Ada Apa Dibalik Korupsi?
Karya dalam Blog
Tulisan adalah bukti kita ada
Menulis itu belajar sepanjang masa
Berkarya untuk menggoreskan sejarah
- Baca buku
- Blogwalking
- Hindari mager
- Scroll tulisan yang pernah dibuat
Bukan di Zaman Kegelapan
Apa yang terjadi jika hak-hak wanita tak ada yang memperjuangkan? Pastinya seorang wanita akan sulit berkembang dan bahkan akan terkungkung dalam rumah. Hal ini tentunya akan membuat kita sebagai seorang wanita merasa tidak bebas dan sulit untuk mengekspresikan diri.
Saya bersyukur berada di zaman sekarang ini yang memberikan kesempatan seorang wanita untuk memperoleh hak yang sama dengan seorang pria. Jika dulu sebelum Rasulullah lahir, anak yang terlahir perempuan harus dibunuh, sekarang sudah tidak ada lagi. Inilah nikmat hidup menjadi seorang wanita yang dulunya dianggap tidak berguna.
Pun saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Dulu, wanita tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan dan hanya menjadi 'kanca wingking'. Berkah perjuangan RA Kartini untuk mengubah paradigma seorang wanita, saya merasa bersyukur bisa mengenyam pendidikan dan belajar hingga sekarang.
Merdeka Mendidik Anak
Pendidikan sejatinya menjadi lampu penerang untuk melenyapkan kebodohan. Tak hanya bisa didapatkan dengan duduk di bangku pendidikan formal saja, tetapi pendidikan sejatinya dimulai di dalam rumah.
Pendidikan anak pertama kali dimulai sejak dalam kandungan. Dilanjutkan dengan menuntun anak menemukan misi hidupnya. Tentunya hal ini bukanlah hal yang ringan, apalagi jika ibunya sendiri belum menemukan misi dalam hidupnya.
Jika beberapa orang menyebutkan bahwa mendidik anak itu mudah. Hal itu tidak bagi saya. Mendidik anak ibarat kata bercocok tanam. Jika tidak dirawat dengan baik, maka pertumbuhannya pun tidak maksimal.
Saya sendiri merasa beruntung sekarang ini. Banyak media dan platform yang membantu untuk belajar lagi bagaimana mendidik anak, hingga untuk bekal ilmu pengetahuan agar anak tidak kebingungan saat belajar. Misalnya, untuk mencari inspirasi ide main atau untuk mencari referensi eksperimen sederhana.
Merdeka Belajar
Sebagai seorang yang memiliki gaya belajar visual, saya sangat terbantu dengan beragam media online yang bisa diakses secara gratis. Bahkan, untuk bisa belajar dengan ahlinya tidak perlu mengeluarkan biaya. Hal ini tentunya sangat membantu saya yang bukanlah seorang working mom. Meski begitu, hal tersebut tidak saya sia-siakan atau saya jadikan momen untuk daftar tapi hanya sekedar daftar dan tidak dipelajari.
Untuk materi pembelajaran daring, saya lebih memilih apa yang sedang ingin saya kuasai ataupun yang sedang saya butuhkan saat ini. Terkadang memang bingung dalam memilihnya, tapi saya usahakan untuk tidak 'latah' dalam mempelajari suatu hal karena kemampuan otak saya pun terbatas.
Merdeka Mengembangkan Diri
Memang saya terlambat dalam mengenali diri sendiri. Meski begitu, hal ini bukan menjadi penghalang saya untuk tetap belajar dan terus berkembang.
Beragam platform digital mudah diakses, apalagi sudah banyak komunitas yang mendukung kita untuk tetap berkreasi. Seperti, grup support media sosial.
Adanya grup ini menjadikan saya lebih bersemangat dalam mempublikasikan ide ataupun karya saya. Selain itu, saya menjadi lebih banyak mendapatkan ilmu dengan berganung di grup tersebut.
Terlebih, blog yang sekarang menjadi platform yang menarik saya untuk tetap produktif menjadi magnet tersendiri bagi saya untuk terus menulis. Meski tulisan saya masih jauh di bawah para profesional, saya tetap memiliki target untuk mengembangkan kualitas postingan dari setiap yang saya tulis.
Begitu pula dengan media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter bisa menjadi penjalin silaturahim dengan banyak orang.
Kalau kamu, apa makna merdeka menurut definisimu ?
Gerakan Peduli Hipertensi untuk Indonesia Sehat
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang kini tak hanya diderita oleh orang lanjut usia saja. Bahkan kini, hipertensi sudah ditemukan kasusnya pada anak. Tak hanya membahayakan bagi diri sendiri, kasus hipertensi pada ibu hamil juga dapat berakibat fatal bagi janin yang dikandung.
Dampak dari hipertensi tak hanya merusak jantung saja, tetapi juga organ lain, seperti ginjal dan otak. Bahkan tekanan darah tinggi juga bisa menyerang seluruh organ tubuh yang memiliki alirah darah.
Kalau dilihat dari komplikasi yang ditimbulkan, pastinya sangat berbahaya untuk tubuh. Bahkan, hipertensi termasuk ke dalam penyakit mematikan di dunia. Hal ini tentunya harus dicegah agar penyakit yang termasuk dalam the silent killer ini tidak dapat menyerang diri kita.
Apakah hipertensi dan mengapa disebut the silent killer?
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah dalam tubuh lebih dari 140 mmHg (sistolik) dan lebih dari 90 mmHg (diastolik) pada saat istirahat.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya komplikasi dan yang paling sering terjadi, kasus hipertensi sering disandingkan dengan kasus diabetes melitus. Bahkan sekarang, penderita hipertensi juga banyak yang juga menderita covid-19.
Penyakit ini termasuk ke dalam global burden of disease. Hal ini karena seluruh negara di dunia memiliki kasus hipertensi. Dan yang perlu kita ketahui bahwa Indonesia termasuk dalam 5 besar jumlah penderita hipertensi di dunia.
Tingginya kasus hipertensi yang ada di dunia ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak memiliki gejala. dr Tunggul G. Situmorang, Sp-PD-KGH, Dipl./M.Med.Si selaku narasumber webinar "Fight Hypertension" yang juga President Indonesian Society of Hypertension (inaSH) menyebutkan bahwa penderita hipertensi yang sudah merasakan gejala biasanya termasuk hipertensi akut dan sudah parah.
Hal inilah yang kemudian menjadi sebab mengapa hipertensi disebut sebagai "the sillent killer". Akibat terlambatnya deteksi dini hipertensi membuat terlambatnya penanganan hipertensi. Sehingga banyak kasus hipertensi yang sudah parah dan sulit ditangani, sehingga membuat penderitanya meninggal dunia
Gejala hipertensi yang biasa dialami penderitanya adalah:
1. Sakit kepala
2. Sakit dada
3. Berdebar-debar
4. Letih
5. Penglihatan kabur
6. Tengkuk sakit
7. Sesak nafas
8. Kepala berputar
Kondisi tersebut dipicu karena beragam penyebab. Adapun faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi adalah:
1. Konsumsi garam
Konsumsi garam yang berlebihan ternyata bisa memicu hipertensi. Disarankan untuk tidak mengonsumsi garam lebih dari 2.300 mg dalam sehari.
Nah, ternyata konsumsi garam ini sering tidak kita sadari. Misalnya, saja kita mengonsumsi mie instan. Dari beberapa mie instan yang saya lihat, ternyata kandungan garam (natrium) yang terkandung melebihi setengah dari jumlah AKG (Angka Kecukupan Gizi). Kalau dalam sekali makan kita sudah menghabiskan 2 bungkus mie, tentunya kita harus memikirkan dampak yang akan terjadi bukan?
2. Usia
Dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 menunjukkan bahwa semakin tinggi usia seseorang ternyata makin besar probabilitas untuk menderita hipertensi. Selain itu, tren hipertensi berubah saat memasuki usia lanjut. Jika pada usia produktif lebih banyak diderita oleh kaum pria, ternyata setelah memasuki menopause, hipertensi banyak diderita oleh kaum wanita.
3. Obesitas
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang untuk terkena hipertensi. Jadi, ada baiknya untuk segera menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) ya? Caranya, cukup dengan mengkuadratkan tinggi badan dalam meter dan dibagi dengan berat badan dalam kilogram. Jika hasilnya lebih dari 30, maka termasuk golongan obesitas dan perlu waspada.
4. Genetik
Jika memiliki orangtua yang juga menderita hipertensi, ada baiknya untuk selalu waspada dan sering melakukan pemeriksaan kesehatan.
5. Stres
Jika tubuh dalam kondisi stres akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Jadi, ada baiknya untuk mengelola stres ya?
Selain kelima faktor risiko di atas, ternyata ada faktor penyulit lain yang meningkatkan risiko hipertensi, yaitu:
1. Merokok dan minum minuman beralkohol
2. Malas gerak
3. Malnutrisi, baik kurang nutrisi maupun kelebihan nutrisi.
Bagaimana cara mendeteksi hipertensi?
Hipertensi termasuk penyakit yang pemeriksaan termasuk yang paling murah dan cepat. Bahkan beberapa organisasi banyak yang sering mengadakan tensi gratis. Kalaupun tidak menemukan yang gratis, setidaknya untuk melakukan tensi tidak perlu membayar lebih dari 5 ribu rupiah.
Hanya saja untuk melakukan pemeriksaan darah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Penggunaan alat
Untuk mengukur tekanan darah digunakan tensimeter. Hanya saja, untuk sekarang ini penggunaan tensimeter raksa tidak direkomendasikan karena hasilnya yang kurang akurat dan bisa mencemari lingkungan.
Untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah direkomendasikan untuk menggunakan tensimeter digital. Dan sekarang ini, sudah banyak macam tensimeter digital yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatan.
Saat kehamilan kemarin pun saya cukup takjub dengan tensimeter yang digunakan. Hanya dengan memasukkan lengan dan hasilnya akan langsung terbaca beberapa saat kemudian. Hal ini tentunya juga sangat membantu petugas kesehatan, karena akan meminimalisir kesalahan, terutama saat pasien yang dilayani cukup banyak.
2. Sebelum melakukan pemeriksaan
Ada baiknya sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah untuk tidak mengonsumsi obat jenis apapun. Selain itu, hindari merokok dan meminum minuman beralkohol. Hal ini dikarenakan tekanan darah yang diperiksa akan cenderung tinggi, sehingga tidak akurat untuk didiagnosa sebagai penyakit hipertensi.
Selain itu, ada baiknya sebelum melakukan pemeriksaan tidak dalam kondisi yang lelah dan sudah tidur cukup pada malam harinya.
3. Saat melakukan pemeriksaan
Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Tidak menahan buang air kecil/buang air besar
- Duduk dengan kondisi rileks dan tidak tegang
- Tidak mengenakan pakaian yang ketat
- Tidak diajak ngobrol atau tidak berbicara
- Ruangan yang digunakan dalam kondisi yang tenang.
Bagaimana cara mencegah hipertensi?
1. Melakukan aktivitas fisik
2. Diet seimbang
3. Penggunaan obat-obatan
Lifepack, Solusi untuk Minum Obat dengan Mudah
1. Layanan apotek digital
2. Fitur pengingat untuk konsultasi dokter
3. Kotak obat sekali pakai
Upaya Pelestarian Hutan Melalui Adopsi Hutan
Di saat musim kemarau biasanya kita akan disuguhkan dengan berita kebakaran hutan yang menimbulkan bencana polusi udara hingga ke negara tetangga. Selain dapat menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan populasi flora dan fauna yang ada. Tentunya, hal ini perlu ditangani secara bersama-sama agar keanekaragaman hayati yang ada di hutan tetap lestari.
Saya pun merasa miris terhadap kebakaran hutan yang setiap tahunnya melanda hutan-hutan di Indonesia. Parahnya, kondisi ini juga dirasakan oleh penghuni hutan tersebut.
Ditayangkan di channel YouTube Panji Petualang, Panji yang merupakan seorang pecinta reptil pernah melakukan vlogging di sebuah hutan yang tidak disebutkan nama daerahnya. Di hutan tersebut ternyata ada sumber api yang membakar pepohonan dan daun-daun kering yang ada di tanah.
Mirisnya, meskipun secara langsung yang terdampak ada flora tersebut, ternyata fauna yang ada di hutan tersebut pun terkena dampaknya. Dalam vlog tersebut ada ular yang dehidrasi karena kondisi yang teramat panas, ditambah di hutan tersebut sumber air sangat jarang dengan kondisi daerah yang sudah mengalami kekeringan.
Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi kita untuk bisa melestarikan flora dan fauna yang ada di hutan. Adopsi hutan menjadi salah satu cara kita untuk bergotong royong mengembalikan fungsi hutan sebagaimana mestinya.
Hutan, Aset Kehidupan
Di tahun 2019 menjadi tahun yang kelam bagi hutan Indonesia. Adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hampir melanda di seluruh hutan di Indonesia. Dilansir dari liputan6.com, hutan yang terbakar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857 hektar.
Kejadian ini tentunya menjadi pembelajaran bagi kita. Apalagi hutan memiliki banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Penyebab karhutla sendiri diduga karena cuaca yang sangat panas. Selain itu, ulah manusia yang sengaja membakar hutan juga menjadi pemicunya.
Proses deforestasi banyak terjadi, karena lahan yang semakin sempit. Tak hanya untuk membuka pemukiman masyarakat, sebagian besar malah dipakai untuk perluasan perkebunan. Ah, andai mereka tahu dampak yang terjadi.
Tak hanya untuk menyimpan cadangan air dan membuat bumi hijau saja, keberadaan hutan diperlukan. Lebih jauh dari itu, dalam hutan tersimpan beragam flora dan fauna yang sangat kaya.
Karena adanya deforestasi inilah, populasinya menjadi semakin menurun. Tak hanya karena diburu, beberapa mati karena tidak mampu hidup karena peristiwa karhutla ini. Beberapa spesies bahkan terancam punah. Miris memang, tapi inilah yang terjadi. Jika kita tidak menjaga hutan sejak sekarang ini, spesies tersebut tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya anak cucu kita hanya bisa memandanginya melalui gambar.
Adopsi Hutan, Cara untuk Menjaga Kelestariannya
Manusia hidup di muka bumi merupakan seorang khalifah. Tak hanya untuk memimpin diri sendiri saja, tetapi juga harus menjaga kelestarian alamnya.
Memang banyak cara yang bisa kita lakukan. Salah satu caranya adalah dengan menjaga hutan agar tetap hijau. Selain bisa membuat bumi tetap hijau dan terhindar dari pemanasan global, menjaga hutan juga sama artinya dengan menjaga berbagai flora dan fauna yang hidup di dalamnya.
Meski kita tidak bertempat tinggal di sekitar ataupun dekat dengan hutan, kita pun bisa ikut menjaga kelestariannya dengan cara adopsi hutan.
Adopsi hutan merupakan suatu bentuk gotong royong untuk menjaga hutan beserta seluruh keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Hutan tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah maupun masyarakat yang berada di sekitar hutan. Tetapi, kita juga memiliki peran yang penting dalam menjaga kelestariannya.
Beragam cara bisa kita lakukan untuk bergotong-royong melestarikan hutan. Terlebih pada tanggal 7 Agustus kemarin merupakan Hari Hutan Indonesia, dimana kita sebagai warga negara Indonesia perlu bergotong-royong dalam menjaga hutan dan isinya.
Dengan bersama-sama melakukan adopsi hutan, maka kita semua telah bergotong-royong dalam upaya pelestarian hutan. Bukan hanya kita saja yang akan memperoleh manfaatnya, tetapi kita juga turut berupaya dalam menjaga populasi flora dan fauna yang ada di dalam hutan.
'Tilik' dan Budaya Jawa
Bu Tedjo dalam film indie 'Tilik' kini menjadi perbincangan yang hangat di kalangan para pengguna media sosial. Menjadi trending di beberapa media sosial, tokoh Bu Tedjo menjadi ikonik bagi para emak-emak yang natural dan banyak ditemui di sekitar kita.
Alur cerita dalam film ini disuguhkan secara mengalir dengan jalan cerita yang mirip dengan aktivitas ibu-ibu sehari-hari. Tak hanya jalan ceritanya saja yang menarik, pemeran tokoh pada film ini juga benar-benar seperti nyata di kehidupan sebenarnya.
Berkisah tentang perjalanan untuk mengunjungi Bu Lurah yang tengah terbaring sakit di Rumah Sakit ini memiliki cerita yang unik. Para ibu yang berbondong-bondong mengunjungi rumah sakit ini mulai kasak-kusuk dalam perjalanannya. Meski hanya menaiki truk bak terbuka, suasana khas ibu-ibu kalau kumpul pun sangat terasa.
Hingga kemudian, Bu Tedjo memulai pembicaraannya untuk mengghibah salah satu warga desanya. Ternyata, jika hal tersebut juga ditimpali oleh ibu yang lain dan menjadi semakin panas karena beberapa ditunjukkan buktinya oleh Bu Tedjo.
Mengenai Kebiasaan Ibu-Ibu
Dalam film ini ternyata hampir sama kenyataannya dengan kondisi ibu-ibu yang sedang berkumpul bersama. Ketika sudah ada yang mengompori, ternyata banyak tanggapan beragam yang ditunjukkan. Dan ternyata hal ini juga terjadi di film 'Tilik' ini.
Meski dalam film ini hanya disajikan kurang lebih 30 menit saja, ternyata isi dalam film mencerminkan sikap sehari-hari kita. Apalagi yang namanya ibu-ibu kumpul pasti ada bumbu-bumbu yang membuat obrolan semakin panjang kali lebar.
Tak hanya urusan untuk ghibah saja yang menarik dalam film ini. Adanya solidaritas antar ibu pun cukup menarik untuk dijadikan pembelajaran. Apalagi jika ada yang sedang kesusahan, maka para ibu yang lain akan siap membantu.
Yang paling menarik dari film ini adalah saat truk yang dikendarai terkena tilang karena melanggar aturan lalu lintas. Bukan ibu-ibu jika tak ada cara yang unik untuk bisa lolos dari tilang. Nah, bisa dilihat ya filmnya? Pasti bikin ngakak.
Tentang Tilik
Tilik atau menjenguk dalam Bahasa Jawa menjadi salah satu budaya masyarakat yang masih melekat hingga sekarang. Meski beberapa orang kini lebih banyak yang menjenguk secara pribadi, budaya 'tilik' bersama-sama ini juga masih terjaga di beberapa daerah.
Salah satu hal yang menarik dalam budaya ini adalah mengenai persiapan pemberangkatan. Jika banyak yang bingung karena untuk meng-handle banyak orang sudah, budaya 'tilik' bisa dijadikan panutan.
Dalam budaya ini akan langsung terealisasi dengan cepat, karena metode 'getok tular' masih populer. Sehingga, meski direncanakan di pagi hari, maka bukan tak mungkin siangnya sudah bisa terlaksana.
Budaya ' tilik' juga menandakan masyarakat masih memiliki empati terhadap sesama. Meski kondisi kekurangan, jika ada warganya yang sakit, maka bisa langsung dijenguk tanpa harus memikirkan kondisi yang lain.
Nah, apakah budaya ini masih ada di daerahmu?