Dukungan Pemerintah dalam Pendidikan Seksualitas Anak



Pendidikan seksualitas yang merupakan salah satu program kesehatan reproduksi menjadi salah satu prioritas program pemerintah. Berbagai instansi pemerintah memberikan program kesehatan reproduksi bagi remaja.

Meskipun pemerintah sudah memiliki program, tetap orangtua memberikan stimulus pada anak. Dengan menjadi teman anak yang mengasyikkan bisa menjadi salah satu pemupuk fitrah seksualitas anak di masa remajanya.

Beberapa program pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan seksualitas di antaranya:

1. BKR (Bina Keluarga Remaja)

Program atas kerjasama BKKBN dengan pemerintah desa ini merupakan kegiatan kelompok keluarga dimana orangtua akan mendapatkan informasi mengenai tumbuh kembang, reproduksi sehat, pembinaan anak, pemanfaatan 8 fungsi keluarga, peran orangtua, gerakan pembangunan keluarga sejahtera, dan pengelolaan program BKR.

Program ini bertujuan agar orangtua mendapatkan informasi dalam meningkatkan bimbingan dan pembinaan tumbuh kembang anak secara baik dan terarah dengan bantuan fasilitator dan kader desa. Program ini dapat diikuti oleh orangtua yang memiliki anak usia 6-21 tahun.

2. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

Program ini merupakan program untuk remaja yang diampu oleh dinas kesehatan kota/kabupaten yang pelaksanaan diselenggarakan oleh puskesmas.

Program ini memberikan layanan preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Kegiatannya meliputi kegiatan konseling yang biasanya ditujukan kepada remaja yang mengalami kehamilan dan konseling kepada remaja yang membutuhkan. Selain konseling, kegiatan PKPR ini juga memberikan informasi kepada remaja tentang kesehatan reproduksi dan ketrampilan hidup sehat.

Selain itu, PKPR yang ada di puskesmas jyga harus memiliki 1 sekolah yang wajib dibina dan menelurkan beberapa konselor sebaya.

Hanya saja, karena jam operasional program ini berada pada jam operasional puskesmas dan tidak bisa dilayani setiap hari, maka akses remaja (terutama yang masih bersekolah) agak sedikit terhambat.

3. PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja)

Merupakan program dari BKKBN yang sasarannya adalah remaja. Meskipun dari BKKBN, program ini meluas dan bersinergi dengan beberapa instansi. Bisa dengan pemerintah desa melalui karang taruna, melalui instansi pendidikan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ataupun adanya konselor sebaya.

Program ini bertujuan untuk memberikan kesadaran sejak dini akan pentingnya pendewasaan usia pernikahan dan menjaga kesehatan reproduksinya sendiri sehingga remaja mampu membentuk sebuah keluarga yang sehat dan berkualitas.

Program PIK-KRR ini memuat triad KRR, yaitu seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai pendekatan melalui informasi, komunikasi, dan edukasi permasalahan remaja masa kini. Dan tentunya dikemas menarik menurut versi remaja.

4. Kurikulum Mata Pelajaran

Waktu yang dihabiskan oleh para remaja mungkin jika ditilik akan lebih besar berada di sekolah daripada di rumah. Adanya kurikulum yang mendukung pemberian informasi bagi para siswanya akan membantunya dalam memahami peran seksualnya dan fungsi alat reproduksinya.

Berbagai mata pelajaran sudah disisipkan materi seksualitas, HIV/AIDS, maupun NAPZA. Misal, seperti biologi yang menjelaskan secara detail fungsi alat reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dan juga penjasorkes yang lebih memberikan informasi bagaimana siswa menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, dengan menjauhi virus AIDS dan ketercanduan NAPZA.

Meski banyak mata pelajaran yang telah disisipkan kurikulum pendidikan seksualitas, akan tetapi banyak siswa yang belum mengerti. Jadi, meski sudah ada pelajarannya, siswa juga harus berperan aktif mencari informasi yang shahih mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas.


Meski banyak program di luar yang akan mendukung pemberian pendidikan seksualitas kepada anak. Seperti beberapa LSM yang konsen dengan kesehatan reproduksi. Misalnya, PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Tetaplah orangtua yang harus memupuk fitrah seksualitas anak sejak dini. Karena bagaimanapun, orangtua tidak bisa berlepas tangan setelah anak memasuki jenjang pendidikan sekolah. Meski sudah bersekolah, tetap rumah adalah sekolah bagi anak.

Menyusui dan Menyapih



Menyusui dan menyapih merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa menyusui hanya bermanfaat bagi kesehatan psikis dan fisik anak dan ibu, menyusui pun bisa bermanfaat pada pendidikan ibu kepada anak sejak dini.

1. Menyusui Mengajarkan Anak tentang Jerih Payah

Dengan menyusui, anak akan diajarkan tentang bagaimana bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sehingga saat dewasa kelak, anak mengerti dan paham bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus ada jerih payah yang dikeluarkan. 

Menyusui akan membuat anak menjadi kebal dengan gemerlapnya dunia. Secara tidak langsung akan ada antibodi dalam diri anak yang akan terpatri dan melekat sampai anak tumbuh dewasa.

2. Menyusui Mengajarkan Anak pada Pendidikan Seksualitas

Dengan menyusui anak akan belajar tentang kenikmatan saat menghisap ASI.  Di sinilah fitrah seksualitas anak mulai terbentuk.

Selain anak bisa mengecap kenikmatan untuk pertama kalinya. Secara tak langsung, anak juga belajar tentang rasa malu. Ini juga harus melibatkan ibu sebagai pemain utamanya. Ibu harus mengajarkan bagaimana menutup aurat dengan sempurna saat menyusui. Sehingga hanya ibu dan anak yang berinteraksi.

Baca juga: Batasan Aurat Anak

3. Menyusui Mengajarkan Anak pada Adab

Menyusui akan mengajarkan anak tentang adab. Bagaimana cara berpakaian dan terutama bagaimana cara menutup aurat yang seharusnya. Sehingga di usia dewasanya anak sudah memiliki imunitas yang kuat untuk tetap menutup aurat dengan sempurna.

4. Menyusui dan Menyapih Mengajarkan Anak kepada Tauhid

Mengajarkan tauhid adalah hal yang paling utama dalam hidup anak. Melalui menyusui dan menyapih inilah pendidikan tauhid anak yang pertama diterimanya. Sehingga apapun yang akan terjadi pada anak, anak sudah memiliki pondasi yang kuat untuk melangkah.

Pergaulan Anak dan Seksualitas

Pergaulan anak di masa sekarang ini mungkin dirasa sangat terlalu bebas. Akibatnya jika anak kurang bisa menjaga pergaulannya, timbullah berbagai masalah. Misal, narkotika ataupun kehamilan di luar nikah.



Untuk mengantisipasi adanya ancaman pergaulan anak, orangtua wajib mendidik anak dan memberikan informasi yang tepat kepada anak.

1. Menutup Aurat Anak
Mengajarkan untuk menutup aurat anak harus dilakukan sejak dini. Selaib untuk mengenalkan  perbedaan laki-laki dan perempuan. Menutup aurat anak juga mendidik anak agar kelak anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya. Sehingga anak sudah mengenal identitas seksualnya sejak dini.

Baca juga: Batasan Aurat Anak

2. Memberikan Informasi kepada Anak sebelum Anak Mengalami Haid/Mimpi Basah
Memberikan informasi yang tepat pada anak akan membantu anak saat anak mengalami haid atau mimpi basah. Anak tidak akan merasa ketakutan atau bingung saat fenomena pertama ini terjadi padanya. 

Berikan juga pemahaman kepada anak tentang haid atau mimpi basah dan kaitannya dengan perkembangan organ reproduksi anak. Jangan lupa untuk menginformasikan kepada anak tentang cara mandi wajib yang benar.

3. Mengajarkan Adab Berteman
Bagi anak berteman tidak boleh pilih-pilih. Meskipun begitu, tetapi berikan pemahaman bahwa saat anak sudah baligh, anak harus membatasi pergaulannya dengan lawan jenis.

Mengajarkan untuk selalu menundukkan pandangan mungkin dirasa paling tepat. Terutama saat anak mengalami masa puber dan gejolak cinta sedang menggebu-gebu. Bukan berarti membatasi jumlah teman, tetapi untuk menjaga diri anak.

4. Memupuk Rasa Malu
Malu itu sebagian dari iman (al Hadist).

Sebuah hadist yang menjadi pegangan bagi kita dan anak kita, bahwa kita harus mempunyai rasa malu kepada makhluk Allah dan kepada Allah. Menjaga apa yang diberikan Allah kepada kita dan bertanggungjawab dengan apa yang dimiliki.

Berbagai cara bisa dilakukan, yaitu dengan menutup aurat secara sempurna, meningkatkan keimanan anak, serta menjaga pandangan anak.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam mendidik anak.

Pendidikan Seksual Usia Dini

Banyak kasus tentang kekerasan, eksploitasi anak, dan kejahatan seksual pada anak. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak.

Pendidikan seksualitas pada anak mempunyai harapan agar kelak anak dapat menjaga apa yang menjadi kehormatannya, terlebih bagi anak perempuan.

Orangtua seharusnya tidak apatis dan lebih peduli pada lingkungan dimana anak tinggal. Orangtua harus bersikap aktif dalam memberikan pendidikan seksual pada anak.

Karena kurangnya pengetahuan orangtua menyebabkan orangtua tidak memberikan informasi yang pasti kepada anak, sehingga anak mencari sendiri informasi dan kebanyakan mendapat informasi yang tidak 100% benar.

Pendidikan seksualitas harus didapatkan sejak dini oleh orangtua, sehingga anak tidak mencari sumber informasi yang salah. Peran lembaga pendidikan pun sangat dominan dalam memberikan pendidikan seksual kepada siswanya. Adanya kurikulum yang tersemat dalam mata pelajaran harus diajarkan kepada siswa dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Bencana Pornografi Era Digital



Pornografi mungkin menjadi momok bagi sebagian besar orangtua. Fokus orangtua bukan saja hanya pada paparan pornografi saja, tetapi mengupayakan kepada anak untuk memiliki daya tahan terhadap paparan pornografi

Cara menghadapi Paparan Pornografi

1. Belajar kepemilikan
Agar anak belajar bertanggungjawab terhadap apa yang dimilikinya dan dimiliki orang lain. Sehingga saat ada orang yang ingin melihat aurat anak, anak sudah bisa menjawab dengan tegas.

2. Belajar tanggungjawab
Bertanggungjawab terhadap kesehatan dan kebersihan diri sendiri.

3. Belajar malu
Anak terbiasa menutup aurat dengan sempurna.

4. Belajar tentang batasan bercanda
Anak belajar membatasi diri.

Fakta tentang Pornografi

1. Anak Indonesia usia 0-19 tahun menjadi generasi digital nasive . Dan sebagian besar mengalami BLAST
Bored : bosan
Lonely : kesepian
Angry : marah
Afraid : takut
Anxious : cemas
Stressed : tertekan
Tired : kelelahan

2. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan terlalu dini bisa menyebabkan adanya bullying pada anak

3. Bagi sebagian orangtua, dengan memberikan hp ke anak, anak menjadi lebih tenang

Permainan Ular Tangga Edukasi Fitrah Seksualitas

Media efektif untuk menciptakan agar pemahaman seksualitas dalam koridor yang tepat.


Review: Fair & Lovely 2 in 1 Cream Powder

Memiliki kulit wajah yang sehat dan cerah merupakan dambaan sebagian besar wanita. Pengaruh sinar UV dan polusi di luar rumah menjadi tantangan terbesar sebagian wanita yang ingin kulit wajahnya tampak lebih flawless.

Bagiku, memiliki wajah flawless tanpa make up tebal pastinya menjadi misi dalam melakukan perawatan wajah. Meski seharian lebih banyak di rumah, terkadang banyak masalah ketika memakai krim pagi. Terutama wajah menjadi tampak berminyak dan terlihat kusam. Memiliki wajah yang halus tanpa memakai make up menjadi keinginan saya, karena selain lebih ringkas juga akan mempersingkat waktu saat berdandan.

Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk mencoba sebuah produk yang bernama Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream dari yukcoba.in



Mengikuti gaya hidup konsumen dan lingkungan yang terus berkembang membuat kebutuhan konsumen berubah, termasuk dalam hal perawatan wajah. Krim pencerah biasa kini hanya mampu membuat wajah cerah di pagi hari. Tapi, karena aktivitas di luar rumah yang banyak terpaparan polusi dan sinar UV akan menyebabkan wajah tampak lebih berminyak dan lengket.

Untuk itu, Fair & Lovely menciptakan terobosan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yaitu dengan mengeluarkan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream .

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream menggabungkan manfaat krim pencerah multivitamin terdepan dan bedak halus yang mencerahkan. Dan diklaim dapat memberikan wajah tampak lebih cerah dan bebas kilap seperti memakai bedak selama 14 jam.

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream terdiri dari dua ukuran, yaitu berukuran 20g dan 40g. Ukuran 20g inilah cocok bagi kamu yang ingin mencoba produk ini. Dikemas cantik dalam sebuah dus khas produk Fair & Lovely lainnya mungkin akan membuat kamu sedikit kebingungan dengan varian Fair & Lovely Multivitamin. Hanya satu yang membedakan di bagian tengah dus, terdapat stiker merah muda bertuliskan 'SENTUH DI SINI'.

Kandungan niacinamide berfungsi mencerahkan wajah dan terdapat kandungan titanium dioxide yang aku tahu berfungsi sebagai physical sunscreen. Hanya saja dalam produk tidak ada klaim, produk ini mengandung anti UV. Sehingga, setelah pakai produk ini, tetap harus pakai sunscreen atau sunblock.

Memiliki bentuk tube ulir yang tak akan membuat isi tumpah saat memencet tube dan aman saat dibawa travelling membuatku suka banget dengan produk ini.



Saat dibuka, aroma wangi produk ini langsung terasa. Karena wajahku tidak alergi dengan parfum, saat memakai produk ini, kulit wajah nampak fine-fine saja. Krim ini memiliki tekstur kental mirip seperti krim multivitaminnya dan berwarna putih bersih. Tak perlu ragu saat mengaplikasikan krim ini ke wajah, karena sangat mudah pengaplikasiannya. Cukup dengan jari, maka krim akan teraplikasikan dengan mudah.



Cara memakainya hanya seujung jari dan cukup untuk pemakaian di seluruh wajah. Hasil yang didapat cukup matte, kulit wajah terasa halus, dan terlihat natural. Hanya saja, krim ini tidak terlalu berefek seperti memakai bedak di kulit wajah saya. Yang aku suka memang tak bikin adanya whitecast di wajah saya, tetapi juga tidak terlihat seperti orang memakai bedak. Cuman kelebihan yang aku suka, setelah pemakaian 2 jam lebih, tidak bikin kulit wajah berminyak dan tidak terlihat kusam.

Overall, aku suka dengan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream karena setelah pemakaian selama 1 minggu, tone kulit wajahku naik dan tidak terlihat kusam lagi. Dan kemasannya yang travel friendly, jadi aman jika dibawa saat travelling atau saat beraktivitas di luar.

Bagi temen-temen yang ingin mencoba produk krim wajah dan ingin tampak flawless, bisa mencoba Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream. 

Repurchase: maybe YES




#Fair&Lovely2in1PowderCream
#yukcobainchallenge

Mengenalkan Batasan Aurat Sejak Dini

Mengenalkan batasan aurat pada anak bisa dimulai sejak anak dilahirkan. Sehingga saat dewasa nanti, anak sudah paham batasan aurat dan tidak mengumbarnya seperti pada kebanyakan orang.

Mengenalkan batasan aurat anak bisa dilakukan dengan berbagai cara:

1. Saat menyusui
Saat anak menyusui, anak hanya diperbolehkan melihat aurat ibunya. Anak tidak diijinkan melihat aurat ibunya selain bagian atas.

Penting bagi orangtua untuk selalu menjaga aurat di depan anak. Karena di masa inilah anak menyerap banyak informasi dari apa yang dilihat dan didengar. Sehingga, menjadi teladan bagi anak harus dimulai sejak dini.

Ketika menyusui juga, hanya anak yang disusui yang diperbolehkan melihat aurat bagian atas ibunya. Kakak si adik tidak diijinkan melihat aurat ibu. Sehingga hubungan anak yang disusui dengan ibu menjadi semakin dekat.

2. Menjaga Aurat Anak di Depan Umum
Sering kita melihat terbukanya aurat anak di depan umum. Terutama saat di kolam renang atau di pantai.

Sejak dini, ajarkan anak kita untuk menjaga auratnya di depan umum, dengan tidak mengumbar di depan umum atau dengan tidak mengajarkan membuang air selain di kamar mandi.

Dengan pengajaran sejak dini nanti, anak akan terbiasa saat dewasa .

3. Mengajarkan anak menutup aurat
Mengajarkan anak menutup aurat bisa dimulai dengan cara memilihkan pakaian yang sopan untuk anak.

Memang bagi sebagian orang, saat anak perempuan kita masih kecil mengajarkan untuk menutup aurat dengan sempurna takut kepanasan. Sehingga banyak orangtua yang enggan memakaikan pakaian panjang atau jilbab bagi anak. Padahal sejak anak masih kecil inilah nantinya anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya sejak masa kecil.