Membangun Kepercayaan pada Diri Anak



Orangtua harusnya memberikan perlindungan dan kenyamanan pada diri anak. Sehingga anak merasa aman dan nyaman saat berada di sisi anak. Anak akan mengenal dekat orangtua, sehingga saat dewasa kelak anak tak menghindar dari orangtua. 

Bonding yang Kuat kepada Anak

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memperkuat ikatan dengan anak. Meskipun banyak cara, tetaplah menggunakan  berbagai cara tersebut semuanya dalam memperkuat bonding anak. Dan untuk memperkuat bonding anak harus dilakukan sejak dini.

1. Menyusui Langsung
Menyusui langsung terbukti dapat memperkuat bonding anak dan orangtua. Meski hanya berlangsung selama 2 tahun, bonding yang dihasilkan akan melekat hingga anak dewasa dan menikah.

2. Menghabiskan Waktu Bersama
Menghabiskan waktu bersama bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Selain untuk memperkuat bonding, menghabiskan waktu bersama juga sebagai stimulus perkembangan anak.

Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak. Bisa dengan mengikutkan kegiatan kita yang ramah anak. Atau dengan merencanakan kegiatan khusus untuk anak.

3. Reading Aloud
Membacakan nyaring selain untuk menambah kosakata anak, juga untuk mrnambah khazanah pengetahuan anak. Membacakan nyaring juga tak hanya dilakukan saat anak belum bisa membaca. Membacakan nyaring bisa dilakukan orangtua kepada anak saat anak sudah dewasa. Dengan membacakan nyaring ini secara tidak langsung timbul ikatan antara anak dan orangtua.

Memberikan Emosi Positif kepada Anak

Mungkin banyak orangtua yang memiliki emosi naik turun bak roller coaster saat mendidik dan mendampingi anak. Tidak mengikuti emosi akan berdampak positif bagi perkembangan anak hingga anak dewasa.

1. Memberikan Penghargaan
Anak juga ingin diberikan penghargaan atas segala apa yang sudah dicapainya. Tak hanya berupa materi, anak juga membutuhkan motivasi dan dorongan dari orangtuanya. Sehingga secara psikis, anak merasa bahagia dan terlindungi.

2. Menjalin Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang krusial dalam kehidupan anak. Komunikasi yang buruk akan berdampak negatif pada kehidupan anak kelak.

3. Tidak Memaksakan Kehendak
Adakalanya saat menjadi orangtua banyak hal yang ingin kita inginkan dari anak kita. Menuntut mereka agar menjadi seperti yang kita inginkan menjadi kondisi psikis anak menjadi mengkerut. Sehingga anak tidak mengenal siapa diri mereka sebenarnya.

Mendidik anak merupakan sebuah seni. Antara satu orang dengan orang lain tidaklah sama. Menjadi orangtua terbaik bagi anak merupakan hal yang anak inginkan dari kita. Mari bersama-sama menjadi orangtua yang bahagia, sehingga kebahagiaan kita akan tertular kepada anak kita.

Dukungan Pemerintah dalam Pendidikan Seksualitas Anak



Pendidikan seksualitas yang merupakan salah satu program kesehatan reproduksi menjadi salah satu prioritas program pemerintah. Berbagai instansi pemerintah memberikan program kesehatan reproduksi bagi remaja.

Meskipun pemerintah sudah memiliki program, tetap orangtua memberikan stimulus pada anak. Dengan menjadi teman anak yang mengasyikkan bisa menjadi salah satu pemupuk fitrah seksualitas anak di masa remajanya.

Beberapa program pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan seksualitas di antaranya:

1. BKR (Bina Keluarga Remaja)

Program atas kerjasama BKKBN dengan pemerintah desa ini merupakan kegiatan kelompok keluarga dimana orangtua akan mendapatkan informasi mengenai tumbuh kembang, reproduksi sehat, pembinaan anak, pemanfaatan 8 fungsi keluarga, peran orangtua, gerakan pembangunan keluarga sejahtera, dan pengelolaan program BKR.

Program ini bertujuan agar orangtua mendapatkan informasi dalam meningkatkan bimbingan dan pembinaan tumbuh kembang anak secara baik dan terarah dengan bantuan fasilitator dan kader desa. Program ini dapat diikuti oleh orangtua yang memiliki anak usia 6-21 tahun.

2. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

Program ini merupakan program untuk remaja yang diampu oleh dinas kesehatan kota/kabupaten yang pelaksanaan diselenggarakan oleh puskesmas.

Program ini memberikan layanan preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Kegiatannya meliputi kegiatan konseling yang biasanya ditujukan kepada remaja yang mengalami kehamilan dan konseling kepada remaja yang membutuhkan. Selain konseling, kegiatan PKPR ini juga memberikan informasi kepada remaja tentang kesehatan reproduksi dan ketrampilan hidup sehat.

Selain itu, PKPR yang ada di puskesmas jyga harus memiliki 1 sekolah yang wajib dibina dan menelurkan beberapa konselor sebaya.

Hanya saja, karena jam operasional program ini berada pada jam operasional puskesmas dan tidak bisa dilayani setiap hari, maka akses remaja (terutama yang masih bersekolah) agak sedikit terhambat.

3. PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja)

Merupakan program dari BKKBN yang sasarannya adalah remaja. Meskipun dari BKKBN, program ini meluas dan bersinergi dengan beberapa instansi. Bisa dengan pemerintah desa melalui karang taruna, melalui instansi pendidikan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ataupun adanya konselor sebaya.

Program ini bertujuan untuk memberikan kesadaran sejak dini akan pentingnya pendewasaan usia pernikahan dan menjaga kesehatan reproduksinya sendiri sehingga remaja mampu membentuk sebuah keluarga yang sehat dan berkualitas.

Program PIK-KRR ini memuat triad KRR, yaitu seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai pendekatan melalui informasi, komunikasi, dan edukasi permasalahan remaja masa kini. Dan tentunya dikemas menarik menurut versi remaja.

4. Kurikulum Mata Pelajaran

Waktu yang dihabiskan oleh para remaja mungkin jika ditilik akan lebih besar berada di sekolah daripada di rumah. Adanya kurikulum yang mendukung pemberian informasi bagi para siswanya akan membantunya dalam memahami peran seksualnya dan fungsi alat reproduksinya.

Berbagai mata pelajaran sudah disisipkan materi seksualitas, HIV/AIDS, maupun NAPZA. Misal, seperti biologi yang menjelaskan secara detail fungsi alat reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dan juga penjasorkes yang lebih memberikan informasi bagaimana siswa menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, dengan menjauhi virus AIDS dan ketercanduan NAPZA.

Meski banyak mata pelajaran yang telah disisipkan kurikulum pendidikan seksualitas, akan tetapi banyak siswa yang belum mengerti. Jadi, meski sudah ada pelajarannya, siswa juga harus berperan aktif mencari informasi yang shahih mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas.


Meski banyak program di luar yang akan mendukung pemberian pendidikan seksualitas kepada anak. Seperti beberapa LSM yang konsen dengan kesehatan reproduksi. Misalnya, PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Tetaplah orangtua yang harus memupuk fitrah seksualitas anak sejak dini. Karena bagaimanapun, orangtua tidak bisa berlepas tangan setelah anak memasuki jenjang pendidikan sekolah. Meski sudah bersekolah, tetap rumah adalah sekolah bagi anak.

Menyusui dan Menyapih



Menyusui dan menyapih merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa menyusui hanya bermanfaat bagi kesehatan psikis dan fisik anak dan ibu, menyusui pun bisa bermanfaat pada pendidikan ibu kepada anak sejak dini.

1. Menyusui Mengajarkan Anak tentang Jerih Payah

Dengan menyusui, anak akan diajarkan tentang bagaimana bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sehingga saat dewasa kelak, anak mengerti dan paham bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus ada jerih payah yang dikeluarkan. 

Menyusui akan membuat anak menjadi kebal dengan gemerlapnya dunia. Secara tidak langsung akan ada antibodi dalam diri anak yang akan terpatri dan melekat sampai anak tumbuh dewasa.

2. Menyusui Mengajarkan Anak pada Pendidikan Seksualitas

Dengan menyusui anak akan belajar tentang kenikmatan saat menghisap ASI.  Di sinilah fitrah seksualitas anak mulai terbentuk.

Selain anak bisa mengecap kenikmatan untuk pertama kalinya. Secara tak langsung, anak juga belajar tentang rasa malu. Ini juga harus melibatkan ibu sebagai pemain utamanya. Ibu harus mengajarkan bagaimana menutup aurat dengan sempurna saat menyusui. Sehingga hanya ibu dan anak yang berinteraksi.

Baca juga: Batasan Aurat Anak

3. Menyusui Mengajarkan Anak pada Adab

Menyusui akan mengajarkan anak tentang adab. Bagaimana cara berpakaian dan terutama bagaimana cara menutup aurat yang seharusnya. Sehingga di usia dewasanya anak sudah memiliki imunitas yang kuat untuk tetap menutup aurat dengan sempurna.

4. Menyusui dan Menyapih Mengajarkan Anak kepada Tauhid

Mengajarkan tauhid adalah hal yang paling utama dalam hidup anak. Melalui menyusui dan menyapih inilah pendidikan tauhid anak yang pertama diterimanya. Sehingga apapun yang akan terjadi pada anak, anak sudah memiliki pondasi yang kuat untuk melangkah.

Pergaulan Anak dan Seksualitas

Pergaulan anak di masa sekarang ini mungkin dirasa sangat terlalu bebas. Akibatnya jika anak kurang bisa menjaga pergaulannya, timbullah berbagai masalah. Misal, narkotika ataupun kehamilan di luar nikah.



Untuk mengantisipasi adanya ancaman pergaulan anak, orangtua wajib mendidik anak dan memberikan informasi yang tepat kepada anak.

1. Menutup Aurat Anak
Mengajarkan untuk menutup aurat anak harus dilakukan sejak dini. Selaib untuk mengenalkan  perbedaan laki-laki dan perempuan. Menutup aurat anak juga mendidik anak agar kelak anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya. Sehingga anak sudah mengenal identitas seksualnya sejak dini.

Baca juga: Batasan Aurat Anak

2. Memberikan Informasi kepada Anak sebelum Anak Mengalami Haid/Mimpi Basah
Memberikan informasi yang tepat pada anak akan membantu anak saat anak mengalami haid atau mimpi basah. Anak tidak akan merasa ketakutan atau bingung saat fenomena pertama ini terjadi padanya. 

Berikan juga pemahaman kepada anak tentang haid atau mimpi basah dan kaitannya dengan perkembangan organ reproduksi anak. Jangan lupa untuk menginformasikan kepada anak tentang cara mandi wajib yang benar.

3. Mengajarkan Adab Berteman
Bagi anak berteman tidak boleh pilih-pilih. Meskipun begitu, tetapi berikan pemahaman bahwa saat anak sudah baligh, anak harus membatasi pergaulannya dengan lawan jenis.

Mengajarkan untuk selalu menundukkan pandangan mungkin dirasa paling tepat. Terutama saat anak mengalami masa puber dan gejolak cinta sedang menggebu-gebu. Bukan berarti membatasi jumlah teman, tetapi untuk menjaga diri anak.

4. Memupuk Rasa Malu
Malu itu sebagian dari iman (al Hadist).

Sebuah hadist yang menjadi pegangan bagi kita dan anak kita, bahwa kita harus mempunyai rasa malu kepada makhluk Allah dan kepada Allah. Menjaga apa yang diberikan Allah kepada kita dan bertanggungjawab dengan apa yang dimiliki.

Berbagai cara bisa dilakukan, yaitu dengan menutup aurat secara sempurna, meningkatkan keimanan anak, serta menjaga pandangan anak.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam mendidik anak.

Pendidikan Seksual Usia Dini

Banyak kasus tentang kekerasan, eksploitasi anak, dan kejahatan seksual pada anak. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak.

Pendidikan seksualitas pada anak mempunyai harapan agar kelak anak dapat menjaga apa yang menjadi kehormatannya, terlebih bagi anak perempuan.

Orangtua seharusnya tidak apatis dan lebih peduli pada lingkungan dimana anak tinggal. Orangtua harus bersikap aktif dalam memberikan pendidikan seksual pada anak.

Karena kurangnya pengetahuan orangtua menyebabkan orangtua tidak memberikan informasi yang pasti kepada anak, sehingga anak mencari sendiri informasi dan kebanyakan mendapat informasi yang tidak 100% benar.

Pendidikan seksualitas harus didapatkan sejak dini oleh orangtua, sehingga anak tidak mencari sumber informasi yang salah. Peran lembaga pendidikan pun sangat dominan dalam memberikan pendidikan seksual kepada siswanya. Adanya kurikulum yang tersemat dalam mata pelajaran harus diajarkan kepada siswa dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Bencana Pornografi Era Digital



Pornografi mungkin menjadi momok bagi sebagian besar orangtua. Fokus orangtua bukan saja hanya pada paparan pornografi saja, tetapi mengupayakan kepada anak untuk memiliki daya tahan terhadap paparan pornografi

Cara menghadapi Paparan Pornografi

1. Belajar kepemilikan
Agar anak belajar bertanggungjawab terhadap apa yang dimilikinya dan dimiliki orang lain. Sehingga saat ada orang yang ingin melihat aurat anak, anak sudah bisa menjawab dengan tegas.

2. Belajar tanggungjawab
Bertanggungjawab terhadap kesehatan dan kebersihan diri sendiri.

3. Belajar malu
Anak terbiasa menutup aurat dengan sempurna.

4. Belajar tentang batasan bercanda
Anak belajar membatasi diri.

Fakta tentang Pornografi

1. Anak Indonesia usia 0-19 tahun menjadi generasi digital nasive . Dan sebagian besar mengalami BLAST
Bored : bosan
Lonely : kesepian
Angry : marah
Afraid : takut
Anxious : cemas
Stressed : tertekan
Tired : kelelahan

2. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan terlalu dini bisa menyebabkan adanya bullying pada anak

3. Bagi sebagian orangtua, dengan memberikan hp ke anak, anak menjadi lebih tenang

Permainan Ular Tangga Edukasi Fitrah Seksualitas

Media efektif untuk menciptakan agar pemahaman seksualitas dalam koridor yang tepat.


Review: Fair & Lovely 2 in 1 Cream Powder

Memiliki kulit wajah yang sehat dan cerah merupakan dambaan sebagian besar wanita. Pengaruh sinar UV dan polusi di luar rumah menjadi tantangan terbesar sebagian wanita yang ingin kulit wajahnya tampak lebih flawless.

Bagiku, memiliki wajah flawless tanpa make up tebal pastinya menjadi misi dalam melakukan perawatan wajah. Meski seharian lebih banyak di rumah, terkadang banyak masalah ketika memakai krim pagi. Terutama wajah menjadi tampak berminyak dan terlihat kusam. Memiliki wajah yang halus tanpa memakai make up menjadi keinginan saya, karena selain lebih ringkas juga akan mempersingkat waktu saat berdandan.

Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk mencoba sebuah produk yang bernama Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream dari yukcoba.in



Mengikuti gaya hidup konsumen dan lingkungan yang terus berkembang membuat kebutuhan konsumen berubah, termasuk dalam hal perawatan wajah. Krim pencerah biasa kini hanya mampu membuat wajah cerah di pagi hari. Tapi, karena aktivitas di luar rumah yang banyak terpaparan polusi dan sinar UV akan menyebabkan wajah tampak lebih berminyak dan lengket.

Untuk itu, Fair & Lovely menciptakan terobosan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yaitu dengan mengeluarkan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream .

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream menggabungkan manfaat krim pencerah multivitamin terdepan dan bedak halus yang mencerahkan. Dan diklaim dapat memberikan wajah tampak lebih cerah dan bebas kilap seperti memakai bedak selama 14 jam.

Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream terdiri dari dua ukuran, yaitu berukuran 20g dan 40g. Ukuran 20g inilah cocok bagi kamu yang ingin mencoba produk ini. Dikemas cantik dalam sebuah dus khas produk Fair & Lovely lainnya mungkin akan membuat kamu sedikit kebingungan dengan varian Fair & Lovely Multivitamin. Hanya satu yang membedakan di bagian tengah dus, terdapat stiker merah muda bertuliskan 'SENTUH DI SINI'.

Kandungan niacinamide berfungsi mencerahkan wajah dan terdapat kandungan titanium dioxide yang aku tahu berfungsi sebagai physical sunscreen. Hanya saja dalam produk tidak ada klaim, produk ini mengandung anti UV. Sehingga, setelah pakai produk ini, tetap harus pakai sunscreen atau sunblock.

Memiliki bentuk tube ulir yang tak akan membuat isi tumpah saat memencet tube dan aman saat dibawa travelling membuatku suka banget dengan produk ini.



Saat dibuka, aroma wangi produk ini langsung terasa. Karena wajahku tidak alergi dengan parfum, saat memakai produk ini, kulit wajah nampak fine-fine saja. Krim ini memiliki tekstur kental mirip seperti krim multivitaminnya dan berwarna putih bersih. Tak perlu ragu saat mengaplikasikan krim ini ke wajah, karena sangat mudah pengaplikasiannya. Cukup dengan jari, maka krim akan teraplikasikan dengan mudah.



Cara memakainya hanya seujung jari dan cukup untuk pemakaian di seluruh wajah. Hasil yang didapat cukup matte, kulit wajah terasa halus, dan terlihat natural. Hanya saja, krim ini tidak terlalu berefek seperti memakai bedak di kulit wajah saya. Yang aku suka memang tak bikin adanya whitecast di wajah saya, tetapi juga tidak terlihat seperti orang memakai bedak. Cuman kelebihan yang aku suka, setelah pemakaian 2 jam lebih, tidak bikin kulit wajah berminyak dan tidak terlihat kusam.

Overall, aku suka dengan produk Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream karena setelah pemakaian selama 1 minggu, tone kulit wajahku naik dan tidak terlihat kusam lagi. Dan kemasannya yang travel friendly, jadi aman jika dibawa saat travelling atau saat beraktivitas di luar.

Bagi temen-temen yang ingin mencoba produk krim wajah dan ingin tampak flawless, bisa mencoba Fair & Lovely 2 in 1 Powder Cream. 

Repurchase: maybe YES




#Fair&Lovely2in1PowderCream
#yukcobainchallenge

Mengenalkan Batasan Aurat Sejak Dini

Mengenalkan batasan aurat pada anak bisa dimulai sejak anak dilahirkan. Sehingga saat dewasa nanti, anak sudah paham batasan aurat dan tidak mengumbarnya seperti pada kebanyakan orang.

Mengenalkan batasan aurat anak bisa dilakukan dengan berbagai cara:

1. Saat menyusui
Saat anak menyusui, anak hanya diperbolehkan melihat aurat ibunya. Anak tidak diijinkan melihat aurat ibunya selain bagian atas.

Penting bagi orangtua untuk selalu menjaga aurat di depan anak. Karena di masa inilah anak menyerap banyak informasi dari apa yang dilihat dan didengar. Sehingga, menjadi teladan bagi anak harus dimulai sejak dini.

Ketika menyusui juga, hanya anak yang disusui yang diperbolehkan melihat aurat bagian atas ibunya. Kakak si adik tidak diijinkan melihat aurat ibu. Sehingga hubungan anak yang disusui dengan ibu menjadi semakin dekat.

2. Menjaga Aurat Anak di Depan Umum
Sering kita melihat terbukanya aurat anak di depan umum. Terutama saat di kolam renang atau di pantai.

Sejak dini, ajarkan anak kita untuk menjaga auratnya di depan umum, dengan tidak mengumbar di depan umum atau dengan tidak mengajarkan membuang air selain di kamar mandi.

Dengan pengajaran sejak dini nanti, anak akan terbiasa saat dewasa .

3. Mengajarkan anak menutup aurat
Mengajarkan anak menutup aurat bisa dimulai dengan cara memilihkan pakaian yang sopan untuk anak.

Memang bagi sebagian orang, saat anak perempuan kita masih kecil mengajarkan untuk menutup aurat dengan sempurna takut kepanasan. Sehingga banyak orangtua yang enggan memakaikan pakaian panjang atau jilbab bagi anak. Padahal sejak anak masih kecil inilah nantinya anak terbiasa dengan pakaian yang dikenakannya sejak masa kecil.




Mendidik Anak Perempuan

Kita harus memahami kualitas wanita sebagai ibu agar kelak generasi yang kita wariskan bisa berkualitas.




Mendidik fitrah seksualitas
adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gender nya, yaitu bagaimana seorang laki-laki berpikir, bersikap, bertindak & merasa sebagaimana laki-laki, dan sebaliknya demikian juga bagaimana seorang perempuan berpikir, bersikap, bertindak & merasa sebagai seorang perempuan.

1. Mengajarkan Agama Kepada Mereka
Ajarkan kepada anakmu, tauhid dengan mengesakan Allah. Mengajarkan ibadah dan kalimah thoyyibah. Dan jangan lupa untuk senantiasa mengajarkan adab dan sopan santun.

2. Memupuk Kesadaran mereka sebagai seorang perempuan
Sejak awal, kita harus mendidik anak agar tidak tassyabuh (menyerupai lawan jenisnya).

3. Membiasakan mereka dengan adab yang mulia

4. Membiasakan berpakaian sesuai syariat
Membiasakan anak agar mereka menutup aurat dari kecil. Sehingga ketika sudah dewasa mereka sudah membiasakan. Dan ajarkan anak rasa malu. Karena malu adalah sebagian dari iman.

5. Mengajarkan berbagai ketrampilan rumah tangga
Ajarkan secara bertahap. Agar kelak nanti jika mereka sudah berumah tangga sendiri sudah mampu menjadi manager bagi keluarganya sendiri.

6. Bersikap lemah lembut terhadap anak perempuan

Peran Ayah dan Ibu dalam Pendidikan Seksualitas



Peran ayah dan peran ibu sangat berpengaruh terhadap kehidupan seksualitas anak. Mereka bukan hanya paham terhadap jenis kelamin yang dimiliki, tetapi mereka juga mampu menjadi ibu dan ayah bagi anaknya kelak.

Peran ayah dan peran ibu tak dapat ditukar. Ayah berperan sebagai orang yang maskulin dan ibu cenderung feminin. Memang dalam masyarakat banyak kasus yang tertukar peran dalam rumah tangganya. Maka dari itu penting bagi orangtua untuk mendidik anaknya sejak dini, agar mereka siap menjadi ayah atau ibu kelak.

Ketika belum bisa berperan sebagai ayah/ibu

1. Kita sadar bahwa kita belum menjalankan. Menyadari ini penting, krn sebagai titik awal kita utk berbenah diri. 

Jika kita tidak menyadari bahwa belum berjalan dg baik peran ayah dan ibu, maka kesempatan utk berbenah diri juga tidak akan muncul.

2. Berdiskusi intens dengan pasangan, menggali kembali peran2 yang bisa dimainkan dalam keluarga, sambil menimba ilmu. Bisa bersilaturahim dengan orang2 yang kita anggap sudah benar2 menjalankan peran ayah dan bunda.

Tiap hari ngobrol sambil bawa camilan tentang berbagi peran dalam mendidik anak, sesuai perannya.

3. Terus berdoa dan memohon pada Allah agar diberikan petunjuk dan dimudahkan untuk menemukan dan menumbuhkan fitrah anak-anak serta menjalankan peran kita sesuai dengan yang telah Allah instalkan pada kita.

Ibu si Raja Tega

Menurut ust Harry Santosa
, ayah dan ibu tetap harus berperan sesuai dengan fitrah perannya, dan tidak bisa ditukar. Baik ayah maupun ibu sudah ada pembagian perannya masing-masing dalam menumbuhkan fitrah anak-anaknya. Tentunya apabila ada ketimpangan, fitrah anak-anakpun tidak tumbuh optimal.

untuk mengembalikan peran ayah dan Ibu, saran beliau adalah mencari guru atau mentor yang feminin bagi ibu, dan yang maskulin bagi ayah. Harapannya kita dapat belajar menjadi lebih feminin atau maskulin sesuai dengan fitrah kita sehingga sifat keibuan dan keayahan pun dapat terbentuk.

Tentunya hal ini harus dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan, karena tidak mungkin kita berubah sendirian.

Tidying - Komono

Menurutku, beberes yang paling butuh tenaga ekstra setelah beberes pakaian adalah beberes komono. Bukan lagi tentang suka-tidak sukanya dengan pernak-pernik. Tapi, karena pernak-pernik di rumah banyak banget. 

Saking banyaknya, terkadang sampai menyatukan dua benda yang berbeda dalam satu wadah. Alhasil saat memerlukan benda tersebut harus mengacak-acak ruang penyimpanannya.

Baca juga: Buku Konmari

Satu-satunya yang harus saya lakukan adalah membereskan pernak-pernik tersebut berdasarkan kategorinya dan menyimpannya di tempat yang berbeda.

Dan dari sekian banyak pernak-pernik yang saya miliki, saya hanya berhasil di empat kategori. Sementara yang lain seperti bros dan VCD alhamdulillah sudah stay di tempatnya.

1. Skincare dan Make Up
Di bagian ini, saya memberikan dua tempat yang berbeda. Karena make up jarang di pakai saya sendirikan dengan produk skincare.



2. Kabel
Kabel ini yang biasanya paling susah rapi,  terutama kabel charger hp yang setiap hari harus dipakai. Meski sudah memiliki rumah sendiri, tetap saja kabel-kabel ini selalu berantakan.



3. Alat Tulis
Alat tulis menjadi momok bagi keluarga saya. Terlebih sering hilangnya pulpen di rumah. Entah ketlingsut ataupun diambil anak dan dilempar entah kemana. Jadi, setiap pagi, suami sering menanyakan dimana pulpennya. Dan sekarang untuk tempat pulpen semuanya saya taruh di kaleng.



4. Piring dan Gelas
Sebenarnya bagian dapur ini yang paling kompleks. Tak hanya dengan piring dan gelas, perkakas memasak, ataupun letak kompor. Tapi bagaimana managemen penyimpanan bumbu dan bahan makanan. Jadi, saya fokus dulu pada bagian piring dan gelas karena digunakan sehari-hari.


Seperti inilah hasil konmari saya di bagian pernak-pernik ini. Ada kalanya malas akan menambah beban tenaga di kemudian harinya, untuk itu jangan tunda pekerjaanmu meski hanya sedikit. 

Ketika Anakku Jatuh Cinta




Jatuh cinta berjuta rasanya..

Fitrah seseorang adalah merasakan ketertarikan dengan lawan jenis atau kata orang gaul namanya jatuh cinta.

Melihat fenomena zaman sekarang dimana anak usia dini sudah berpacaran malah seperti layaknya pasangan sah sangat memprihatinkan. Minimnya pengasuhan dan kasih sayang orangtua menjadi salah satu sebab anak mencari perhatian dan kasih sayang dari lawan jenisnya.


Anak butuh figur dan kasih sayang dari orangtua

Ketika anak berada pada masa pre aqil baligh, anak sudah mengalami masa pubertas. Di masa inilah ana harus didekatkan kepada orangtua yang berlawanan jenis.

Banyaknya kasus anak yang berpacaran dikarenakan anak tidak memiliki idola di lingkungan keluarganya, sehingga anak memerlukan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Di sinilah peran orangtua harus lebih dominan.

Biasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi yang baik tentu akan mempererat hubungan antara anak dengan orangtua. Anak menjadi terbuka dengan orangtua dan orangtua bisa mengatasi permasalahan anak.

Orangtua pun harus menanamkan nilai agama sejak dini kepada anak. Sehingga di masa pubertasnya, anak sudah dapat mengenali yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya.

Saat Anak Jatuh Cinta

Sebagai orangtua, kita harus peka terhadap segala sesuatu yang berubah karena anak.
1. Anak mulai memperhatikan penampilannya sendiri
2. Anak senyum-senyum sendiri
3. Anak sering melamun

Bagaimanapun, merasakan cinta  kepada lawan jenis merupakan sebuah fitrah seksual. Sebagai orangtua, kita harus mendampingi anak agar tak menyalahi fitrahnya.

Fitrah Seksualitas Anak Laki-Laki

Sejatinya anak laki-laki suka menjadi pahlawan, lebih kompetitif, dan sering mengambil resiko dan coba-coba permainan berbahaya. Hal ini karena oengaruh hormon testosteron. Sehingga saat masa pubertas tiba, hormon ini akan mendominasi dan anak cenderung memilimi ambisi untuk mencapai kekuasaan.



Lalu, bagaimana jika fitrah mereka rusak?

Bisa saja anak menjadi seorang transgender. Transgender ini sebagai ungkapan kebingungan atas gender yang dimiliki. Biasanya diungkapkan dengan dandanan, make up, gaya, tingkah laku, bahkan ada yang sampai dengan menggantu organ reproduksinya.

Mengapa anak bisa menjadi seorang transgender?

Ada dua faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor Genetik
Adanya masalah dalam susunan gen/kromosom, ketidakseimbangan hormon, struktur otak, atau kelainan susunan syaraf otak.

2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor yang mempengaruhi:
a. Peran Orangtua
Peran orangtua sangat penting dalam perkembangan anak, terutama dalam tahapan seksualitas anak.

b. Pendidikan Seksual berdasarkan tahapan fitrah seksualitas
Anak dididik sesuai gender yang dimiliki dengan harapan anak tahu peran dan tanggungjawabnya di masa depan.

Prinsip Kebudayaan Laki-Laki
1. Persaingan, prestasi, pengembangan keahlian (keunggulan pribadi)
2. Empati - berbagi tugas
3. Memilih untuk berada di kelompok besar
4. Berusaha mandiri
5. Pengorbanan pribadi dalam pengalaman kolektif
6. Teladan laki-laki/ teladan ayah
7. Menemukan olahraga dalam kehidupan dan kehidupan dalam olahraga