Sekilas tentang Metode Montessori (1)

Bagi sebagian ibu-ibu yang menerapkan home education pada anaknya menggunakan metode montessori untuk menstimulasi perkembangan anaknya berdasarkan rentang usia anak.

Montessori membagi usia menjadi 4 bagian, yaitu:
1. 0-6 tahun
2. 6-12 tahun
3. 12-18 tahun
4. 18-24 tahun

Usia 6 tahun pertama merupakan pondasi pokok anak yang akan berpengaruh pada tahapan perkembangannya kelak.

Pada 6 tahun pertama kehidupan manusia adalah masa dimana anak mencerna dan mendapatkan pengetahuan dari lingkungannya, atau sering disebut dengan absorbent mind. Di masa ini, terutama saat 3 tahun pertama, otak anak layaknya spons yang mudah menyerap apa yang ada di lingkungan dengan interaksi anak. Masa 3 tahun pertama anak ini dinamakan masa unconscious mind. Untuk itu, mengapa di masa ini pendidikan anak harus seoptimal mungkin? Ya, karena masa ini tak akan terulang kembali. 

Anak bukan Kertas Kosong

Sebagai makhluk ciptaanNya, anak sudah terinstal fitrahnya, bukan lagi kertas kosong yang bisa kita tulis apa yang kita mau. Tapi, kita menumbuhkan fitrah tersebut agar bertambah semakin kuat.

Sehingga, ikuti kegiatan anak. Terlibat dalam setiap aktivitas anak. Dengan catatan, memenuhi kebutuhan anak dengan mengamati kegiatan anak yang membuat anak menjadi berbinar.

Kebebasan Berbatas

Membebaskan anak bermain dan belajar bukan berarti membiarkannya tanpa adanya aturan. Kebebasan berbatas di sini dimaksudkan dengan anak diberi kebebasan dalam memilih material dan durasi yang akan dieksplorasi serta kebebasan untuk berdiskusi dan bekerja bersama. Sehingga dengan adanya kebebasan yang berbatas dengan aturan yang jelas akan menjadi pelindung kebebasan anak dari kekacauan.


Sumber:
Jatuh Hati pada Montessori, Vidya Dwina Paramita

Sejarah Perkembangan Montessori

Ibu-ibu,
Siapa yang tak mengenal metode montessori?

Montessori yang hingga sekarang berkembang pesat di dunia, diyakini berdampak positif bagi perkembangan anak. Dengan ciri aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak, metode ini menekankan pada penyesuaian lingkungan belajar anak dengan tahapan perkembangan anak.

Metode montessori dikembangan oleh Dr. Maria Montessori, seorang dokter yang berasal dari Italia. Bermula dari penelitian perkembangan anak yang melibatkan para anak yang mengalami keterbelakangan mental, ternyata metode yang dilakukannya cocok juga diterapkan kepada anak-anak normal. 

Hingga dibukalah casa dei bambini yang menjadi cikal bakal lahirnya metode montessori yang kemudian berkembang dan menyebar di seluruh dunia.

Membaca buku sejarah memang terkadang menjemukan, tetapi dari kita membaca buku-buku sejarah akan menjadikan motivasi dan memberikan inspirasi agar kita selalu berkarya. 

Dengan membaca buku sejarah montessori kita menjadi sadar bahwa,

Apapun profesi kita, memberikan pendidikan anak memerlukan metode khusus yang efektif




Menemukan Maestro Ilmu Pendukung



Saat kita ingin mendalami bakat yang ada di dalam diri kita, maka banyak cara yang harus kita tempuh. Salah satunya adalah dengan mencari guru yang sesuai dengan bakat kita. Dengan harapan saat kita mempunyai guru, potensi yang ada dalam diri kita menjadi semakin terasah.

Sebelum mencari guru, tentu kita harus membatasi ilmu-ilmu yang akan mendukung bakat yang kita miliki. Meski semua ilmu itu menarik, tapi tetap harus disesuaikan dengan kemampuan diri kita. Sehingga, saat ada ilmu lain yang tidak mendukung bakat kita. Kita bisa mengatakan

Menarik, tapi tidak tertarik

Ketika saya diminta untuk menuliskan ilmu-ilmu yang akan mendukung aktivitas menulis saya, saya juga berkaca akan kemampuan diri saya. Di samping saya juga harus membaginya dengan aktivitas sehari-hari lainnya.

Maka, untuk mendukung aktivitas menulis saya, terutama di penulisan nonfiksi. Ada beberapa ilmu yang harus saya pelajari:

1. Ilmu Menulis yang Benar dan Baku sesuai Kaidah (PUEBI)

Meski menjadi dasar dari semua materi kepenulisan. Menurutku ilmu ini paling susah jika tak diterapkan setiap hari. Jadi meski sudah mendapat ataupun membaca ebook PUEBI, ilmu ini harus diaplikasikan saat menulis.

2. Ilmu tentang kepenulisan nonfiksi

Saya memilih materi nonfiksi, karena nonfiksi adalah yang gue banget. Meski lebih suka membaca cerita-cerita fiksi. Tapu entah bagaimana saya lebih mudah saat menulis tulisan berjenis nonfiksi.

Karena materi nonfiksi banyak, sayapun harus mempelajarinya satu per satu. Mulai dari struktur penulisan hingga bagaimana cara membuat tulisan nonfiksi senikmat saat pembaca membaca tulisan fiksi.

3. Ilmu seputar blogging

Selama ini, saya menulis dengan media blog sebagai curahan hati saya. Maka, saat ada materi tentang blogging saya akan menerimanya. Meski sekarang saya baru belajar dasar-dasar blogging. Semoga ke depan bisa menambah lagi ilmu blogging yang lainnya.

Setelah saya mengetahui dan menuliskan apa saja ilmu yang saya butuhkan. Saya juga harus mencari guru untuk membantu saya menjembatani ilmu-ilmu tersebut. Karena saya kesulitan untuk mencari guru, saya memilih mencari guru melalui beberapa komunitas menulis.

1. Komunitas One Day One Post

Komunitas pertama dimana saya belajar menjadi seorang penulis. Meski awalnya sempat menyerah, tapi balik lagi ke niat awal untuk mencari ilmu dengan berbagai penulis keren yang tergabung di komunitas ini.

2. #OdopFor99Days

Salah satu program menulis di Ibu Profesional ini menjadi guru menulis saya yang kedua. Meski tidak terlalu di grup whatsapp, tapi banyak ilmu yang saya peroleh dari member di sini untuk tetap produktif menulis di sela-sela kesibukan sebagai ibu pekerja, baik di ranah publik maupun di ranah domestik.

3. Rumbel Menulis Ibu Profesional Jepara

Salah satu rumbel yang saya pilih saat bergabung di komunitas ibu profesional Jepara. Meski belum diluncurkan di tahun ini, dari sini akan menjadi sharing kepenulisan di antara member ibu profesional Jepara.

#RuangBerkaryaIbu
#ProyekDua
#TugasMateriKeenam
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu

Kampung Es Podomoro, Kuliner Murah di Jepara

Menikmati kesegaran es teler di siang hari yang terik menjadi surga bagi sebagian orang penyuka es. Ketika dahaga sudah tak tertahankan, maka minum es menjadi kenikmatan tersendiri yang tak terkira.

Sore kemarin rencana kami mau berkunjung ke dokter gigi untuk kontrol kesehatan gigi. Ternyata, sampai di tempat praktik dokter pendaftaran sudah ditutup karena kuota di hari tersebut sudah habis. Dengan langkah gontai kami meninggalkan tempat praktik dokter untuk jalan-jalan keliling pasar.

Karena masih terlalu sore dan matahari masih menyengat kulit, kami pun kehausan. Dan kami memilih Kampung Es Podomoro untuk melepaskan dahaga kami.

Kampung es Podomoro, terletak di desa Tiga Juru kecamatan Mayong kabupaten Jepara. Akses menuju tempat ini lumayan mudah. Dari perempatan Mayong jalan menuju japur alternatif ke desa Kalipucang, tepat di seberang masjid Tiga Juru akan kita jumpai papan penunjuk Kampung Es Podomoro.


Menuju lokasi, kita disambut dengan payung warna-warni


Meski namanya kampung es, tetapi yang dijual di sini tak hanya es. Ada bakso, mie ayam, dan beberapa camilan seperti sosis bakar. Dan sekarang menu yang ditawarkan pun semakin beragam, ada es krim toping, nugget pisang, dan nugget (sayang, karena saya tak tahu adanya menu baru, jadi belum mencoba satupun menu barunya).

Harga yang ditawarkan pun sangatlah ramah dikantong, untuk satu porsi es teler juara dihargai Rp 6.000,00.


Es teler yang sudah dinikmati


Dengan ukuran yang lumayan, satu porsi bisa dinikmati untuk dua orang (saking hematnya). Tak hanya es teler saja yang harganya ramah kantong, es campur dan berbagai aneka jus bisa dibeli hanya dengan membayar Rp 5.000,00 saja.


Sosis bakar, 4 tusuk hanya 5 ribuan


Untuk camilan seperti sosis pun hanya seharga Rp 5.000,00 dan mie ayam/mie bakso bisa kita dinikmati dengan menukarnya dengan uang Rp 5.000,00. Karena belum tahu adanya menu baru, saya perkirakan camilan lain seharga Rp 5.000,00.


Mie ayam, yang terkadang mangkoknya pakai batok kelapa


Tempat yang disediakan pun beraneka. Ada lesehan, ada yang hanya 2/3 kursi ataupun yang ingin duduk ramai-ramai pun ada. Karena tempat ini ramai dengan anak muda, terutama anak sekolahan. Di jam-jam pulang sekolah ataupun hari libur, untuk bisa menikmati kuliner di sini, kita harus siap-siap menahan dahaga dan menahan ludah karena harus antri menunggu pesanan.


Tempat duduk 


Hanya saja, tidak adanya toilet di sini membuat kita untuk tidak bisa berlama-lama di tempat ini, selain harus bergantian tempat dengan pengunjung yang lain.

Untuk yang suka foto-foto, tempat ini juga cocok bagi mereka yang doyan selfie ataupun wefie.


Bangku dari ban bekas

Secara keseluruhan, tempat ini rekomen bagi segala kalangan dan umur. Selain harga yang ditawarkan hemat di kantong, rasa yang ditawarkan pun bisa menggoyang lidah.

Dokter di Novel Birunya Skandal



Susan susan susan
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter

Kalau kalau benar
Jadi dokter kamu mau apa
Mau suntik orang lewat
Jus jus jus

(Cita-Citaku, Susan dan Ria Enes)

Jika kita bertanya kepada anak-anak yang masih berumur 5 tahunan tentang cita-citanya, sebagian akan menjawab ingin menjadi dokter. Baik anak zaman dahulu maupun zaman sekarang, menjadi dokter merupakan cita-cita terbesar anak. Meski dengan berjalannya waktu, cita-cita tersebut akhirnya kandas juga.

Karena profesi dokter begitu populernya di mata anak-anak. Sejak dini pun kita harus mengenalkan profesi lainnya. Bisa dengan cara tour de talent, membacakan buku tentang profesi, ataupun mengenalkan alat-alat yang dipakai melalui mainan edukatif.

Kembali lagi ke profesi dokter,

Bahwa kita tahu, profesi dokter ini sangat mentereng di mata masyarakat. Bahkan sebagian orang tua memiliki ambisi untuk menyekolahkan anaknya di bagian medis ini. 

Dokter, yang menurut orang-orang bisa menyembukan orang sakit dengan segala kepintarannya. Sekarang bahkan ada anggapan masyarakat tentang kecocokan jika berobat di dokter ini akan sembuh. Jika berobat di dokter yang lain susah sembuhnya. Anggapan ini mungkin hanya sugesti dari masyarakat, tanpa melihat kuasaNYA. Jangan sampai hanya karena anggapan ini, kita menjadi orang yang menyekutukanNya.

Tindakan media yang kemungkinan menyebabkan pasien kehilangan nyawanya, cacat, ataupun tidak sembuh paling banyak yang dikeluhkan masyarakat. Tindakan yang berisiko tinggi memerlukan persetujuan tertulis yang disepakati oleh kedua belah pibak. Boleh keluarga pasien menuntut ganti rugi, jika tindakan menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang dialami pasien. Tentu saja dengan membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian dalam tindakan yang dilakukan dokter.

Dalam masyarakat, dokter pun sama halnya dengan profesi lainnya. Memiliki keluarga, terlebih bagi dokter perempuan yang memiliki anak. Mungkin ada kebimbangan dalam hati, dengan profesional dilakukannya tugas sebagai istri dan ibu di rumah, di bagian lain dengan sepenuh hati harus tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasiennya.

Bagaimanapun, dengan adanya profesi dokter ini dapat membantu kita dalam mengatasi masalah kesehatan yang menimpa diri dan keluarga kita.

Diilhami dari novel Mira W yang berjudul Birunya Skandal

Resensi Buku : The Perfect Husband



Judul Buku                : The Perfect Husband
Penulis                       : Indah Riyana
Tahun Terbit, Cetakan : 2016, cetakan kedua
Tebal Buku              : 576 hlm, 10.5 x 19 hlm
ISBN                          : 978-602-6922-31-1

Mengisahkan tentang kehidupan seorang laki-laki yang bernama Arsen dan seorang wanita bernama Ayla. Bermula dari pertemuannya di masa kecil dan berlanjut hingga mereka menikah dan memiliki banyak sekali tantangan yang harus mereka lewati.

Ayla, seorang wanita diambang drop out dari kuliah harus mengikhlaskan dirinya ketika terjadi perjodohan dengan Arsen. Ayla yang selalu bersikap kasar kepada Arsen bertekad dengan segala cara untuk membatalkan pernikahan mereka. Dengan kesabaran dan kebulatan tekad Arsen, akhirnya mereka menikah.

Dia yang mencintaiku, tetapi aku justru mengabaikannya

Tabiat Ayla yang keras dan kasar kepada Arsen membuat biduk pernikahan mereka terasa hambar. Hingga saat kesabaran Arsen sudah tak berbatas, Arsen pergi dan Aylapun depresi karena kepergiannya.

Problem rumah tangga dalam kisah sepasang suami istri ini terus menerus menggelayuti kehidupan mereka hingga terpaan dahsyat badai pernikahan mereka dapat mereka lalui.

Novel yang diambil dari wattpad yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah novel. Dan kini kisah ini pun diangkat ke dalam layar lebar.

Penokohan yang tersaji dalam novel ini terkesan berlebihan. Watak Ayla yang menurut saya banyak minusnya dibanding lebihnya, hingga watak Arsen yang nyaris sempurna tergambar dalam novel ini. Meski, pada saat Arsen muda watak Arsen cenderung lebih mirip dengan Ayla. Meskipun begitu, mimik muka serta adegan yang terdapat dalam novel ini sangat jelas tergambar dan kita bisa membayangkan saat tokoh dalam novel ini terlibat percakapan.

Latar yang ditampilkan dalan novel ini pun terkesan sangat sederhana. Riset sebelum menuliskan cerita ini mungkin bisa ditambah agar latar dalam cerita ini terkesan hidup. Namun, karena alur yang terdapat dalam novel ini terkesan maju dan mundur, membuat pembaca menjadi semakin penasaran dengan kelanjutan kisahnya.

Secara keseluruhan kita dapat mengambil hikmah di balik cerita ini, bahwasanya ketika kita sudah mengikrarkan janji di hadapanNya, maka saat itulah kewajiban dan hak kita harus kita tunaikan kepada pasangan kita.

Menstimulasi Kreativitas Anak Sejak Dini

Seperti pada materi kelas Bunda Sayang bulan ini adalah tentang stimulasi kreativitas anak. Mulanya saya pun agak tercengang materi ini. Ya, karena saya kurang kreatif dalam menghadapi hidup. 🙈



Mencoba agak sedikit kreatif pun, saya takutnya bukan malah menstimulasi kreativitas anak tapi malah menstimulasi kreativitas sendiri. Maka dari itu, sebelum saya menstimulasi kreativitas anak saya yang masih 32 bulan, saya harus mengasah kreativitas saya sendiri. Dan cara tersingkat yang saya tempuh adalah dengan memperbanyak membaca buku. Dengan harapan, saat anak sudah banyak pertanyaan, saya agak sedikit kreatif dalam menjawab.

Mengenali Gaya Belajar Anak dan Tipe Kecerdasannya

Game level ini sungguh membuat saya harus kalang kabut dalam mereview materi sebelumnya. Karena gaya belajar anak yang bertipe kinestetik, maka dalam mengasah kreativitasnya saya harus berpikir berkali-kali dalam mencontohkannya.

Misalnya, saat anak kesulitan meniup lilin yang dinyalakan di luar rumah. Maka saya pun harus banyak membaca buku dan akhirnya saya menemukan cara jitu sekaligus eksperimen kecil bidang fisika.



Pun saat anak sangat tertarik dengan kertas dan pulpen. Saya hanya menyediakannya, dan saya biarkan ia berkreasi semampunya.

Meski untuk tipe kecerdasannya anak mungkin ada yang paling dominan. Saya hanya menstimulasinya dengan hanya menggunakan bahan yang tersedia saja.

Karena saya yakin bahwa kreativitas anak sudah ada sejak lahir. Kita hanya bertugas memupuk agar semakin subur, bukan malah memotong kreativitasnya.