Tampilkan postingan dengan label IIP. Tampilkan semua postingan

Jurnal Fasilitator : Semua Anak Adalah Bintang

Bahwasanya anak memiliki potensinya masing-masing. Tugas orang tua hanyalah mendampingi dan mengamati segala aktivitas yang membuat anak berbinar-binar.



Di materi ke-7, kami belajar mengenal potensi anak. Memang tak mudah dalam menemukan bintangnya anak. Terlebih 17 hari merupakan waktu yang cukup singkat untuk mengobservasinya. Meskipun begitu, proses masih tetap berjalan. Sedikit ada kebingungan dengan aktivitas anak yang berbinar, maka hal tersebut adalah wajar.

Rolling Fasil

Hal pertama yang saya lalui adalah adanya rolling fasil. Ya, dulunya saya di kelas Banyumas Raya dan sekarang berada di kelas Aceh-Sumatera Utara-Batam. Reaksi pertama saya pastinya kaget karena jumlah mahasiswi 71 orang yang berlalu berkali lipat dibandingkan dengan kelas lama yang tak sampai 30 orang. Kedua karena waktu perkenalan kelas sangatlah singkat, butuh ekstra mengenali perangkat dari kedua kelas yang belum dimerger. Alhamdulillah, dibantu dengan mbak Fanny (ketua kelas Batam) dan mbak Sri (sekretaris Aceh-Sumut) semuanya berjalan lancar.

Selanjutnya, perkenalan dan pengenalan CoC bunsay saya ulang kembali sebelum perkuliahan level 7 dimulai. Mulanya pengenalan CoC jarang ada tanggapan dari mahasiswinya. Ternyata setelah level 7 berakhir banyak yang tidak paham CoC level 7, jadi sebagian ada yang keluar karena 3x berturut-turut tak lolos tantangan dan sekarang butuh ekstra lagi agar yang sudah 2x berturut-turut dan 4x lost tantangan bisa diminimalisir.

Mengenai Tantangan Level 7


Tantangan ke-7 mengenai potensi bakat anak memang membutuhkan waktu yang tidaklah Singkat. Meski begitu banyak yang lolos di tantangan kali ini.

Selain itu, peer group ternyata merata ramai semua. Sebelumnya kelas Aceh peer groupnya cukup sepi, setelah digabung dengan kelas Batam Alhamdulillah ramai kembali.

Tak hanya peer group, beberapa mahasiswi juga aktif dalam diskusi grup utama dan peer group. Tentunya diskusi dari grup inilah yang membuat banyak peserta mendapat pencerahan dari temannya, sehingga banyak yang lulus di tantangan kali ini. Selain itu, beberapa apresiasi banyak dari teman-temannya. Hal ini sangatlah penting, karena selain belajar bersama anak, juga belajar dari postingan teman.


Tantangan level 7 ini memanglah tak mudah. Tetapi selagi ada niat pasti ada jalan.



Jurnal Fasilitator: Menstimulasi Anak Suka Matematika

Matematika sering menjadi momok bagi sebagian besar orang karena kerumitannya dalam mengolah angka. Tak jarang banyak orang tua yang menyerah ketika anak bertanya mengenai matematika. Alhasil, mengikutkan anak ke bimbel menjadi solusi segala permasalahan yang berhubungan dengan matematika.



Nah, di materi ke-6 ini kami semua belajar mengenai matematika. Sebuah pelajaran yang banyak ditakutkan oleh sebagian besar orang tua.

Tetapi ternyata belajar mengenai matematika logis sangatlah sederhana. Bahkan #MathAroundUs. Jadi sebenarnya matematika sering berhubungan dengan kegiatan sehari-hari kita, tetapi kebanyakan banyak yang kurang tau tentang konsep matematika yang masih sederhana. Dengan memahami konsep matematika logis, maka menjadikan anak untuk suka dan bisa menjadi semakin mudah.



Meski sedikit agak susah di level ini, Alhamdulillah banyak pula yang lolos di level kali ini. 



Meskipun peserta aktif di peer group sedikit berkurang dari yang lain. Tapi masih ada peer group yang aktif


Satu hal yang menjadi evaluasi saya adalah saat pemberian assignment apresiasi tantangan. Ternyata semakin saya cepat memberikan assignment tersebut, malah semakin sedikit yang mengapresiasi.



Mendapat Mother of The Level

Setelah di level 5 kemarin mendapat mahasiswi yang berbinar-binar dengan materinya. Kali ini di kelas ada juga mahasiswi yang berbinar-binar saat mengerjakan tantangan. Di tantangan level 6 kemarin beliau sangat excited saat mempraktikkan bersama anak. Kegiatan yang dilakukannya pun sangat bervariasi, bahkan menginspirasi teman lain untuk mengerjakan tantangan.






Posisi Sekretaris Kosong

Kondisi pertama yang kelas kami hadapi adalah kekosongan posisi sekretaris. Hal ini dikarenakan sekretaris lama sedang pemulihan diri dan fokus pada terapi anak kedua, sehingga di akhir level 5 kemarin beliau tak dapat mengikuti tantangan dengan baik (melanggar CoC Bunsay).

Hal ini tentu saja harus segera dicarikan pengganti. Tetapi ternyata mencari pengganti yang bersedia menunjuk diri itu tak mudah. Saya bersama ketua kelas membuat pengumuman di kelas maupun di peer group, tetapi ternyata sepi peminat.

Agar tak kosong di level ini, ketua kelas pun menginisiasi untuk melamar seorang mahasiswi. Kriteria yang ditunjuk adalah belum menjadi perangkat kelas dan aktif di kelas. Alhamdulillah beliau berkenan. Dan berikut profilnya.

Alhamdulillah sekretaris yang baru sangat cepat kerjanya. Meski baru memulai di akhir pekan ke-3, tetapi tugas meresume Jumat hangat sebelum beliau bertugas langsung dikerjakan.

Perpisahan Sebelum Liburan

Level 6 menjadi level terakhir di semester 1 ini. Fasil no baper menjadi hal yang saya pegang saat ini, padahal aselinya baper banget. Tapi akhirnya saya baru umumkan adanya pergantian fasil di saat HEE berlangsung, meski sebelumnya saya sudah memberi tahu ketua kelas terlebih dahulu.

Kondisi ini membuat saya baper. Apalagi di akhir level 6, saya harus mengeluarkan 2 orang lagi karena tersandung CoC. Bikin baper saya bertambah-tambah, karena dari 43 orang mahasiswi yang masuk kelas, kini hanya tinggal 27 orang (3 orang cuti dan 13 orang remidi). Beruntung pula ada observer yang selalu memberi semangat dan juga tahu kondisi peserta bunsay, jadi sedikit memberi motivasi saya untuk terus menjadi fasil.

Jurnal Fasilitator : Menstimulasi Anak Suka Membaca



Masuk ke materi lima, kami belajar mengenai cara menstimulasi untuk suka membaca. Banyak hal yang kami pelajari di materi ini dan meskipun sudah diterapkan ke anak sehari-hari belum tentu melekat menjadi kebiasaan untuk anggota keluarga yang lain.

Tidak Hanya untuk Anak

Melatih kebiasaan membaca tidak hanya untuk anak-anak. Orang tua pun juga harus membiasakan membaca. Jika orang tua rajin membaca, maka anak pun akan meniru kebiasaan orang tua. Meskipun begitu orang tua juga harus membiasakan anak untuk suka dengan buku. Karena bagaimana pun, membuat BISA lebih mudah dibandingkan dengan membuat SUKA

Hampir sama dengan para calon ibu yang sudah mempersiapkan ilmu sebelum kelahiran anaknya. Dengan membaca, maka ilmu sebelum lahiran anak pun didapat dan ibu lebih siap menjalani persiapan kelahiran dan saat anak lahir.

Nah, di kelas Banyumas Raya ada beberapa calon ibu yang sedang mempersiapkan ilmu sebelum kelahiran anak pertama. Tak hanya ibu yang harus mempersiapkan ilmu, ayah pun harus mempersiapkan ilmu dengan membaca buku. Salah satu mahasiswi Banyumas Raya sudah mempersiapkan beragam buku yang dibacanya bersama suami. Dan sekarang sudah mulai mempersiapkan buku untuk sang anak kelak. Di level ini, beliau sangat antusias karena buku menjadi salah satu benda favorit beliau. Banyak teman yang mengapresiasi dan tuntas secara berturut-turut 15 hari setor tantangan (padahal bulan ini sudah harus persiapan kelahiran).



Asah Kreativitas dengan Membuat Pohon Literasi

Tak hanya mempersiapkan buku yang akan dibaca. Hal pertama yang menjadi PR adalah latihan kreativitas membuat pohon literasi keluarga. Selain melatih kreatifitas, ibu juga menerapkan komunikasi produktif dengan anak mau membuat pohon literasi seperti apa, hingga family project dengan anggota keluarga lain dalam pembuatan pohon literasi.

Salah satu pohon literasi yang baru dibuat


Terkendala Sinyal

Hujan sudah mulai mengguyur seluruh wilayah Indonesia. Salah satu tantangan saat musim penghujan adalah sinyal yang terhambat. Tetapi ternyata sinyal tak menjadi alasan untuk tidak mensetorkan tantangan. Dan di level ini menjadi salah satu level yang paling banyak lolos dan paling banyak mendapatkan badge tambahan.


Alhamdulillah, di level ini banyak yang lolos. Selain sudah dipraktekkan sehari-hari, peran peer group juga aktif untuk menyemangati teman-temannya yang lain.


Dengan keaktifan trman-temannya, ternyata banyak yang bisa nambah badge baru (outstanding performance) yang belum pernah didapat di materi yang lalu. Nah, berikut mahasiswi teraktif di tantangan 5


Begitu pula dengan saya, Alhamdulillah level ini mengembalikan semangat saya untuk terus membaca. Lumayan bisa khatam dua buku. Salah satu buku yang saya baca ini.

Hanya saja, saya sempat kelupaan untuk membuat assignment apresiasi postingan teman. Tapi Alhamdulillah meski hanya dalam waktu singkat, sudah ada beberapa yang membuat, meski ada yang terlewat waktunya dan berikut yang turn in tepat waktu


Apapun tantangannya, setiap ibu memiliki cara yang unik yang tidak bisa disamakan dengan ibu yang lainnya.

Jurnal Fasilitator : Memahami Gaya Belajar Anak

Late post banget ini nih. Sebenernya materi ini sudah selesai bulan kemarin, tapi baru sempet saya tuliskan sekarang.



Memahami Gaya Belajar Anak

Menjadi materi paling dagdigdug selama 4 materi kemarin. Selain banyak kejadian unik yang sebenarnya tantangan kali ini butuh mengeksplor lebih lanjut agar tak memiliki kesimpulan yang keliru mengenai gaya belajar anak. Dan yang paling penting sebelum mengenali gaya belajar anak, kita harus mengenali gaya belajar kita sendiri.

Dengan mengenali gaya belajar kita sendiri, maka secara tak langsung kita belajar memahami diri sendiri (materi matrikulasi nih). Sehingga ketika kita memahami gaya belajar anak tidak akan menemukan kesulitan yang berarti.

Kondisi Kelas

Di kelas kami belum semuanya memiliki anak. Ada yang memahami gaya belajar sendiri, bahkan ada yang memahami gaya belajar pasangannya. Eaaa.. 

Dan banyak hal menarik yang ditemukan ketika aliran rasa dikumpulkan. Ada yang tercyduk karena selama ini menganggap gaya belajar anak A,dan banyak juga yang telah menginspirasi teman-teman lainnya.



Peer Group pun menjadi rame. Karena peer group juga menjadi sarana sharing antar peserta, sehingga dalam menjalani tantangan ini peserta lain bisa saling membantu dan menyemangati teman-temannya yang lain.


Meski beberapa peserta yang semula mendapatkan badge OP gagal karena gagal setor, tapi beberapa yang lain berhasil memperoleh badge OP untuk yang pertama kalinya. 

Karena bener banget nih bahwa ketika mendapat tantangan harus ada target yang harus dicapai.


Meski yang mengapresiasi tulisan teman tidak sebanyak sebelumnya. Saya mengapresiasi beberapa yang sudah setor ungkapan apresiasinya.

Dan untuk menentukan peserta teraktif selama materi keempat ini, saya memerlukan bantuan ketua kelas yang selalu sigap mengontrol jalannya peergroup.




Jurnal Fasilitator : Meningkatkan Kecerdasan Anak



Di materi ketiga kuliah Bunda Sayang ini sampailah pada materi "Meningkatkan Kecerdasan Anak". Materi ini bener-bener padat ilmu, mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, hingga kecerdasan memecahkan masalah anak.

Lalu, bagaimana cara mengetahui kecerdasan anak? 

Mungkin terlihat sedikit berat, tapi dengan adanya family project, maka akan terpetakan inti dari materi ketiga kali ini. Lantas, bagaimana cara memulai family project? Kesannya family project itu agak ribet dan susah diterapkan. 

Ternyata hanya dengan ngeteh bareng atau pillow talk, kita bisa memulai family project. Kuncinya ada di komunikasi produktif seperti di materi pertama yang lalu. Mengkomunikasikan rencana awal hingga nanti ketika project selesai dan mengapresiasi menjadi kunci keberlanjutan family project di keluarga masing-masing.

Untuk mengikat makna, maka harus AMATI - TERLIBAT - TULIS. Dengan cara inilah, maka segala hal yang sudah menjadi proyek keluarga dapat diambil hikmahnya.

Maka dari itu, proyek keluarga ini sangat beragam cara menuangkannya, tentunya diimbangi dengan value keluarga dan kreatifitas anggota keluarga.

Dengan adanya keluarga yang solid, maka kecerdasan pada masing-masing keluarga dapat ditingkatkan. Contoh mudahnya, seperti pembiasaan doa harian yang akan meningkatkan kecerdasan spiritual ataupun konflik antar anggota keluarga yang akan meningkatkan kecerdasan menghadapi masalah (adversity quotient).


Jadi selama 4 minggu materi. Ada banyak kejutan di kelas Banyumas Raya. Terlebih mbak Amaliyah banyak memberikan ilmu di kelas saat sharing.



Meskipun saya terlambat mengirimkan assignment tugas apresiasi tulisan. Ada beberapa mahasiswi yang bersedia mengapresiasi tulisan temannya.



Di materi ini pun peer group mulai aktif. Dengan nominasi peer group kali ini berpindah ke peer group 3.



Selain peer group 3, anggota peer group lain juga sangat aktif baik di kelas maupun di group peer masing-masing.



Alhasil, inilah para bunda yang berhasil menyelesaikan tantangan ketiga.


Jurnal Fasilitator: Melatih Kemandirian

Sama seperti judulnya, kemandirian menjadi sebuah hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik ketika masih batita maupun sudah manula. Kemandirian bukan hanya masalah mengerjakan sehari-hari, tetapi juga mandiri untuk mengerjakan setiap tantangan hidup.

Jurnal Fasilitator : Belajar Komunikasi Produktif

Di bulan pertama menjadi fasilitator bunda sayang institut ibu profesional batch #5 merasa ngepas sekali dengan materi komunikasi produktif. Selain bisa belajar lagi tentang komunikasi produktif pada suami dan anak, saya mencoba terapkan juga di kelas. Meski terkadang saya sering gagal fokus ditambah dengan jaringan internet yang seperti siput, kudu bener-bener bisa mengendalikan emosi, terutama saat menghadapi realita di dunia nyata. 😂

Di sisi lain, saya sangat terbantu dengan kehadiran para perangkat kelas yang selalu gercep. Ketua kelas, koordinator bulanan, sekretaris, dan ketua peer project bahu membahu saling menyemangati. Dan alhamdulillah materi 1 sudah ada 31 mahasiswi yang lolos. 👏

Meski sangat kurang maksimal di waktu pembagian saya mendampingi kelas. Saya mencoba maksimal di sisa waktu yang tak seberapa untuk hadir. Semoga bisa tetap semangat 1 tahun ke depan ngefasil 😁


Keluarga Melek Teknologi

Teknologi di jaman sekarang sangat membantu aktivitas seseorang. Pekerjaan yang mulanya berat, butuh banyak waktu, dan menghabiskan tenaga menjadi ringan. Salah satu adanya kemajuan teknologi adalah munculnya berbagai sistem multimedia.



Multimedia merupakan sebuah teknologi yang menggabungkan beberapa media, seperti teks, suara, gambar, ataupun video. Fungsinya juga bermacam-macam, bisa untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi pengetahuan, ataupun kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memudahkan.

Jadi, selama 17 hari saya sudah melakukan aktivitas untuk mencari website dan aplikasi apa yang saya inginkan ada selama ini. Ternyata, banyak website dan aplikasi yang ternyata memudahkan banget dan yang paling aku cari selama ini.

Untuk aplikasi memang saya tidak muluk-muluk harus mencarinya, karena memori hp yang aduhai limitnya. Sehingga saya mencoba mencari website yang paling aku cari selama ini. Lebih banyak tentang pengembangan diri maupun pendidikan dan kesehatan anak. Terlebih karena sekarang anak harus home education di rumah, jadi harus ada beragam aktivitas yang saya dapatkan dari berbagai website. Dan untuk kesehatan dan perkembangan anak sudah banyak website yang mendukung dan sangat responsive di saat sinyal mulai melemah.

Meskipun banyak yang bilang bahwa teknologi bisa menjadi pisau bermata dua, kita tetap harus bijak menggunakannya.

Seandainya Saya Menjadi Fasilitator Bunda Sayang...


Menjadi fasilitator yang ada di dalam benak saya adalah tentang belajar kembali. Menjadi fasilitator bagi saya, adalah saat saya menemukan banyak pelajaran berharga dalam menuntut ilmu.


Menjadi fasilitator bagi saya adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu. Meski sekarang sudah banyak berterbangan pelatihan fasilitator. Meski butuh kecakapan dalam pengelolaan diri dan pengelolaan orang banyak, inilah seninya. Dimana kita harus berjuang menahan ego dan menahan emosi kita. 

Fasilitator itu Mudah
Tak ada kata 'sulit' untuk menjadi seorang fasilitator. Kata 'sulit' justru akan mempersulit kita dalam menjalaninya. 

Menjadi fasilitator seperti menemukan diri kita kembali. Dapat memahami ilmu dengan lebih baik, menjadi banyak wawasan dari para peserta. Dan menjadi fasilitator ibarat melihat pelangi setelah turunnya hujan. 

Fasilitator itu Memudahkan
Saling membantu, bekerja sama, dan berbagi  menjadi satu hal yang paling menyenangkan bagi saya. Bisa membantu teman belajar yang kesulitan menjadi suatu kelegaan saya.

Pengalaman terburuk saat saya meminta bantuan dan justru ditanggapi dengan tidak baik di sebuah lembaga organisasi (bukan di Ibu Profesional) menjadi suatu pembelajaran. Bahwa saat orang kesulitan dan butuh bantuan dari yang berhak bukan malah disalahkan ataupun tidak ditanggapi dengan ramah, tapi dengan didekati, dimotivasi, dan dibimbing.

Bersyukur saya berada di ruang pembelajaran ini. Dimana teman-teman yang lain saling membantu dan saling berbagi dengan ikhlas dan sukarela. Bergembira hati ini saat hal yang sebenarnya tak mungkin bisa menjadi mungkin dengan selalu bersama-sama.

Fasilitator Bukan Guru
Menjadi fasilitator bukan berarti kita harus tahu semuanya, memberikan semua ilmu kepada peserta. Justru dengan menjadi fasilitator, kita memperoleh banyak ilmu. Ilmu dari guru kita dan ilmu dari peserta.

Bekal Menjadi Fasilitator Bunda Sayang
Sebenarnya tak ada bekal khusus bagi saya. Saya hanya yakin dan percaya diri terhadap apa yang sudah saya dapatkan di kelas Bunda Sayang Batch 2 dan yang telah saya praktekkan. 

Hanya ingin melakukan yang terbaik.

Menjadi salah satu pelecut saya untuk dalam belajar di kelas Bunda Sayang IIP. Banyak sekali ilmu yang langsung bisa saya terapkan sehari-hari. 

Di saat saya bingung apa yang mau saya lakukan hari ini bersama anak, saya menjadi ada bayangan dengan materi dan tantangan di kelas ini.


Memberikan yang Terbaik
Salah satu hal yang membuat saya tertantang di kelas bunda sayang adalah melakukan yang terbaik. Bukan semata-mata untuk lulus atau memperoleh badge tertentu. Tapi tentang kualitas diri kita sebagai ibu.

Memberikan yang terbaik dalam berbagi dan melayani teman-teman di kelas Bunda Sayang nanti menjadi motivasi saya untuk lebih bermanfaat bagi orang lain.

Time Management
Managemen waktu bukan sebuah alasan untuk berbagi dan melayani. Justru dengan menjadi fasilitator akan banyak hal yang yang dapat diambil terkait dengan managemen waktu saya, utamanya managemen gadget.

Membaca, Sumber Ilmu yang Tak Akan Habis
Salah satu amunisi saya dalam belajar apapun dan dimanapun adalah dengan membaca. Meski sudah ada materi yang disiapkan, membaca harus tetap dibudayakan. Bukan berarti dengan membaca menjadi tambah tahu. Tetapi terkadang dengan membaca, kita menjadi semakin sadar kurangnya ilmu yang ada pada diri kita.

Menambah Saudara
Hal yang paling saya sukai dari beberapa kelas adalah bertambahnya saudara. Bisa menjalin persaudaraan meski hanya di dunia daring. Tapi terkadang ikatan batin jauh lebih mengikat.

Saya tidak bisa berandai-andai tentang masa depan saya. Yang saya lakukan sekarang adalah yang terbaik menurut versi saya. Dan setiap hari itulah yang saya tekankan. Agar di tiap harinya saya termasuk orang-orang yang beruntung, karena berusaha menjadi lebih baik di hari sebelumnya.

Fitrah Seksualitas Melawan LGBT

Fitrah seksualitas anak merupakan hal yang esensial dalam kehidupan anak. Pasalnya, di zaman yang serba modern ini, anak dengan mudah mengakses konten dewasa dan lebih mudah terpapar dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu permasalahan gender yang makin marak di negeri kita adalah LGBT.



Mendekatkan Anak pada Orang Tua
a. Menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak
b. Memahami fitrah anak, kemampuan anak, serta dapat bersama anak-anak kapanpun dan dimanapun
c. Jadi contoh bagi anak. Karena anak merupakan peniru yang ulung. Libatkan dan beri mereka kepercayaan
d. Menjadi orangtua yang kompak dan bahagia

Virus Merah Jambu di Usia Dini
Virus merah jambu di usia dini atau bisa dikatakan ketertarikan dengan lawan jenis sebelum memasuki usia pubertas merupakan sebuah alarm bagi kita orangtuanya. Fenomena tersebut patut kita waspadai agar anak kita dapat terhindar.

#day2
#futrahseksualitas
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Fitrah Seksualitas Anak

Berada di level 11 ini, tantangan menjadi semakin memuncak. Ibarat pohon, semakin tinggi terpaan angin akan semakin kuat. Di level 11 ini, materi semakin menantang kami dalam mendidik anak-anak kami mengenai fitrah seksualitas.

Berbeda dengan tantangan sebelumnya, meski di tantangan kali ini tetap saja harus menyelesaikan 10 hari tantangan. Tapi ada satu tantangan menariknya, yaitu adanya presentasi kelompok. Selain bikin tambah pengetahuan dan pengalaman dari temen-temen yang rasanya sudah seperti SIRUP, berwarna-warni dan manis rasanya. Adanya tantangan ini mungkin juga ada clue setelah kelas bunsay ini. 😁



Langsung saja....

Di awal Ramadhan ini, presentasi dari kelompok 5 sangat seru. Kali ini tentang fitrah seksualitas anak. 

Jika Fase Fitrah Anak Terlewati

Dari tahapan yang sudah dijelaskan oleh ust Harry Santosa sudah sangat jelas. Jika salah satu fase hilang ataupun terlewati, maka tentunya akan menjadi tak lengkap. Layaknya kehidupan sebuah tanaman yang harus melewati semua proses tanaman itu tumbuh. Mulai dari biji ditanam, disemai, tumbuh tunas, dan bertumbuh menjadi sebuah pohon.

Jika ada tahapan yang tidak sesuai, maka akan timbul bias gender dalam kehidupan anak. Jika sudah terlanjur, bisa meminta bantuan psikiater atau tokoh agama. Akan tetapi, peran orangtua di sini sangat penting sekali untuk menyemangati dan memberikan kekuatan anak terhadap gender yang sudah ada padanya.

Khitan dan Haid

Khitan merupakan salah satu sunnah Rasul yang sangat dianjurkan bagi kaum laki-laki. Selain untuk menjaga kesehatan organ reproduksi, dengan khitan maka saat seorang laki-laki beribadah kulup penisnya sudah bisa bersih dari najis.

Bukan tak berarti, khitan anak harus ada paksaan dari orangtua. Khitan pada anak justru karena anak sudah menginginkannya dan disertai alasan yang syar'i.

Begitu pula dengan haid, saat anak menanyakan haid mengapa terjadi. Kita pub harus menjelaskan kepada anak dengan jelas. Sama saat kita menjelaskan apa itu penis. Bukan bernama tit**t, bur**ng, ataupun nama kiasan lainnya.


Fitrah yang Tercederai

Fitrah seseorang tercederai jika seseorang mengalami apa yang dinamakan dengan fitrah yang berkebalikan. Dimana seorang laki-laki yang harusnya seperti dan berperilaku layaknya laki-laki, tetapi bertolak belakang dengan fitrah yang sudah melekat pada dirinya.

#day1
#fitrahseksualitas
#tantangan10hari
#level11
#kuliahbunsayiip

Tulisan ini sekaligus menjadi Ramadhan Writing Challenge ODOP 2018 dengan tema pertama di hari ini adalah SIRUP. Sudah ketemu kan kata sirup 😁

#RWCODOP2018
#onedayonepost

Challenge Project Diri

Tiga bulan ke depan, saya yang akan menchallenge project diri saya untuk menghasilkan sebuah karya. Meski waktunya singkat. Bismillah, saya akan memulainya dari hari ini. 

Seperti pada isi blog saya sebelumnya, saya akan menambah jam terbang saya untuk mencapai kapasitas saya sebagai penulis.
Baca juga : Project Diri

Meski kelihatan konyol, karena sebenarnya dulu saya orang yang anti menulis. Saya bertekad menulis dalam rangka mengembangkan kapasitas diri saya.

Baca juga: Potensi Diri

Yang pertama, saya akan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan saya di blog ini. Meski tidak rutin one day one post, saya akan mengikhtiarkan akan berbagi seputar parenting dan lifestyle dengan minimal 3x post dalam seminggu. Dengan batasan minimal 500 kata dalam setiap tulisan di blog saya ini.


Menambah bacaan akan selalu menjadi prioritas utama saya saat menjalani project ini. Dengan harapan, dari sini saya berlatih untuk membuat sebuah buku tentang parenting tentunya.

Saya percaya dengan latihan menulis setiap hari akan menambah rasa percaya diri dalam diri saya untuk menulis. Bukan hal yang mudah memang dan kadang perlu dipaksa. Bahkan di setiap catatan ide saya belum saya eksekusi sampai sekarang.

Di buku catatan ide inilah, saat ide muncul tapi terhalang belum bisa menulis saya tulis pokoknya di sana. Dan buku ini juga akan saya jadikan coretan saya saat saya hendak menuliskan buku solo. 

Langkah selanjutnya, selain membaca buku saya pun harus sering blogwalking. Selain untuk silaturahim, dengan blogwalking bisa menjadi pencerah ide saya saat menulis.


Saya dan keluarga mempunyai satu kesamaan, yaitu suka mbolang. Tapi, untuk mbolang di tempat-tempat sekitar Jepara, kami agak kesulitan untuk mencari referensi akses dan fasilitas menuju tempat yang saya tuju. Hingga kemudian ketika kami mbolang, tercetuslah ini untuk mendokumentasikannya di blog ini.

#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day1

Mengembangkan Imajinasi Melalui Dongeng

Dongeng menjadi salah satu cara mengembangkan imajinasi seseorang. Dengan mendongeng, seseorang akan berpikir out of the box. Dimana segala apa yang ada di pikirannya akan tercurah ke dalam suatu cerita. Mungkin cerita yang dibawakannya aneh, tak lazim, bahkan konyol. Tapi itulah kelebihan manusia yang sudah dikaruniai akal oleh Sang Pencipta. Salah satu cara kita adalah mengapresiasi setiap pikiran seseorang yang tertuang dalam dongeng.



Mengembangkan imajinasi bisa dilakukan sejak dini. Berikut tahapan mengembangkan imajinasi dengan mendongeng kepada anak:

1. Saat Anak Masih Ada dalam Kandungan
Saat anak masih ada di dalam kandungan, ajak anak berbicara. Bisa berbicara hal yang umum, bisa juga dengan mendongeng dengan imajinasi sang ibu. Dalam kandungan, anak sudah bisa mendengar apa yang ada di dunia luarnya. Selain bisa lebih akrab dengan suara ibunya, dengan mendongeng anak sudah lebih banyak belajar tentang dunia luar.

2. Saat Batita
Saat batita, anak masih mendengarkan dongeng dari sang ibu. Sambil mendengarkan sang ibu mendongeng, anak biasanya sudah bisa berimajinasi dengan cerita yang didengarnya. Karena di masa ini merupakan masa golden age, berikan dongeng yang menceritakan tentang adab ataupun teladan.

3. Saat Usia Pra Sekolah
Di usia pra sekolah ini anak sudah bisa dianak berimajinasi dengan apa yang dilihatnya. Berikan apresiasi saat anak berhasil mengungkapkan imajinasinya, baik secara verbal ataupun melalui gambar.

4. Saat Usia Sekolah
Saat anak sudah bersekolah, anak sudah mahir mengungkapkan imajinasinya. Meskipun sudah mahir, untuk para ibu jangan sampai kendor mendongengkan anak. Hehe

Dongeng sebelum tidur
Merupakan waktu yang paling efektif. Selain karena otak anak lebih mudah mencerna apa yang didengarkannya. Mendongeng sebelum tidur bisa menjadi hal yang paling berkesan selama hidupnya.

Meskipun terkadang banyak anak juga yang lebih suka didongengkan saat melakukan aktivitas tertentu. Misalnya saat memotong kukunya, ataupun saat anak sedang dilanda GTM. Dengan mendongeng yang pasti dengan pesan mendalam yang terkandung di dalamnya, secara perlahan pesan kepada anak melalui dongeng dapat tersampaikan dengan baik.

Langkah yang mendongeng (versi saya tentunya): 

1. Menarik Perhatian Anak
Menarik perhatian anak saat hendak mendongeng adalah kunci keberhasilan tersampaikannya pesan dongeng. Menarik perhatian anak bisa dimulai dengan percakapan kepada anak.
"Adek, malam ini di langit banyak bintangnya loh"
Atau "Adek, paling suka dengan binatang apa?"
Atau kalimat pembuka lainnya. Harus dengan kreativitas ibunya ini.

2. Membuat Penasaran
Mendongeng adalah membuat penasaran anak dengan cerita yang didengarnya. Di sini ibu harus berpikir out of the box. Cerita yang membuat penasaran anak sekaligus bisa untuk melatih peningkatan rentang konsentrasi anak.
Meskipun out of the box, usahakan cerita yang disampaikan sesuai dengan realita yang terjadi. Jadi tidak ada lago cerita tentang harimau yang makan kue. Karena sejatinya harimau adalah hewan karnivora, bukan omnivora, apalagi herbivora.

3. Pesan Moral Tersampaikan
Jadi, dalam mendongeng bukan hanya sekedar untuk hiburan saja. Tapi sekaligus sarana edukasi kepada anak. Selain untuk melatih imajinasi anak dan ibunya. Dengan mendongeng, anak diharapkan bisa mencerna pesan yang tersampaikan dalam dongeng yang didengarnya. 


Badgenya keren banget. Sesuai banget dengan imajinasi ibu-ibu yang suka dengan indahnya pelangi. Seperti imajinasi kita yang akan selalu bewarnai dunia anak.


Mengembangkan imajinasi melalui dongeng sebenarnya tak terlalu susah. Karena dengan pikiran yang langsung terucap melalui lisan akan langsung menancap pada hati anak.

aku adalah ibu asyik untuk anakku. 
dengan dongeng, pikiran-pikiran liarku jadi terarah
dengan dongeng, aku bisa menungkapkan hal yang paling sulit diungkapkan melalui cara apapun
Dan dengan dongeng, aku menjadi semakin lengket dengan anakku

-Alif Kiky Listiyati-
Kelas Bunsay batch 2 -Jogja Jateng-

Big Picture Keluargaku


Menilik dan mengembangkan big picture seperti keluarga pak Dodik, memang bukan perkara yang mudah. Di masa-masa awal pernikahan yang belum genap berusia 4 tahun ini, kami masih tahap menerima sifat masing-masing dari kami.

Meskipun begitu, tidak ada yang tidak mungkin untuk kami melanjutkan visi-misi keluarga kami yang mulai kami bentuk dari sekarang. Dengan salah satu keterlambatan kami, anak kami sudah hampir berumur 3 tahun.

Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali

Ungkapan inilah yang membuat saya harus bangkit. Ingin berubah, atau kita akan kalah.

Untuk itu, sedikit kekuatan dari suami dan anak saya adalah di kecerdasan naturalis. Karena mereka berdua memiliki dua kesamaan yang tidak saya punyai, maka kami lebih sering mengunjungi pegunungan ataupun pantai daripada main ke kota.

Untuk mencari tempat wisata yang masih belum banyak terjamah oleh orang. Kami bersusah payah tanya ke beberapa orang, karena situs layanan pencari informasi kurang memberikan informasi secara jelas. Untuk itu, setelah berkunjung ke suatu tempat, saya lebih sering mendokumentasikannya di blog ini. Dengan harapan memberikan akses kemudahan bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke sana.

Dari keluarga kami, kami membuat project keluarga seperti ini


#RuangBerkaryaIbu
#Proyek2
#TugasMateriLima
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu

Project Diri


Berbicara tentang project diri, sungguh diri ini antara siap dan tidak siap. Saat ini, saya memang sedang menambah jam terbang terkait passion yang saya miliki. Untuk project memang saya belum kuat dan berani menapak sendiri. Masih butuh teman satu passion yang mendukung terlaksananya project diri saya.

Di akhir tahun kemarin, saya membuat resolusi untuk bisa melahirkan sebuah antologi bersama teman-teman yang lain. Saya tak muluk-muluk mentargetnya. Hanya satu antologi target di tahun ini. Tapi, alhamdulillah. Dengan adanya campur tangan dariNYA, saat tulisan ini terposting sudah 4 antologi yang hampir terbit.

Menuju project saya selanjutnya, sambil ingin mengkaryakan passion diri melalui antologi-antologi selanjutnya. Saya pun bersiap untuk membuat buku solo, meski sampai sekarang masih dalam tahap kerangka isi bukunya saja. Hehe..

Selain ingin mengkaryakan sebuah buku solo perdananya saya. Saat ini saya mencoba menambah jam terbang dengan mengisi blog saya. Hingga nantinya kualitas tulisan saya semakin meningkat dengan konsistennya saya posting tulisan di blog.

Saya mencoba memproject blog saya dengan niche utama blog saya tentang parenting dan lifestyle. Sesuai dengan apa yang saya bisa dan saya kuasai.

Hal pertama yang harus saya siapkan adalah bacaan yang sekarang bisa saya akses melalui ipusnas. Dengan membaca, maka konten blog saya akan semakin berkembang dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca blog saya.

Hal kedua, saya harus konsisten menulis. Meski kadang didera kemalasan, tapi perlahan harus saya tepis.

Mungkin seperti itu rencana project saya ke depan.


Menemukan Maestro Ilmu Pendukung



Saat kita ingin mendalami bakat yang ada di dalam diri kita, maka banyak cara yang harus kita tempuh. Salah satunya adalah dengan mencari guru yang sesuai dengan bakat kita. Dengan harapan saat kita mempunyai guru, potensi yang ada dalam diri kita menjadi semakin terasah.

Sebelum mencari guru, tentu kita harus membatasi ilmu-ilmu yang akan mendukung bakat yang kita miliki. Meski semua ilmu itu menarik, tapi tetap harus disesuaikan dengan kemampuan diri kita. Sehingga, saat ada ilmu lain yang tidak mendukung bakat kita. Kita bisa mengatakan

Menarik, tapi tidak tertarik

Ketika saya diminta untuk menuliskan ilmu-ilmu yang akan mendukung aktivitas menulis saya, saya juga berkaca akan kemampuan diri saya. Di samping saya juga harus membaginya dengan aktivitas sehari-hari lainnya.

Maka, untuk mendukung aktivitas menulis saya, terutama di penulisan nonfiksi. Ada beberapa ilmu yang harus saya pelajari:

1. Ilmu Menulis yang Benar dan Baku sesuai Kaidah (PUEBI)

Meski menjadi dasar dari semua materi kepenulisan. Menurutku ilmu ini paling susah jika tak diterapkan setiap hari. Jadi meski sudah mendapat ataupun membaca ebook PUEBI, ilmu ini harus diaplikasikan saat menulis.

2. Ilmu tentang kepenulisan nonfiksi

Saya memilih materi nonfiksi, karena nonfiksi adalah yang gue banget. Meski lebih suka membaca cerita-cerita fiksi. Tapu entah bagaimana saya lebih mudah saat menulis tulisan berjenis nonfiksi.

Karena materi nonfiksi banyak, sayapun harus mempelajarinya satu per satu. Mulai dari struktur penulisan hingga bagaimana cara membuat tulisan nonfiksi senikmat saat pembaca membaca tulisan fiksi.

3. Ilmu seputar blogging

Selama ini, saya menulis dengan media blog sebagai curahan hati saya. Maka, saat ada materi tentang blogging saya akan menerimanya. Meski sekarang saya baru belajar dasar-dasar blogging. Semoga ke depan bisa menambah lagi ilmu blogging yang lainnya.

Setelah saya mengetahui dan menuliskan apa saja ilmu yang saya butuhkan. Saya juga harus mencari guru untuk membantu saya menjembatani ilmu-ilmu tersebut. Karena saya kesulitan untuk mencari guru, saya memilih mencari guru melalui beberapa komunitas menulis.

1. Komunitas One Day One Post

Komunitas pertama dimana saya belajar menjadi seorang penulis. Meski awalnya sempat menyerah, tapi balik lagi ke niat awal untuk mencari ilmu dengan berbagai penulis keren yang tergabung di komunitas ini.

2. #OdopFor99Days

Salah satu program menulis di Ibu Profesional ini menjadi guru menulis saya yang kedua. Meski tidak terlalu di grup whatsapp, tapi banyak ilmu yang saya peroleh dari member di sini untuk tetap produktif menulis di sela-sela kesibukan sebagai ibu pekerja, baik di ranah publik maupun di ranah domestik.

3. Rumbel Menulis Ibu Profesional Jepara

Salah satu rumbel yang saya pilih saat bergabung di komunitas ibu profesional Jepara. Meski belum diluncurkan di tahun ini, dari sini akan menjadi sharing kepenulisan di antara member ibu profesional Jepara.

#RuangBerkaryaIbu
#ProyekDua
#TugasMateriKeenam
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu

Menstimulasi Kreativitas Anak Sejak Dini

Seperti pada materi kelas Bunda Sayang bulan ini adalah tentang stimulasi kreativitas anak. Mulanya saya pun agak tercengang materi ini. Ya, karena saya kurang kreatif dalam menghadapi hidup. 🙈



Mencoba agak sedikit kreatif pun, saya takutnya bukan malah menstimulasi kreativitas anak tapi malah menstimulasi kreativitas sendiri. Maka dari itu, sebelum saya menstimulasi kreativitas anak saya yang masih 32 bulan, saya harus mengasah kreativitas saya sendiri. Dan cara tersingkat yang saya tempuh adalah dengan memperbanyak membaca buku. Dengan harapan, saat anak sudah banyak pertanyaan, saya agak sedikit kreatif dalam menjawab.

Mengenali Gaya Belajar Anak dan Tipe Kecerdasannya

Game level ini sungguh membuat saya harus kalang kabut dalam mereview materi sebelumnya. Karena gaya belajar anak yang bertipe kinestetik, maka dalam mengasah kreativitasnya saya harus berpikir berkali-kali dalam mencontohkannya.

Misalnya, saat anak kesulitan meniup lilin yang dinyalakan di luar rumah. Maka saya pun harus banyak membaca buku dan akhirnya saya menemukan cara jitu sekaligus eksperimen kecil bidang fisika.



Pun saat anak sangat tertarik dengan kertas dan pulpen. Saya hanya menyediakannya, dan saya biarkan ia berkreasi semampunya.

Meski untuk tipe kecerdasannya anak mungkin ada yang paling dominan. Saya hanya menstimulasinya dengan hanya menggunakan bahan yang tersedia saja.

Karena saya yakin bahwa kreativitas anak sudah ada sejak lahir. Kita hanya bertugas memupuk agar semakin subur, bukan malah memotong kreativitasnya.

Saat Motivasi dan Tujuan Hidup Bukan Hanya Sekedar Mimpi


Setiap manusia pasti menginginkan hidup yang lurus tanpa ada belokan sedikitpun. Tapi yang namanya manusia pasti ada macam-macam ujiannya.

Pun saat potensi dalam diri kita belum ditemukan. Pastinya harus segera ditemukan lah ya. Dan pastinya proses mencarinya tidak sesusah menemukan jodoh. Eh..

Dalam hidup pasti dong kita termotivasi oleh sesuatu yang membuat kita menjadi semangat dalam menjalani hidup. Apalagi saat motivasi kita membuat kita semakin enjoy dan selalu bersemangat.

Dan motivasi ini biasanya akan sejalan dengan tujuan hidup kita. Yang pastinya tidak hanya sekedar 'bahagia dunia dan akhirat'. Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda. Pengalaman dan apa yang dimilikinya menjadi salah satu pembeda tujuan hidup satu orang dengan orang lain.

Dengan adanya motivasi dan tujuan dalam hidup kita ini, kita akan dapat membuat mimpi-mimpi kita menjadi nyata.

Beberapa hal yang saya lakukan untuk merealisasikan mimpi-mimpi saya adalah:

1. Menuliskan
Menjadi hal paling sederhana yang pertama kali saya lakukan adalah menuliskan segala macam mimpi-mimpi yang ingin saya raih. Setidaknya saat saya menuliskan mimpi-mimpi, saya sedang berdoa secara tidak langsung. Mengukur kemampuan diri dan refleksi diri menjadi suatu hal yang harus saya lakukan setiap saat agar menjadi lebih baik di hari kemudian.

2. Ikhtiar
Jadi tak hanya dituliskan saja tanpa berusaha. Berusaha menggapai mimpi-mimpi satu per satu. Saya percaya bahwa suatu ikhtiar meski melalui proses yang berat dan panjang akan menghasilkan sebuah karya. Tinggal diri ini saja yang harus mempersiapkan dan menjalani prosesnya. 

Karena saya yakin sebuah proses tak akan mengkhianati hasil.

3. Doa
Berdoa menjadi salah satu cara kita bermunajat kepadaNya. Menjadi suatu bentuk penghambaan kita bahwa kita tidak bisa apa-apa tanpaNya.