

Faktor lingkungan berpengaruh besar pada orientasi seksual anak. Langkahnya:

1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak
Mengenalkan jati diri anak akan berpengaruh pada kehidupan seksualnya yang kenal. Di masa balita lah anak harus bisa membedakan laki-laki dan perempuan, apa cirinya, dan kesukaan dari dalam diri anak. Sehingga saat ada penyimpangan identitas seksual anak sudah dapat diketahui sejak dini.

2.  Batasi penggunaan gadget atau internet
Berikan gadget hour pada anak dan awasi penggunaan aplikasi yang dapat meracuni kehisupan seksual anak.

3. Dampingi anak menonton televisi
Tayangan komedi tentang laki-laki kemayu akan berdampak pada skema anak bahwa hal tersebut lumrah.

4. Awasi lingkungan pertemanan anak, apalagi di masa pubertas
Kenali teman dekat anak dan awasi saat anak berkunjung bahkan menginap di rumah temannya.

5.  Ikuti tuntunan Rasulullah

Tuntunan Rasulullah tentang Pendidikan Seksual Anak

1. Melatih anak meminta ijin masuk rumah atau kamar orangtua
Ada tiga waktu dimana anak harus minta ijin masuk kamar orangtua, yaitu saat istirahat siang, setelah isya, dan sebelum subuh. Ajarkan anak adab mengetuk pintu. Sehingga anak tidak melihat aurat orangtua. 

2. Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat
Ketika mulai diperintahkan sholat, yaitu umur 7 tahun anak sudah harus bisa menutup aurat secara sempurna.

3. Memisahkan tempat tidur anak
Terutama untuk anak laki-laki dan perempuan agar tak satu ranjang. Dan untuk anak sesama jenis kelamin pun harus dipisah kamarnya dan tidak boleh dalam satu selimut.

4. Menjelaskan beda jenis kelamin dan bahaya zina
Pendidikan seksual dalam rumah menjadi kunci. Orangtua menjelaskan apa saja dampak dari zina dam konsekuensinya jika dilakukan.

5. Mengajarkan kewajiban mandi wajib

Deteksi Dini Orientasi Seksual pada Anak
1. Penampilan menjadi indikator awal
2. Amati bagaimana ia bertema
3. Lebih sering bermain dan memiliki teman kelompok dengan lain jenis




Fitrah Seksualitas Masa Pubertas



Masihkah terbayang masa muda kita saat masih remaja?  Saat merasakan virus merah jambu, pertama kali mengalami menstruasi, atau yang dulunya pernah mendapatkan surat cinta? Hehe

Banyak yang mengatakan bahwa di masa ini hidup seseorang menjadi warna-warni. Benarkah? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada masa remaja?

Pada masa pubertas alias remaja inilah mulai bekerja kelenjar yang dinamakan kelenjar pituitari. Kelenjar ini hanya berukuran sebesar kacang dan terletak di dasar otak, tepatnya di belakang hidung dan di bawah syaraf optic (syaraf menuju mata). 

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari ini membantu untuk mengatur dan mengendalikan hormon-hormon lain dari kelenjar endokrin yang berfungsi sebagai pertumbuhan, metabolisme, dan pematamgan tubuh.

Tanda-Tanda Pubertas

Di saat anak menginjak masa pubertas inilah mendorong organ-organ anak menjadi lebih aktif. Organ pertama anak yang aktif adalah organ reproduksi, dimana seorang anak perempuan dikatakan sudah puber ketika mengalami menstruasi yang pertama kali dan anak laki-laki mengalami mimpi basah.

Apa yang harus kita lakukan saat anak mengalami menstruasi/mimpi basah?

Jika anak mengalami tanda masa pubertas untuk yang pertama kali, kita sebagai orangtua tak boleh khawatir. Masa ini dimulai saat anak berada pada masa pre aqil baligh, yaitu ketika anak laki-laki berusia antara 10-16 tahun dan anak perempuan berusia 8-15 tahun.

Untuk menjaga kenyamanan anak sendiri, dekatkan anak laki-laki kepada ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Selain orangtua sendiri yang sudah pernah mengalami menceritakan pengalaman, hal ini juga akan membangun kedekatan antara orangtua dan anak.

Bagaimana kiat mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak?

1. Menjelaskan fungsi badan dengan apa adanya, bukan dengan simbol. Jadi untuk penamaan organ reproduksi bukan dengan nama yang lazim digunakan masyarakat.
2. Menjelaskan pembuahan dan konsekuensinya. Sehingga anak paham akan akibat pergaulan bebas
3. Mendampingi anak mencari tahu tentang internet
4. Menjelaskan dengan mimik yang wajar dan sederhana sesuai pemikiran anak
5. Pendidikan seksual dilakukan secara repetitif
6. Perhatian setiap ada perubahan pada diri anak

Toilet Training

Toilet training merupakan salah satu cara memberikan pemahaman kepada anak tentang rasa malu dan adab membuang hajat dengan baik. Bukan hanya belajar tentang adab saja, tetapi juga tentang cara bertanggungjawab atas organ reproduksi yang dimilikinya. Selain untuk menumbuhkan fitrah seksualitas anak, toilet training juga untuk melatih kemandirian anak.

Toilet training bukan berarti dimulai saat anak sudah besar dan diapers yang ada sudah tak muat. Tetapi toilet training bisa dilatihkan dan disoundingkan kepada anak sebelum masa fitrah seksualitasnya tiba. Yaitu, ketika usia anak sudah menginjak 2 tahun.

Di usia 2 tahun, anak mulai mengalami fase anal. Fase ini dimulai dari usia 2-4 tahun. Dimana anak merasa nikmat saat mengeluarkan fases dari anus.

Sebelum usia 2 tahun ini, hendaknya anak sudah disounding terlebih dahulu tentang buang air besar dan buang air kecil di tempatnya, yaitu kamar mandi. 

Membiasakan anak untuk membuang air besar dan buang air kecil juga mengajarkan rasa malu pada anak. Malu karena auratnya terbuka dan juga membiasakan hidup bersih dan sehat dengan tidak buang air sembarangan.

Kontrol anak usia 2 tahun memang belum bisa matang, untuk itu sebelum anak berusia 2 tahun alangkah baiknya anak dibiasakan tidak memakai diapers. Sehingga saat ia buang air sembarang, ia merasa jijik, risih, dan malu hasil kotoran tubuhnya tidak langsung dibuang.

Tidak memarahi saat anak mengompol juga menjadi indikator keberhasilan anak melakukan toilet training. Anak tidak akan ketakutan saat anak hendak buang air. Dan anak akan bersemangat untuk buang air di tempat yang benar.

Sebagian kisah toilet training anak saya ada di buku ini. 😁


#day5
#kuliahbunsayiip
#fitrahseksualitas

Menghindari Perilaku Menyimpang Seksual



Di zaman sekarang ini kepedulian orang sekitar cenderung berkurang. Berkurangnya kepedulian orang sekitar dan orang terdekat kita bisa menimbulkan banyak hal yang mempengaruhi penyimpangan seksual seseorang.

Jika Anak Menonton Film Porno

Jika kita mendapati anak kita mengakses konten porno, jangan panik, jangan emosi, dan tetap tenang. Bangun kedekatan bersama anak kita.

Jangan memarahi anak kita karena emosi kita yang meluap-luap. Pendekatan kepada anak tanpa memunculkan interogasi berlebih dari kita.

Batasi pula akses anak terhadap gawai yang dipegangnya. Beri jam daring dan batas anak diperbolehkan mengakses internet.

Fenomena Kehamilan Tak Diinginkan 

KTD sudah bukan hal yang luar biasa di masyarakat kita. Sudah banyak remaja zaman sekarang yang terperosok dalam lembah pergaulan bebas, sehingga terjadinya berbagai masalah.

Membangun Komunikasi dengan Anak

Membangun komunikasi dengan anak tidak serta merta dengan hasil yang instan. Membangun komunikasi berarti membangun bonding antara anak dan orangtua.

Blokir Situs Porno

Bukan berarti tidak memperbolehkan anak memegang gawai. Dengan catatan, sesuaikan dengan visi misi keluarga kita. Bisa dengan membatasi jam daring anak, memberi pasword aplikasi tertentu, atau membatasi jam akses internet. Selain itu, orangtua bisa memasang aplikasi secureteen parental control pada gawai anak.


Fitrah Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun


Seksualitas mungkin masih terdengar tabu pada sebagian masyarakat. Padahal pendidikan seksualitas merupakan hal yang penting bagi anak. Sekarang maupun saat anak masih dewasa.

Pendidikan seksualitas sejatinya adalah membentuk anak agar bertanggungjawab pada gender yang dimiliki. Sehingga anak memiliki aqidah lurus dan akhlak yang baik, menjadi manusia yang beradab. Dan juga anak bisa terhindar dari berbagai masalah seksualitas yang bermacam-macam.

Tantangan gender di zaman sekarang memang banyak sekali. Tak hanya menimpa orang dewasa, anak kecil pun sekarang banyak yang menjadi korban. Mulai dari anak tak mengenal identitas seksualnya hingga pada orientasi seksual yang dilarang agama.

Dimungkin karena berbagai hal sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Kelainan kromosom pada anak yang membuatnya bingung dengan identitas seksual yang ia miliki. Sehingga ada kecenderungan anak melawan fitrahnya dan berbelok ke arah orientasi seksual yang dilarang agama.

2. Faktor Eksternal
Berbagai macam faktor eksternal dapat mempengaruhi anak dalam menentukan identitas seksualnya.

a. Peran Orang Tua
Peran orangtua menjadi sangat vital. Karena  orangtua merupakan guru pertama anak dan guru terbaik bagi anak sepanjang masa. 

Orangtua menjadi yang pertama saat anak bertanya, "siapa aku?", "mengapa aku berbeda denganya?". Dan ini harus dijelaskan oleh orangtua tanpa menutup-nutupi. Bukan dengan menyebut organ reproduksi dengan kata-kata yang tak semestinya, hingga skema anak terhadap kata tersebut menjadi negatif.

Untuk itu, pendidikan seksualitas harus sejak dini diberikan kepada orangtua ke anak.

b. Lingkungan Sekitar
Lingkungan menjadi faktor yang mudah mempengaruhi anak. Lingkungan yang baik dan kondusif menjadi satu hal yang tak boleh luput dari orangtua.

Saat memilih tempat tinggal, lihat dulu siapa tetangganya.

Mungkin petuah yang biasa diucapkan orang-orang ini banyak benarnya. Saat kita memilih tempat tinggal untuk keluarga kita. Tidak hanya rupa dari tempat tinggal ataupun akses untuk mencapai sebuah tempat tertentu. Tapi juga lihat tetangganya. Bagaimana perangainya, baik atau buruk? 

Untuk anak yang sudah bersekolah pun, memilih teman yang akan dijadikannya sahabat merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak. Memang seharusnya tidak boleh membeda-bedakan teman, tapi jika teman mengantarkan anak kita ke penjerumusan yang negatif tentu harus kita waspadai.

c. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi seseorang yang tidak stabil bisa menjerumuskan seseorang ke lembah hitam dalam hidupnya. Untuk itu, tanamkan anak-anak kita pendidikan aqidah dan akhlak sejak dini. Sehingga saat dewasa kelak, ia sudah memiliki pedoman hidup untuk melangkah.

d. Media Elektronik
Media elektronik zaman sekarang banyak mengubah anak-anak dibanding anak dari generasi lama. 

Adanya internet yang bebas diakses, bahkan acara televisi banyak yang memberikan pengaruh buruk bagi orang tua.

Sebisa mungkin orangtua meminimalir pengaruh tersebut. Salah satunya bisa menerapkan aplikasi parental control pada gawai, agar anak terhindar dari paparan negatif.

Pendidikan Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun

Pendidikan Seksualitas (tarbiyah jinsiyah atau sex eduacation) merupakan suatu pendidikan yang tak hanya anak dapatkan dari luar rumah. Pendidikan ini justru harus didapat sejak dini.

Di usia 0-2 tahun merupakan masa menyusu anak. Di sini, anak sudah bisa diajarkan tentang aqidah melalui proses menyusui. Prinsipnya di masa ini, menutup aurat anak dan aurat ibu.

1. Menyusui Langsung
Selain dapat melekatkan bonding antara ibu dan anak. Dengan menyusui, anak sudah bisa merasakan nikmatnya menyusu (fitrah seksualitas mulai terbentuk).

Di masa ini, secara otomatis anak menjadi lebih dekat dengan sang ibu. Dan ini akan terbawa hingga anak sudah berusia dewasa.

Memang tak dapat dipungkiri, tidak semua ibu bisa dan mampu menyusui secara langsung. Bagi ibu bekerja, menyusui secara langsung menjadi hal yang dinantinya setelah pulang bekerja. Untuk itu, manfaatkan peluang waktu itu dengan menyusui semaksimal mungkin.

Dan di saat menyusui ini, hindari menggunakan gawai. Selain fokus anak akan terganggu. Anak bisa merasa terabaikan, meski dalam dekapan ibunya.

2. Menjaga Aurat
Menutup aurat saat menyusui, sehingga anak hanya boleh melihat aurat ibunya bagian atas. Dan di saat menyusui ini, hanya ada ibu dan anak yang menikmati romantismenya.

#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#fitrahseksualitas

Fitrah Seksualitas Melawan LGBT

Fitrah seksualitas anak merupakan hal yang esensial dalam kehidupan anak. Pasalnya, di zaman yang serba modern ini, anak dengan mudah mengakses konten dewasa dan lebih mudah terpapar dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu permasalahan gender yang makin marak di negeri kita adalah LGBT.



Mendekatkan Anak pada Orang Tua
a. Menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak
b. Memahami fitrah anak, kemampuan anak, serta dapat bersama anak-anak kapanpun dan dimanapun
c. Jadi contoh bagi anak. Karena anak merupakan peniru yang ulung. Libatkan dan beri mereka kepercayaan
d. Menjadi orangtua yang kompak dan bahagia

Virus Merah Jambu di Usia Dini
Virus merah jambu di usia dini atau bisa dikatakan ketertarikan dengan lawan jenis sebelum memasuki usia pubertas merupakan sebuah alarm bagi kita orangtuanya. Fenomena tersebut patut kita waspadai agar anak kita dapat terhindar.

#day2
#futrahseksualitas
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Siapa yang tak menginginkan memiliki anak dengan keimanan yang lurus, ibadah yang baik, dan akhlak mulia?



Sebelum mendidik anak, tentunya kita harus mendidik diri kita dahulu. Dan sekarang sedang banyak-banyak sekolah pra nikah (para jomblo wajib ikut ini nih).

Persiapan mendidik anak dimulai sejak seseorang hendak memilih pasangan. Kalau dalam agama islam, harus sekufu. Dimana saat memilih pasangan, kita kudu tahu dulu visi-misi pasangan dalam berumah tangga. Jadi, saat menikah kelak tinggal menyelaraskan visi-misinya.

Setelah menikah, impian pasangan yang berumah tangga adalah memiliki keturunan. Anak merupakan amanah terbesar dariNya. Dan kita harus menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya.

Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Kebiasaan baik pada anak bisa dibentuk sejak dalam kandungan. Ibu bisa mendekatkan diri pada anak dengan melantunkan ayat suci, bercerita, ataupun mengobrol dengan anak. Dengan begitu, kelekatan antara anak dan ibu sudah tercipta, yang akan mempermudah step selanjutnya.

1. Menyusui Anak
Menyusui anak hingga berumur 2 tahun bukan hanya perintah dari Allah. Menyusui anak secara langsung terbukti banyak sekali manfaatnya. Salah satunya adalah menanamkan fitrah keimanan dan fitrah seksualitas anak sejak dini.

Melalui menyusui, fitrah keimanan akan timbul dan fitrah seksualitas akan memacu kenikmatan anak akan hak seksualitasnya.

2. Menanamkan Adab pada Anak
Menanamkan adab pada anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Berikan anak pemahaman yang baik tentang adab sehingga menjadi kebiasaan di kehidupannya sehari-hari.

Bisa dengan mendongeng kisah para nabi, membacakan buku-buku adab sehari-hari, hingga membantu berdoa setiap akan dan selesai beraktivitas.

3. Teladan
Bahwa orangtua yang harusnya memberikan teladan baik kepada anak. Di masa golden age, anak menyerap semua informasi melalui semua panca indera. Terutama melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Jadi, orang tua harus berperilaku dan berbicara baik dimanapun.


Menumbuhkan Kecintaan Anak pada Buku

Di tanggal 5 Mei kemarin, ada sebuah Gerakan Nasional Membacakan Buku (GERNAS BAKU). Sebuah gerakan di lingkup nasional dengan tujuan meningkatkan minat baca anak dengan peran aktif keluarga.



Gerakan ini mendorong upaya aktif orangtua sebagai pendidik utama anak. Meski anak sudah bersekolah, proses mendidik anak di dalam rumah tetaplah yang utama. Karena, rumahku adalah sekolah pertamaku.

Menumbuhkan minat baca anak bukan berarti menunggu hingga anak sudah lancar membaca. Menumbuhkan minat baca anak ini harus dimulai sejak dini, yaitu dimulai saat anak masih berada dalam kandungan.

Membuat anak bisa membaca lebih mudah dibanding membuat anak suka buku

Salah satu tantangan untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan membuat anak suka dulu dengan buku. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menstimulasinya sejak dini.

Stimulasi membuat anak suka buku bisa dimulai sejak anak masih ada di dalam kandungan. Saat dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar suara yang berada di luar lingkungannya. Selain itu, anak sudah bisa merespon apa yang didengarnya. Bisa dengan sikutan lengan ataupun tendangan kaki.

Setelah anak lahir, anak pun masih harus distimulasi dengan dibacakan buku sesuai dengan usianya. Untuk anak usia 0-3 bulan bisa dibacakan dengan buku highcontrast, yang hanya berwarna hitam putih dengan gambar lebih dominan dibanding tulisan.

Semakin bertambahnya umur anak, anak akan semakin aktif mendengarkan sekaligus mengeksplorasi buku. Di usia kurang dari satu tahun ini anak bisa diberikan buku berjenis:

1. Boardbook
Buku jenis ini bisa terbuat dari duplex ataupun ivory yang tak mudah sobek, sehingga aman saat anak bereksplorasi dengan buku ini. Selain itu, biasanya buku berjenis ini ujungnya tumpul, berwarna-warni, dan lebih dominan gambar dibanding tulisan.

Baca juga: Puppet Book

2. Buku Busa
Buku jenis ini termasuk buku yang ringan meski bukunya agak tebal tiap halaman. Meskipun begitu, buku berjenis buku busa aman digunakan untuk anak.



3. Buku Bantal
Hampir sama dengan buku busa. Hanya beda dibahan. Buku bantal terbuat dari kain dan cemderung lebih tipis dibanding dengan buku busa.



Usia yang semakin meningkat, anak sudah bisa mengeksplorasi lebih banyak jenis buku, seperti:

1. Soundbook
Buku dengan suara yang akan membuat anak lebih mencintai buku. Ada suara binatang, kendaraan, lagu-lagu, bahkan isi dari buku tersebut. Anak jadi bisa mengeksplorasi bunyi-bunyian dari buku tersebut.



2. Flip Flap Book
Untuk menambah rasa penasaran anak dengan isi buku, bisa memberikan flip flap book atau buku buka tutup.



3. Pop up Book
Tak hanya anak yang menyukai buku jenis ini, orangtua pun menyukai jenis buku seperti ini.



Buku-buku tersebut biasanya lebih dominan gambar dibanding tulisan. Selain anak akan tertarik dengan isinya, orangtua yang membacakan buku tak hanya terpaku pada isi buku saja. Tapi bisa mengeksplorasi gambar yang ada dalam buku.

Setelah anak cukup umur untuk belajar membaca dan mulai lancar membaca. Buku yang dibaca tak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya saat sekolah. 

Mengembangkan Imajinasi Melalui Dongeng

Dongeng menjadi salah satu cara mengembangkan imajinasi seseorang. Dengan mendongeng, seseorang akan berpikir out of the box. Dimana segala apa yang ada di pikirannya akan tercurah ke dalam suatu cerita. Mungkin cerita yang dibawakannya aneh, tak lazim, bahkan konyol. Tapi itulah kelebihan manusia yang sudah dikaruniai akal oleh Sang Pencipta. Salah satu cara kita adalah mengapresiasi setiap pikiran seseorang yang tertuang dalam dongeng.



Mengembangkan imajinasi bisa dilakukan sejak dini. Berikut tahapan mengembangkan imajinasi dengan mendongeng kepada anak:

1. Saat Anak Masih Ada dalam Kandungan
Saat anak masih ada di dalam kandungan, ajak anak berbicara. Bisa berbicara hal yang umum, bisa juga dengan mendongeng dengan imajinasi sang ibu. Dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar apa yang ada di dunia luarnya. Selain bisa lebih akrab dengan suara ibunya, dengan mendongeng anak sudah lebih banyak belajar tentang dunia luar.

2. Saat Batita
Saat batita, anak masih mendengarkan dongeng dari sang ibu. Sambil mendengarkan sang ibu mendongeng, anak biasanya sudah bisa berimajinasi dengan cerita yang didengarnya. Karena di masa ini merupakan masa golden age, berikan dongeng yang menceritakan tentang adab ataupun teladan.

3. Saat Usia Pra Sekolah
Di usia pra sekolah ini anak sudah bisa dianak berimajinasi dengan apa yang dilihatnya. Berikan apresiasi saat anak berhasil mengungkapkan imajinasinya, baik secara verbal ataupun melalui gambar.

4. Saat Usia Sekolah
Saat anak sudah bersekolah, anak sudah mahir mengungkapkan imajinasinya. Meskipun sudah mahir, untuk para ibu jangan sampai kendor mendongengkan anak. Hehe

Dongeng sebelum tidur
Merupakan waktu yang paling efektif. Selain karena otak anak lebih mudah mencerna apa yang didengarkannya. Mendongeng sebelum tidur bisa menjadi hal yang paling berkesan selama hidupnya.

Meskipun terkadang banyak anak juga yang lebih suka didongengkan saat melakukan aktivitas tertentu. Misalnya saat memotong kukunya, ataupun saat anak sedang dilanda GTM. Dengan mendongeng yang pasti dengan pesan mendalam yang terkandung di dalamnya, secara perlahan pesan kepada anak melalui dongeng dapat tersampaikan dengan baik.

Langkah yang mendongeng (versi saya tentunya): 

1. Menarik Perhatian Anak
Menarik perhatian anak saat hendak mendongeng adalah kunci keberhasilan tersampaikannya pesan dongeng. Menarik perhatian anak bisa dimulai dengan percakapan kepada anak.
"Adek, malam ini di langit banyak bintangnya loh"
Atau "Adek, paling suka dengan binatang apa?"
Atau kalimat pembuka lainnya. Harus dengan kreativitas ibunya ini.

2. Membuat Penasaran
Mendongeng adalah membuat penasaran anak dengan cerita yang didengarnya. Di sini ibu harus berpikir out of the box. Cerita yang membuat penasaran anak sekaligus bisa untuk melatih peningkatan rentang konsentrasi anak.
Meskipun out of the box, usahakan cerita yang disampaikan sesuai dengan realita yang terjadi. Jadi tidak ada lago cerita tentang harimau yang makan kue. Karena sejatinya harimau adalah hewan karnivora, bukan omnivora, apalagi herbivora.

3. Pesan Moral Tersampaikan
Jadi, dalam mendongeng bukan hanya sekedar untuk hiburan saja. Tapi sekaligus sarana edukasi kepada anak. Selain untuk melatih imajinasi anak dan ibunya. Dengan mendongeng, anak diharapkan bisa mencerna pesan yang tersampaikan dalam dongeng yang didengarnya. 


Badgenya keren banget. Sesuai banget dengan imajinasi ibu-ibu yang suka dengan indahnya pelangi. Seperti imajinasi kita yang akan selalu bewarnai dunia anak.


Mengembangkan imajinasi melalui dongeng sebenarnya tak terlalu susah. Karena dengan pikiran yang langsung terucap melalui lisan akan langsung menancap pada hati anak.

aku adalah ibu asyik untuk anakku. 
dengan dongeng, pikiran-pikiran liarku jadi terarah
dengan dongeng, aku bisa menungkapkan hal yang paling sulit diungkapkan melalui cara apapun
Dan dengan dongeng, aku menjadi semakin lengket dengan anakku

-Alif Kiky Listiyati-
Kelas Bunsay batch 2 -Jogja Jateng-

5 Area dalam Metode Montessori

Dalam metode montessori tidak dibedakan material satu dengan yang lain berdasarkan kelompok umur. Semua material merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan.

Baca juga : Sekilas tentang Metode Montessori 1

Baca juga : Sekilas tentang Metode Montessori 2

Ada 5 area dalam metode montessori:

1. AREA PRAKTIK SEHARI-HARI

Menuang, menyendok, mengancing, meronce. Menjadi salah satu kegiatan montessori yang paling banyak kita tahu. Tapi, dari kegiatan inilah kita menjadi tahu bahwa kegiatan di area praktik sehari-hari merupakan kegiatan yang penting, karena:

a. Menguatkan Jari sebagai Persiapan Menulis

Kegiatan seperti menuang dan menyendok yang membutuhkan kekuatan otot jemari tangan anak dipercaya dapat menstimulasi perkembangan menulis anak. Sehingga, saat anak berusia 6 tahun, anak sudah tidak lagi malas menulis karena di usia dini sudah dipaksa untuk langsung menulis di kertas.

b. Memperpanjang Rentang Konsentrasinya

Rentang konsentrasi anak adalah (umur) dikalikan dengan 1 menit. Jadi, jika seorang anak berumur 2 tahun. Maka, rentang konsentrasinya sebesar 2 menit. Begitu seterusnya.

Lantas, bagaimana cara untuk memperpanjang rentang konsentrasi anak? Caranya adalah dengan memberikan stimulus anak. Melalui kegiatan dalam praktik sehari-hari, sehingga anak menikmati akan menstimulus dan memperpanjang rentang konsentrasi anak.

c. Melatih Kemandirian

Stimulus seperti menyendok, akan membantu anak dalam berkegiatan, seperti makan sendiri dan mandi sendiri. Sehingga dapat melatih kemandirian anak tanpa dipaksakan.


2. AREA SENSORIS

Kegiatan untuk menstimulasi dan menghidupkan seluruh kepekaan indera anak. Di area ini anak akan belajar dasar-dasar bentuk, warna, tekstur, dan ukuran. Sehingga dapat menstimulus penglihatan dan perabaan anak, yang akan mempermudah anak dalam membedakan angka dan huruf.


3. AREA BUDAYA DAN ILMU PENGETAHUAN

Kegiatan di area ini akan memperkaya wawasan anak tentang semua yang ada di alam semesta. Anak akan tahu dan oaham perannya di muka bumi, sehingga anak sadar akan perannya sebagai khalifah fil ardh.

Di area ini perkaya wawasan anak dengan cara yang menyenangkan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengajarkan anak seperti apa yang sudah diajarkan seorang pelajar saat duduk di bangku SMA.


4. AREA BAHASA DAN LITERASI

Pada tahap metode montessori, anak dikatakan bisa membaca adalah saat anak mampu memahami makna tulisan yang ia baca.


5. AREA MATEMATIKA

Tidak hanya sekedar mengajari dan membuat bisa anak dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sehingga, anak menjadi tak paham arti bilangan secara konkret.

Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Sekilas tentang Metode Montessori (2)

Montessori menjadi sebuah metode yang akan menstimulasi seluruh indera anak, sehingga perkembangan anak menjadi lebih optimal dan mendukung tahapan perkembangan anak selanjutnya.

Baca juga: Sekilas tentang Metode Montessori 1

Saling Menghargai

Dalam metode montessori tidak ada yang namanya berbicara dengan intensi tinggi atau memerintah dengan satu arah, sehingga menimbulkan anak tak mendengarkan perkataan kita atau justru malah berkata kasar kepada kita.

Dalam metode montessori hanya ada berbicara dan memperlakukan anak dengan sopan. Menggunakan eye contact dan mensejajarkan tubuh kita dengan tubuh anak menjadi salah satu kunci komunikasi kita kepada anak.

Penggunaan Alas Kerja

Maksud dari alas kerja di sini adalah daerah teritori anak saat bermain. Sehingga saat anak memahami alas kerjanya, meskipun anak bermain dengan bermacam-macam material, kerapian ruangan tetap terjaga.

Saat bermain di kelas dan si anak sudah mengerti tentang alas kerjanya masing-masing, anak pun harus dilatih untuk meminta ijin ataupun menolak dengan cara yang baik. Sehingga, di dalam metode montessori ini anak tak hanya belajar tentang perkembangannya, tetapi juga belajar tentang adab dan akhlak kepada teman.

Meaningful Activity - Future Learning

Semua kegiatan di montessori bertujuan untuk mempersiapkan tahapan perkembangan anak selanjutnya. Dan semua kegiatan dan aktivitas anak dirancang untuk membantu mempersiapkan anak menjalani kegiatan lain yang lebih kompleks.

Konkret - Abstrak

Menggunakan lembar kerja bukan satu-satunya cara untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Mengeksplorasi pengalaman secara langsung mengajarkan anak melihat dulu secara konkret, baru kemudian diajarkan secara abstrak.

Sederhana - Kompleks

Menggunakan material yang sederhana untuk merancang kegiatan montessori menuju kegiatan yang lebih kompleks. Sehingga anak harus mengeksplorasi material terlebih dahulu dan menguasainya sebelum anak menggunakan material tersebut.

Penguasaan Materi: Maju-Mundur

Perkembangan anak tak dapat disamakan dam dibandingkan dengan anak yang lain. Di montessori, tak ada istilah 'tertinggal' ataupun 'terlalu cepat'. Sehingga penting bagi anak untuk mengulang kembali material yang sudah diajarkan.

Self Correction

Salah satu kebiasaan kita adalah mengoreksi kesalahan di saat anak melakukan kesalahan. Selalu mengoreksi dan menyalahkan anak tak jarang membuat menyontek menjadi kebiasaan yang lumrah.

Dalam metode montessori, dirancang dengan konsep self correction untuk mencegah orangtua sering menginterupsi ataupun mengintimidasi anak. Cara paling efektif dalam mengoreksi anak adalah denhan memberi contoh bagaimana seharusnya yang ia lakukan.

Penggabungan Usia

Menggabungkan usia diharapkan dapat membantu anak untuk saling berinteraksi dan saling belajar. Membantu teman yang berbeda usia, memberi teladan, dan mengasah jiwa kepemimpinan dapat dilakukan anak yang lebih besar kepada adik-adiknya.

Penggunaan Istilah Work

Jangan ragu untuk menggunakan istilah belajar kepada anak-anak. Tentu saja kegiatan belajar harus kegiatan yang bermakna dan menyenangkan bagi anak.

Kolaborasi, bukan Kompetisi

Jika kebutuhan dasar anak belum dipenuhi tetapi sudah diikutkan berbagai kompetisi, maka yang ada dipikiran anak hanya memperoleh kemenangan saja.  Tugas utama adalah berkolaborasi, bukan berkompetisi. Hingga nanti pada saatnya anak sudah terjun ke dunia kerja, sudah tak ada lagi kompetisi antar pekerja.

Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Sekilas tentang Metode Montessori (1)

Bagi sebagian ibu-ibu yang menerapkan home education pada anaknya menggunakan metode montessori untuk menstimulasi perkembangan anaknya berdasarkan rentang usia anak.

Montessori membagi usia menjadi 4 bagian, yaitu:
1. 0-6 tahun
2. 6-12 tahun
3. 12-18 tahun
4. 18-24 tahun

Usia 6 tahun pertama merupakan pondasi pokok anak yang akan berpengaruh pada tahapan perkembangannya kelak.

Pada 6 tahun pertama kehidupan manusia adalah masa dimana anak mencerna dan mendapatkan pengetahuan dari lingkungannya, atau sering disebut dengan absorbent mind. Di masa ini, terutama saat 3 tahun pertama, otak anak layaknya spons yang mudah menyerap apa yang ada di lingkungan dengan interaksi anak. Masa 3 tahun pertama anak ini dinamakan masa unconscious mind. Untuk itu, mengapa di masa ini pendidikan anak harus seoptimal mungkin? Ya, karena masa ini tak akan terulang kembali. 

Anak bukan Kertas Kosong

Sebagai makhluk ciptaanNya, anak sudah terinstal fitrahnya, bukan lagi kertas kosong yang bisa kita tulis apa yang kita mau. Tapi, kita menumbuhkan fitrah tersebut agar bertambah semakin kuat.

Sehingga, ikuti kegiatan anak. Terlibat dalam setiap aktivitas anak. Dengan catatan, memenuhi kebutuhan anak dengan mengamati kegiatan anak yang membuat anak menjadi berbinar.

Kebebasan Berbatas

Membebaskan anak bermain dan belajar bukan berarti membiarkannya tanpa adanya aturan. Kebebasan berbatas di sini dimaksudkan dengan anak diberi kebebasan dalam memilih material dan durasi yang akan dieksplorasi serta kebebasan untuk berdiskusi dan bekerja bersama. Sehingga dengan adanya kebebasan yang berbatas dengan aturan yang jelas akan menjadi pelindung kebebasan anak dari kekacauan.


Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Merencanakan Kehamilan

Kehamilan menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu kaum hawa di seluruh dunia. Selain untuk memperpanjang keturunan, memiliki anak menjadi kegembiraan tersendiri bagi sepasang orang tua. Hingga tak jarang banyak orang tua yang merencanakan memiliki banyak anak.

Lalu, apakah merencanakan anak pertama sama dengan merencanakan anak kedua dan seterusnya?

Tentu, kalau jawaban saya pastinya berbeda. Merencanakan anak pertama cukup dengan menyusun perencanaan bersama pasangan, sedangkan merencanakan anak kedua dan seterusnya, perlu pertimbangan dari sang kakak. Selain untuk menghindari adanya sibling rivalry, pertimbangan sang kakak diperlukan untuk persiapannya saat kelahiran sang adik kelak.

Beberapa tips yang diperlukan untuk merencanakan anak kedua dan seterusnya:

1. Proses Menyapih Sang Kakak Sudah Tuntas
Saat proses menyapih sang kakak sudah tuntas, ini berarti sang kakak sudah mandiri dan tidak tergantung lagi pada ibunya.
Tak mudah memang untuk menyapih anak dengan cinta, membutuhkan proses yang tak instan seperti pakai jampi-jampi mbah dukun atau didoain orang pinter nan shalih. Menyapih anak butuh tekad orang tua, tak sekedar tega kepada anak, tapi juga untuk mengenalkan kemandirian dan kebutuhan seksual anak.

2. Nutrisi Setelah Menyapih
Saat menyusui mungkin banyak cadangan nutrisi kita yang habis keluar melalui ASI. Karena seburuk apapun makanan yang kita konsumsi tak akan berpengaruh pada ASI yang kita keluarkan. Jadi, di saat menyusui dan asupan nutrisi kita kurang. Maka produksi ASI akan tetap berjalan normal (supply on demand) dan akan mengambil cadangan nutrisi dari tubuh. Hingga tak jarang sebagian ibu menyusui akan kehilangan berat badannya ataupun terkena defisiensi vitamin dan mineral (misalnya, sering sariawan)

Untuk merencanakan kehamilan yang diinginkan tentunya kita pun harus berencana dalam menjaga asupan nutrisi kita. Selain untuk meningkatkan kesuburan, nutrisi juga diperlukan dalam pembuahan antara sel telur dan sperma. Dengan harapan saat pembuahan terjadi, sel telur sudah dalam kondisi prima untuk melanjutkan perkembangan janin hingga setelah janin keluar.

Selain itu, nutrisi yang baik sebelum kehamilan dimulai akan menentukan kondisi anak setelah dilahirkan kelak. Nutrisi yang sebaiknya kita perbanyak konsumsi adalah makanan yang banyak mengandung asam folat. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang banyak mengandung asam folat bisa kita temukan dalam brokoli, jeruk, ataupun alpukat.


3. Komunikasi dengan Pasangan dan Sang Kakak
Kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang bisa diterima oleh seluruh anggota keluarga. Sebelumnya, tentu saja harus ada komunikasi dengan anggota keluarga lainnya tentang kesiapan adanya anggota keluarga baru. Sehingga, saat pembuahan terjadi merupakan kehamilan yang diinginkan oleh seluruh anggota keluarga.

4. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan sangat diperlukan. Terkhusus untuk yang ingin mengetahui status kesehatannya. Selain untuk mengantisipasi bahaya kehamilan. Tes kesehatan juga bermanfaat bagi kesehatan anak. Beberapa tes yang diperlukan sebelum kehamilan, yaitu: tes gula darah, tes TORCH, hepatitis B, HIV/AIDS, dan tekanan darah.


Melatih Kecerdasan Finansial Sejak Dini

Kecerdasan finansial merupakan kemampuan mendapatkan dan mengelola keuangannya sendiri. Kemampuan ini baiknya dilatihkan sejak dini, karena ada beberapa hal yang musti dipahamkan terlebih dahulu oleh anak-anak.

Rezeki kita berasal dari Allah

Hal pertama yang saya pahamkan kepada anak adalah tentang rezeki kita. Bahwa rezeki tidak selalu tentang uang, rezeki bisa berupa kemudahan kita melakukan sesuatu, ataupun rezeki yang melalui tangan orang lain.

Untuk melatihkan hal ini bukan berarti kita langsung memahamkan bahwa rezeki kita berasal dari Allah. Tapi kita harus melatih terlebih dahulu konsep diri pada anak. Siapa Tuhan si anak? Bukan hal yang singkat memahamkan hal ini kepada anak. Biasanya saya menggunakan kejadian alam ataupun buku sebagai medianya. Dengan harapan anak paham dan untuk memulai memahamkan anak pada rezeki pun tidak mengalami kendala.

Kebutuhan vs Keinginan

Hal ini tidak hanya dipahamkan kepada anak, diri kita sendiri pun harus mengaca diri bahwa kebutuhan dan keinginan adalah sesuatu yang berbeda. Yang harus ditekan ego kita agar kita tidak keblabasan dalam memuaskan keinginan diri sendiri. Karena terkadang, anak pun kurang bisa memilah antara kebutuhan dan keinginan, karena orangtua beranggapan bahwa semua keinginan anak merupakan kebutuhan anak juga.

Membuat Mini Budget

Untuk anak yang sudah mengenal dan mengerti jumlah nominal uang sudah bisa diajarkan kepada anak. Tetapi untuk anak saya yang belum mengenal nominal uang, hal ini menjadi tugas saya membuat mini budget untuknya. Berapa uang sakunya? Untuk apa saja dan dihabiskan apa saja? Dan tentunya hal ini masih berkaitan dengan kebutuhan vs keinginan.

Mengelola Pendapatan berdasarkan Ketentuan yang Diyakini Keluarga Kita

Hal ini belum saya latihkan dalam game level 8 kepada anak. Karena untuk memahamkan rezeki masih menjadi proses dan membuat mini budget masih dalam bimbingan saya, orangtuanya.



Karena bagaimanapun, kemuliaanlah yang kami cari. 

Rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang dicari

Sumber:
Materi ke-8 Bunda Sayang Institut Ibu Profesional batch 2

Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Memasuki pekan keempat kelas matrikulasi Insitut Ibu Profesional, kami mendapat kejutan dengan belajar lebih lanjut tentang mendidik dengan kekuatan fitrah. Setelah kita tahu misi hidup kita, terkait dengan ilmu yang harus kita pelajari ditahap awal, kemudian dijalankan. Sehingga tidak ada tsunami informasi dalam kehidupan, yang merupakan kekhawatiran kita akan keteringgalan ilmu yang semakin baru. Padahal tidak ada satupun ilmu yang membekas menjadi jejak sejarah hidup kita.

Menentukan KM 0 Perjalanan Kita

Menentukan ilmu apa yang harus dipelajari bukanlah hal yang mudah. Terlebih dahulu kita harus mengetahui apa passion kita dan potensi kita, baru kita memulai memprioritaskan ilmu yang akan kita pelajari, sehingga kita menjadi maestro ilmu di bidangnya.

Ilmu yang akan kita pelajari ke depan, kemudian kita buat milestonenya. Bidang ilmu mana yang akan kita mulai di KM 0. Dengan catatan kita harus fokus dan konsisten.

Kita pun bisa melakukan akselerasi ilmu, dengan memperbanyak jam terbang kita. Bisa dengan menambah jam terbang ataupun dengan membeli jam terbang. Membeli jam terbang, di sini dengan mendatangi ahli atau seorang mentor.

Pendidikan Berbasis Fitrah

Mendidik anak bukan hanya menemaninya secara fisik. Tetapi juga untuk bersyukur, menerima, dan bersabar atas segala proses kita bersama dan dengan anak.

Pendidikan bukan hanya tentang mendidik, tapi juga membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak. Sejatinya setiap orangtua sudah memiliki kemampuan alami dan syar'i dalam mendidik anak, karena Allah sudah menanamkan kepercayaan di tiap orangtua untuk menjaga amanah dariNYA.

Tugas mendidik bukanlah menjejali (outside in), tetapi inside out, yaitu menemani anak menggali dan menemukan fitrah-fitrah baiknya, sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika usianya mencapai usia aqil baligh.

Fitrah anak terlihat dengan sendirinya, namun perlu juga interaksi antara anak dengan orangtua, alam, dan kehidupan sesuai dengan tahapannya agar tumbu menjadi semakin baik. Fitrah ini tumbuh beriringan, sepanjang fitrahnya tidak ada intervensi ataupun tidak ada yang mencederai.

Fokus, Konsisten, dan Lakukan

Melakukan dari KM 0 harus dilandasi dengan fokus pada ilmu yang dipelajari, agar kita tidak dilanda tsunami informasi yang sering menjadi kegalauan dalam kehidupan kita.

Konsistenlah dalam mempelajari ilmu yang sudah kita prioritaskan. Jangan mudah tergoda dengan ilmu yang sebenarnya 'menarik, tapi kita tidak tertarik', karena akan membuang-buang waktu kita dan tidak ada ilmu yang terserap sempurna di dalam diri kita.

Kemudian, praktekkan setiap ilmu yang sudah kita terima.

Sumber:
Materi Sesi 4 MIIP batch #5
Review NHW sesi 4 MIIP batch #5
Matrikulasi HEBaT
Diskusi Sesi 4 Kelas MIIP batch #5 SJS

Membangun Peradaban dari dalam Rumah

Pekan ketiga dari matrikulasi IIP merupakan pekan paling romantis. Karena pada pekan ini, peserta mulai mrmbangkitkan rasa cintanya lagi kepada pasangan melalui goresan pena yang tertuang dalan surat cinta kepada pasangan. Bukan isi surat yang dikritisi, tapi respon pasangan saat mendapatkan surat cinta yang membuat hati meleleh. Memang tidak semua suami bertipe romantis dengan banyak mengeluarkan kata-kata, tapi mereka mengungkapkan cintanya dengan cara mereka sendiri.

Memang bukan perkara mudah untuk membangun peradaban dari dalam rumah, karena butuh 1 wanita untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang beradab. Dan hal tersebut dimulai dari diri sendiri.

Tidak Menyimpan Luka Masa Lalu

Meskipun kita sering mengikuti seminar parenting, membaca buku parenting tidak akan cukup dalam mendidik anak sebelum kita selesai dengan masa lalu kita. Memang tidak semua orang memiliki masa lalu yang menyenangkan. Banyak dari kita yang mempunyai masa lalu kelam, yang membuat kita trauma dan terbawa saat mendidik anak.

Inner child yang negatif, merupakan hantu yang terus menerus menghantui setiap orangtua yang belum selesai dengan masa lalunya. Bukan perkara mudah dalam menghapusnya, butuh waktu dan kekuatan tekad saat kita melakukan self healing.


Menumbuhkan Benih Cinta kepada Pasangan

Membuat surat cinta, menjadi salah satu NHW yang paling berkesan di kelas matrikulasi IIP kali ini. Tidak hanya sekedar membuat, peserta pun harus melihat respon pasangan. Responnya pun bermacam-macam, ada yang mendapat balasan surat, ada yang dengan kata-kata, dan ada yang dengan perbuatan. Apapun respon suami, membuat jatuh cinta lagi menjadi istimewa walau hanya dengan surat cinta.

Mengenali Potensi Diri

Mengenali diri sendiri, mencari apa kelebihan dan kekurangan diri, hingga menjawab apa misi hidup kita bukanlah PR yang mudah bagi kita.

Mengenali Potensi Anak

Setiap anak dilahirkan dengan potensinya masing-masing. Tugas orangtua hanya menemani, mengamati setiap tumbuh kembangnya. Hingga mendidiknya agar menjadi maestro di bidangnya.

Sumber:
Diskusi peserta MIIP #5 SJS di pekan ketiga

Latihan Kemandirian - Toilet Training

Perjuangan untuk bebas dari ompol anak dan bebas diapers bukanlah hasil yang instan. Ada proses yang harus dilewati anak dan ibu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Setahun yang lalu, saya masih berkutat dengan bagaimana si anak bisa lepas diapers dan mau bilang "pipis", sehingga saya tidak perlu repot-repot membersihkan najis tempat anak saya mengompol.

Bukan perjalanan yang singkat

Singkatnya, saat anak berumur 18 bulan, saya sounding untuk mau bilang "pipis". Tapi apa daya karena kosakatanya belum banyak saya harus bersabar dengan mentaturnya. Sebelum mentatur, anak tidak saya pakaikan diapers/popok kain, saya biarkan dia mengompol, sambil saya amati jam-jam dia buang air kecil.

Seminggu berlalu, saya mulai mentatur di jam-jam biasa dia buang air kecil. Seminggu berselang, dia pun mau bilang kalau ingin buang air kecil.

Tak hanya untuk buang air kecil, untuk buang air besar anak sudah mempunyi tanda sendiri saat anak ingin melakukan hajat. Dengan segera saya mengajaknya ke kamar mandi untuk menunaikan hajat si anak.

Mengenalkan dengan kamar mandi

Toilet training bukan hanya tentang anak sudah mau/mampu bilang ," pipis ataupun eek". Toilet training merupakan suatu proses, termasuk dalam mengenalkan kamar mandi kepada anak.

Bukan perkara yang mudah dalam mengenalkan kamar mandi atau toilet kepada anak. Terutama saat anak melakukan buang air besar. Kloset yang nyaman menjadi saksi kunci anak bisa dengan mudah dan tanpa rasa takut membuang hajatnya di kamar mandi.

Untuk yang mempunyai kloset duduk memang mudah, tinggal beli toilet training set anak dengan nyaman bisa duduk dan buang air besar tanpa rasa takut.

Bagaimana dengan kloset jongkok? Awal mula saya membelikan sebuah tempat untuk anak melalukan buang air besar. Tapi apa daya ternyata anak tidak nyaman menggunakannya. Lanjut dengan perlahan, saya mengenalkannya pada kloset jongkok. Baru sekarang berumur 2,5 tahun, anak sudah mau menggunakan kloset jongkok. Meski saat membuang hajat harus saya temani sampai tuntas.

Melatih Kemandirian
Toilet training, bukan hanya perkara anak mau dan sadar ingin melakukan buang air kecil ataupun buang air besar. Tapi anak juga mampu membuka dan memakai celananya sendiri, serta bersuci dengan air bersih nan mensucikan. Sehingga butuh proses dan tidak dilakukan dengan hasil instan.



#KelasMenulisCeritaAnak
#KelasMCA

Menjadi Ibu Kebangaan Keluarga

Materi pekan kedua di kelas matrikulasi adalah bagaimana kita menjadi ibu profesional, ibu kebanggaan keluarga.

Di sesi ini, peserta matrikulasi kelas SJS (Semarang, Jepara, Salatiga) mulai ramai. Dari mengalirkan rasanya ketika membuat checklist profesiolisme. Terlebih harus menerapkan jurus komunikasi produktif ke pasangan dan anak. Banyak yang sudah berbagi bagaimana caranya membuat list indikator. Bahkan sudah banyak yang menerapkannya di kehidupan sehari-harinya.

Komitmen dan Konsisten
Menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menyusun checklist dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hingga nanti setelah 21 hari sudah konsisten terhadap satu perilaku tertentu akan menjadi habit.

Shallow Work
Aktivitas yang sering menghabiskan waktu kita dengan sia-sia. Terkadang kita tak sadar aktivitas itu hanya membuang energi tanpa ada hasil. Menjadikan aktivitas yang paling sering kita lakukan tiap hari dan justru mengurangi kebersamaan kita bersama keluarga.

Ibu Bekerja
Sejatinya semua ibu berkerja. Hanya saja ada yang memilih bekerja di ranah publik dan bekerja di ranah domestik. Apapun pilihan yang kita pilih, jadikan semuanya sebagai amal. Kerjakan semaksimal mungkin.

Be professional, rezeki will follow


Mengisi dengan Ilmu
Menjadi ibu kebanggaan keluarga yang senantiasa mencari ilmu. Memilah ilmu sesuai dengan kebutuhan dan prioritas ilmu yang kita pilih.

Menarik, tapi tidak tertarik

Tidak semua ilmu dapat kita terima. Memilahnya dan menjadikan kita expert di bidangnya.

Komunikasi dengan Pasangan

Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup manusia. Bukan hanya tentang menyampaikan pesan kepada orang lain, tapi juga untuk menyampaikan perasaan dan informasi. Terlebih jika sudah mempunyai pasangan halal. Komunikasi menjadi kunci agar pernikahan menjadi lebih langgeng dan terwujud keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah.

Wanita dengan kebutuhan menghabiskan 20.000 kata dalam sehari mungkin akan kecewa jika pasangan tidak 'enak' diajak ngobrol, atau malah menghindar saat sedang berdua. Karena komunikasi pun merupakan kebutuhan emosional seseorang, tanpa adanya komunikasi maka segalanya menjadi hampa.

Bagaimanapun, kita dan pasangan mempunyai cara pandang yang berbeda, keyakinan yang berbeda, dan pola asuh berbeda yang mungkin akan membuat kita dan pasangan mengalami kendala berkomunikasi. Dan komunikasi ini akan menjadi bermasalah saat kita memaksakan pendapat kepada pasangan, begitu pun sebaliknya.

Berikut prinsip komunikasi dengan orang dewasa:

1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Cara pandang antara kita dan pasangan mungkin berbeda, sehingga bisa membuat komunikasi pun bermasalah.Pahami pasangan dengan berkomunikasi dengan kalimat yang jelas (clear) jika terdapat hal yang harus diklarifikasi (clarify) berikan kesempatan untuknya. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang nyaman dan mudah dipahami bagi keduanya.

2. Choose the right time
Memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan merupakan hal yang penting. Perhatikan mood pasangan agar tercipta komunikasi produktif antara kita dan pasangan.

3. Kaidah 7-38-59
Albert Mehrabian mengatakan bahwa komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap berupa aspek verbal, 7% akan memberikan dampak pada hasil komunikasi. Selain itu komponen lain yang mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dna bahasa tubuh (59%).

4. Intensity of eye  contact
Kontak mata akan memberikan dampak pada hasil komunikasi. Kita tahu karena mata merupakan jendela hati. Dimana mata akan mencerminkan perasaan seseorang yang sedang berbicara dengan kita.

5. Kaidah : I'm responsible for my communication result
Hasil dari komunikasi merupakan tanggungjawab komunikator. Jadi, saat ada hal-hal yang kurang dipahami komunikan maka merupakan tanggungjawab dari komunikatot. Dengan kata lain, komunikator harus mencari jalan lain agar komunikan mengerti pesan yang sudah disampaikan.

Sumber:
Materi Bunda Sayang IIP-Komunikasi Produktif

Mengapa Anak Tidak Bisa Membaca?

Di usia menjelang anak akan menapaki tingkat pendidikan dasar, ada kegelisahan dari para orangtua yang akan memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Apalagi jika sekolah yang akan ditujunya mensyaratkan anak harus bisa calistung (baca, tulis, dan hitung). Kepayahan orangtua karena anak tidak diajarkan calistung saat duduk di TK/PAUD, membuat orangtua harus memberi tambahan pelajaran ataupun mendelegasikan tugas mengajari calistung ke anak melalui sebuah lembaga ataupun les privat.

Memang untuk membuat anak bisa membaca lebih mudah dibanding membuat anak suka membaca

Tapi kenyataannya tidak semua kemampuan anak untuk bisa membaca bisa disamaratakan. Saya mempunyai murid dengan beragam latarbelakang, dan hanya satu yang sama yaitu umur yang berdekatan. Tetapi, kemampuan membaca mereka pun berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, ada yang susah mengenali huruf.

Tapi di balik semua itu, setiap anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri

Lalu, bagaimana jika saat anak saya sudah menjalani pendidikan dasarnya tapi masih kesulitan untuk membaca?

Dalam istilah dikenal dengan nama disleksia, suatu spesifik disability yang berkaitan dengan neurologi. Dimana karakteristik anak yang terkena disleksia adalah kesulitan secara akurat dan atau mengenal kata secara lancar dan buruknya kemampuan pengucapan dan mengurai kode. Kesulitan di sini bermakna sulit dalam kemampuan kognitif dan memahami instruksi kelas. Sehingga ada konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu permasalahan bahasa akan menjadi sangat komprehensif dan orangtua harus mereduksi pengalaman baca yang dapat memperkaya kosakata dan ilmu pengetahuan anak.

Karakteristik secara umum:
1. Kesulitan dalam membaca kata-kata
2. Kesulitan mengkode kata yang tidak familiar
3. Kesulitan membaca lantang
4. Kesulitan dalam pengucapan

Sedangkan kesulitan membaca adalah:
1. Segmentasi, blending, memanipulasi suara dengan kata (fonem)
2. Kesulitan menamakan huruf-huruf dan mengasosiasikannya dalam suara
3. Menyimpan informasi tentang suara dan kata dalam memori (memori fonologi)
4. Menyebutkan berulang kali nama dari obyek, warna, atau huruf dari alfabet yang dikenali

Lihatkan perkembangan anakmu sesuai dengan tahap usianya. Jadikan masalah menjadi tantangan. 

Sumber:
Kuliah Whatsapp "Diskusi Emak Kekinian" dengan Judul "Anak dengan Disleksia" oleh Firnasyifa